Kehidupan manusia layaknya dua warna netral hitam dan putih yang menjadi penyeimbang untuk warna kontras yang ada di alam semesta ini. Ibarat hitam adalah kesedihan, dan putih adalah kebahagiaan sedangkan warna kontras adalah pelengkap dari keduanya.
Ibarat takdir yang sudah menggariskan warna hitam di dalam hidupnya, kesedihan seolah selalu bersemayam di dalam dirinya. Tidak mengenal keluarga dan selalu menjadi yang tersisihkan. Membuat, pemuda yang berprofesi sebagai pencabut nyawa orang itu tumbuh menjadi karakter yang tertutup dan selalu memendam semua masalahnya sendiri. Sehingga sulit untuk mendeskripsikan perasaannya, dan sulit untuk membuka hatinya.
Hatinya terlalu banyak memendam luka dan rasa sakit, ia bahkan sulit untuk mengeskpresikan sebuah tangisan dan senyuman tulus. Ia hanya tahu bagaimana cara menghilangkan nyawa seseorang dengan senjata tajam yang sudah menjadi keahliannya.
Melalui tangan dinginnya, hampir tidak ada satupun target yang bisa lolos dari incarannya. Semua tugas dan misi ia jalankan dengan hasil sempurna tanpa cacat sedikitpun.
Akan tetapi, kesempurnaan dalam pekerjaan sangat berbanding terbalik dengan kesempurnaan hidup yang ia jalani. Hidup yang menurut sebagian orang terlihat sempurna, nyatanya semua hanyalah fatamorgana yang tidak nyata.
Pemuda itu tetap merasa kesepian, di antara keramaian. Pemuda itu merindukan cinta yang belum pernah ia rasakan. Sejauh kakinya melangkah, hanya rasa dendamlah yang ia pupuk subur di dalam hatinya.
***
-> baca terus kelanjutan dari VEE : THE ASSASSIN ini di next chapter yaa
-> jangan lupa buat vote dan komentar
Follow Akun TIKTOK author : @egatukiyemajah
cr.picture by : PINTEREST
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...