"Jaga diri baik-baik Rubi-ku. Kamu adalah duniaku dan porosku. Kalau aku tidak lagi ada di sini, kenanglah selalu aku yang akan menghantuimu dengan cintaku" (VEE ARKARNA)
***
Besok merupakan hari pernikahan Almira dan Joan. Sejak kedatangan Almira menemui Vee di markas Danger beberapa hari yang lalu hingga detik ini, tidak ada satupun dari keduanya yang saling menghubungi.
Pagi ini, Vee kembali terlihat sedang menghabiskan seluruh energinya dengan terus memukul dan menendang samsak yang menggantung di depannya. Seluruh peluh yang keluar di wajah dan tubuhnya yang bertelanjang dada sudah tak terhitung berapa banyaknya. Vee seolah tidak kenal lelah, walaupun nafasnya saat ini sudah terlihat kembang kempis.
"Vee." Anggra baru saja masuk dan melihat Vee yang masih saja melatih fisiknya, entah melatih atau menyiksa dirinya sendiri.
Vee tidak menghiraukan panggilan Anggra, ia seolah tengah asik berada di dalam dunianya sendiri.
"Vee, jangan terus-terusan nyiksa diri lo kaya gini. Lo hari ini ga kuliah lagi, kalau lo kaya gini terus, kita ga akan bisa mengambil alih Black Cobra dari tangan Salendra."
Anggra terdiam sejenak, menunggu respon selanjutnya dari Vee tapi ternyata Vee masih tidak peduli.
"Lo masih bisa membatalkan pernikahan Almira, Vee. Lo ga bisa membohongi perasaan sendiri, kita tahu seberapa bencinya lo sama Roy Dewantoro dan Salendra,tapi kita juga tahu cinta dan sayang lo ke Almira jauh lebih besar dari rasa benci lo ke ayahnya Almira."
Hening ... yang terdengar hanya suara pukulan bertubi-tubi yang Vee layangkan ke arah samsak merah itu.
"Kalau lo mau, kita bisa melawan Salendra sekarang juga. Kita sudah punya bukti-bukti kalau Salendra telah membunuh saudara kembarnya, yaitu Narenda dan selama ini dia sudah menggunakan identitas palsu sebagai Narenda."
Vee memang terlihat tidak memperdulikan serta merespon Anggra dan semua perkataannya, tapi telinga Vee masih cukup kuat untuk menangkap semua perkataan Anggra. Vee hanya ingin terus meluapkan segala kemarahan di dalam dirinya. Vee tidak peduli walaupun saat ini tangannya sudah terlihat memar karena ia melakukannya tanpa alat pelindung apapun.
Lelah karena Vee yang tak kunjung merespon dirinya, Anggra akhirnya hanya membuang nafas pasrah. Anggra pun memilih untuk berbalik dan keluar meninggalkan Vee, tapi sebelum itu, Anggra menyempatkan untuk mengatakan sesuatu pada Vee.
"Almira tadi ke sini, dia cuma nitipin ini ke lo." Anggra meletakan sebuah amplop kecil di atas meja dekat pintu lalu setelah itu, barulah Anggra keluar.
Pukulan Vee terhenti, ia menoleh menatap amplop kecil yang tadi ditaruh oleh Anggra.
Dengan langkah cepat, Vee segera mengambil amplop tersebut dan membuka serta membaca isinya.
"Hai Vee,
Maafkan aku karena sudah percaya dengan ucapan Ayah dan akhirnya memilih untuk menyetujui pernikahan ini. Andai kamu bisa merasakan, hati aku juga sakit,Vee.
Aku ga pernah mau menikah dengan siapapun kecuali denganmu. Aku sudah memaksa kamu untuk membawa aku pergi, tapi kamu ga bersedia. Aku hanya ingin bersamamu, Vee.
Aku dan Joan tidak akan pernah bisa saling mencintai, karena kami sudah memiliki cinta masing-masing, tapi takdir selucu itu memang dengan tidak mempersatukan kami dengan cinta kami.
Vee, besok aku akan menikah. Kamu jangan datang, karena aku ga mau melihat sorot matamu dan aku juga ga mau kamu melihat aku menjadi milik Joan. Kita sudah cukup tersakiti dan jangan menambah rasa sakit itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...