"Terlihat kalah bukan berarti kita menjadi Pecundang tapi di saat itulah kita tengah menyusun rencana serangan balik dan mengubah posisi menjadi menang telak" (ENDI)
***
Keesokan paginya, Vee terbangun dan mendapati dirinya berada di atas tempat tidur dan mengenakan pakaian yang berbeda dengan yang semalam ia pakai.
Vee mendudukan badannya dan memegangi kepalanya yang terasa nyeri. "Kepala lo sakit?" tanya Anggra yang sejak semalam sudah berada di kamar Vee.
Vee menoleh lalu mengangguk, ia kemudian bertanya kepada Anggra, "Kenapa gue ada di sini? Bukannya semalem gue ada di luar?"
Anggra mendengus kesal.
"Reichard menemukan lo pingsan di balkon, dia ketok pintu kamar lo buat pinjem chargesan tapi ga ada sautan, akhirnya dia langsung buka pintu terus dia ngeliat lo rebahan di temenin sama hujan." Sindiran halus dari Anggra cukup mengena di hati Vee.
"Lo ga berangkat sekolah?" tanya Vee mengalihkan pembicaraan
"Ga usah mengalihkan pembicaraan. Lo ga mikir kenapa bisa pingsan? kemarin lo ga nyentuh makanan sekalipun, lo cuma minum air doang."Setelah tangan lo dibedah juga lo ga makan, terus malamnya lo sok-sokan gelut sama air hujan.
"Lo udah bosen hidup apa gimana sih, Vee? Lo kan belum balesin kematian ayah lo sam-" Anggra menghentikan ucapannya saat ia menyadari kalau nantinya akan menyakiti perasaan Vee.
"Kenapa ga dilanjutin?" Vee bertanya dengan tatapan sinis dan hanya dijawab dengan gelengan kepala dan cengiran lebar oleh Anggra.
***
HARI SELANJUTNYA ...
Kelima anggota Danger dengan mengendarai motor, berangkat menuju Karawang, lebih tepatnya ke sebuah pemakaman yang berada di daerah sana.
Saat memasuki pintu gerbang makam, Anggra bertanya pada Vee soal kertas yang diberikan oleh Roy Dewantoro kemarin. Anggra mengambil kertas tersebut lalu kembali menjalankan motornya dengan keempat anggota yang lain mengekori dari belakang.
Mereka berhenti tepat di depan blok yang dituliskan oleh Roy. Langkah mereka mulai mendekati makam orang tua Vee dan mereka melihat ada sosok pria yang sedang bersimpuh tepat di depan makam ayahnya Vee.
"Vee, itukan Pak Roy Dewantoro?" bisik Chandra tepat di telinga Vee, Vee hanya mengangguk membenarkan.
Sejujurnya dia penasaran, untuk apa pria itu sampai harus bersimpuh di depan makam ayahnya.
"Pak Roy?" panggil Reichard mengagetkan Roy yang rupanya tengah meratap sedih dan wajahnya sudah terlihat sangat sayu.
Roy mendongakan wajahnya dan melihat Vee bersama keempat sahabatnya. Roy segera bangun dan berdiri tegak menghadap ke arah mereka. Roy menatap Vee yang kini tengah balik menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...