CHAPTER 9 : TANTANGAN SPESIAL UNTUK ALMIRA DARI VEE (revisi)

334 27 0
                                    


"Kamu boleh membenciku, tapi jangan pernah suruh aku untuk menjauh darimu" (Vee Arkarna)

Vee menatap nanar pada pintu kamarnya, hatinya seolah kosong tak berisi. Keberhasilan yang kembali ia raih dalam misinya malam tadi, seolah terasa tidak berguna baginya. Dirinya justru merasakan sebuah kekalahan yang cukup menohok. Ia merasa sangat menyesal karena sudah menyakiti hati Almira dengan perkataannya, tapi sejujurnya ia hanya merasa takut kalau harus menceritakan semua pada gadis itu.

Vee masih berdiri mematung di tempatnya, sampai akhirnya terdengar sebuah suara yang menyapa indera pendengarannya.

"Lo pasti udah nyakitin hati dia, ya?" tanya Zevano to the point dan membuat Vee menoleh serta menatapnya tajam.

"Dia cerita ?" Vee bertanya dengan suara beratnya.

Zevano menggeleng. "Gue cuma ngerasa aneh aja, kenapa tiba-tiba dia minta temen-temennya buat pulang ke tempat tunangannya malam itu juga, dan gue juga liat mata Almira sedikit sembab."

Vee diam dan tidak menggubris penjelasan dari Zevano, tapi Zevano yakin kalau saat ini sahabatnya itu tengah dilanda hati yang berkecamuk. Ia menepuk pundak Vee. "Gue ga tau apa yang udah lo bilang ke Almira tapi setangguh-tangguhnya seorang cewek, sisi lainnya tetaplah cewek yang perasaannya lebih sensitif dari kita," ujar Zevano dengan bijak dan setelah itu ia pergi meninggalkan Vee sendirian.

Setelah berdiam diri hampir beberapa saat, Vee akhirnya membuka handle pintu kamar dan masuk ke dalam kamarnya. Vee kembali menghela nafas panjang ketika mengingat semua ucapannya yang ia katakan pada Almira tadi malam.

Saat Vee melangkah mendekat ke arah kasurnya, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di atas nakas dekat ranjangnya. Secarik kertas yang berisi surat yang ditulis dengan tulisan tangan Almira sendiri. Vee mengambil surat tersebut lalu membacanya dengan seksama.

Hai Vee..

Terima kasih udah nolongin gue dan terima kasih juga udah mau nampung gue sebentar di sini. Maaf kalau gue dan ketiga sahabat gue udah ngerepotin kalian semua. Untuk ke depannya, seperti yang lo bilang ke gue kalau gue bukan siapa-siapa lo, jadi saat di sekolah pun anggap aja kita ga pernah kenal. Gue dan ketiga sahabat gue juga berjanji ga akan bocorin soal jati diri lo dan geng Danger. Kita janji akan terus menganggap lo sebagai murid cupu, tapi kita ga usah lagi saling kenal.

Terima kasih ya Vee... Salam Almira Rubi D

Mata Vee menyala dengan penuh berapi-api , ia meremas kuat surat dari Almira dan membuangnya ke sembarang arah. Hati Vee terasa panas dan hancur, saat dia membaca kalau Almira menyuruhnya untuk tidak saling kenal.

Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, kalau saat ini saja Almira sudah menjadi poros di dalam Bimasakti hidupnya. Almira sudah menjadi Induk tata surya di dalam Galaksinya.

Vee mengepalkan tangannya lalu memukul keras nakas di hadapannya, sampai tak terasa keluar beberapa tetes cairan merah kental dari sela-sela jarinya dan muncul ruam lebam kebiruan di jarinya.

***

Sementara itu, Endi dan Zevano yang tengah menghabiskan waktu bolos sekolah mereka, terlihat sedang asik bermain kartu di halaman belakang, dekat kolam renang markas, sambil membicarakan ketua mereka, siapa lagi kalau buka Vee Arkarna.

"Lo yakin cewek yang di maksud Vee waktu itu si Almira?" tanya Endi sambil membuang kartu AS nya.

"Aiiissshhhh Siaaal.. kalaah lagi gue," umpat Zevano kesal karena kembali berhasil dikalahkan oleh Endi.

"Makanya maen itu pake otak jangan cuma pake bacot doang," ejek Endi yang terus meremehkan kemampuan Zevano dalam bermain kartu.

"Terus apa tanggepan lo soal pertanyaan gue tadi, Kampret," sambung Endi sambil mendorong dada Zevano.

VEE : THE ASSASSIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang