"Melihat ketakutan di matamu adalah cara yang ampuh untuk membunuhku"
(Vee Arkarna)
Setelah Almira diantar Zevano, Vee memutuskan masuk ke dalam kamarnya. Vee merebahkan tubuhnya dan meregangkan otot-otot sendinya yang mulai terasa tegang.
Kedua tangannya ia letakan di belakang kepala untuk dijadikannya sebagai tumpuan bersandar di atas bantal. Kedua mata Vee menerawang jauh ke atas langit-langit kamarnya dan isi otak Vee masih berputar pada satu poros yaitu Almira Rubi.
Ingatannya mengulang kembali kejadian di mana Vee melihat wajah Almira memiliki luka bekas tamparan dari ayahnya.
Selain itu juga, Vee kembali mengingat kejadian malam tadi, di mana ia melihat Almira bersama teman-temannya di sebuah club malam. Vee merasakan ada sesuatu yang menjanggal pada hatinya karena melihat pakaian yang Almira kenakan itu terlampau seksi dan sangat terbuka.
Berulang kali Vee harus meneguk salivanya sendiri saat bertatapan langsung dengan Almira. Jantungnya seperti ada yang melompat saat jarak keduanya terlalu dekat. Vee tetap bersikap seperti biasa, terlebih saat ia memberikan perintah pada Zevano untuk mengantarkan Almira pulang. Sebenarnya, Vee sedang berperang dengan hati kecilnya sendiri yang mengatakan bahwa dia saja yang mengantar Almira pulang. Hingga detik ini, isi pikiran Vee hanyalah gadis bermata safir dan pemilik senyum gummy itu.
Bagaimana keadaannya setelah ia sampai rumah, apakah ia kembali ditampar oleh ayahnya, dan yang terbanyak mengganggu pikirannya adalah, sudah berapa mata pria yang mengambil kesempatan untuk melihat pemandangan dari tubuh indah Almira.
"Aaarrrgghhh Siaalll..!"
Vee berteriak frustasi, ia bahkan menjambak rambutnya sendiri karena terlalu kesal pada isi otaknya.
Rupanya teriakan Vee tersebut, terdengar oleh Zevano yang kebetulan lewat di depan kamarnya. Zevano segera membuka pintu kamar Vee karena takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu.
"Vee ... lo kenapa?" tanya Zaveno panik.
Vee yang dikhawatirkan justru menampilkan wajah cemberut sebal. "Lo kenapa ke kamar gue?"
"Gue denger loe teriak, makanya gue langsung masuk. Gue takut loe kenapa-napa," jawab Zevano dengan mimik penuh rasa khawatir.
Vee menggeleng. "Gue baik-baik aja."
Zevano menghela nafas lega.
"Ya udah kalau gitu, gue mau ke kamar dulu."
Langkah Zevano untuk membuka pintu kamar Vee, terpaksa ia urungkan karena sebuah pertanyaan mencurigakan yang dilontarkan oleh Vee untuknya.
"Gimana cewek itu?" tanya Vee ragu-ragu.
"Udah gue antar tapi dia ga mau sampai depan rumahnya," jawab Zevano.
Alis Vee berkerut penuh dengan pertanyaan, mendengar penjelasan dari Zevano tadi.
"Kenapa?"
"Lo kenapa seperhatian itu sama cewek yang katanya bukan pacar lo?" selidik Zevano.
Vee memainkan lidah di dalam mulutnya sebelum menjawab pertanyaan yang menjengkelkan dari pria yang sangat disayangkan adalah sahabatnya.
"Cckk.. dia temen sekolah gue Zev, dan gue yang bawa dia ke sini, jadi gue berhak tau gimana kondisinya setelah dia balik dari sini."
Zevano mengangguk lalu menjawab, "Dia bilang takut ayahnya marah soalnya ayahnya galak."
Vee kembali berpikir, sebelum ia kembali bertanya pada Zevano
![](https://img.wattpad.com/cover/340877878-288-k676245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...