"Aku cemburu hanya dengan melihatmu dengannya" (Vee Arkarna)
"Aku ingin bahagia dengan dia yang ku cintai" (Almira Rubi)
Di dalam gudang tua yang sudah lama tidak di huni, duduk seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat. Di dekat sudut bibir wanita itu nampak terlihat bercakan darah dan goresan luka akibat sebuah tamparan.
Sementara itu, tepat di hadapan si wanita itu duduk terikat, berdiri seorang pria yang usianya tidak jauh berbeda darinya sedang menampilkan senyum seringai lebar yang memperlihatkan deretan gigi-giginya.
"Psikopat gila, kamu!" hardik wanita itu dan tidak kalah menatap tajam pada pria di depannya yang hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah membenarkan panggilan dari wanita itu untuknya.
"Yes, I'am, Madam." Suara mengejek dan tawa yang memekikan telinga berkumandang jelas di dalam ruangan pengap udara ini. Pria itu nampak menyukai panggilan yang disematkan untuk dirinya.
"Belum cukup kamu sudah membunuh ayahnya? MAU KAMU HANCURKAN SEPERTI APA LAGI HIDUPNYA!" Jerit wanita itu tidak kalah keras dengan tawa yang terdengar tadi.
"Saya menyukainya, sejak awal saya melihat matanya, saya sudah tahu kalau dia memiliki nilai plus untuk saya jadikan alat. Kenapa kamu harus ikut campur dan menceritakan semuanya, SRI DEWANTORO?"
"Kamu tentu tahu apa yang akan saya lakukan jika ada orang yang menghalangi rencana saya? Saya akan menggunakan cara apapun agar para hama itu bisa disingkirkan.
"Termasuk kamu, Sri Dewantoro."
Pria itu benar-benar gila, dia sudah memerintahkan seseorang untuk menculik ibu Sri dan mengikatnya. Setelahnya, ia menyusun cerita bahwa ibu Sri sudah meninggal. Parahnya lagi, semua anak panti juga ikut diculik olehnya dan di jadikan tameng untuk memaksa ibu Sri agar menuruti semua perintahnya.
"Kamu apakan anak-anak panti, psikopat gila?" Wanita itu sudah mulai mengkhawatirkan nasib dari anak-anak panti yang juga ikut diculik, sama seperti dirinya.
Pria itu lalu mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi video, dengan gaya santai dan tanpa berdosanya, ia menunjukan adegan dramatis yang terlihat pada video yang tengah berjalan.
Mata wanita itu melebar, pupilnya membesar. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya, cairan bening dari matanya sudah tumpah ruah karena melihat anak-anak asuhannya berada di dalam sebuah mobil dengan kondisi tangan dan kaki yang juga terikat. Mirisnya, mobil itu berada tepat di ujung tepi jurang dan hanya dengan sekali dorongan dari belakang, mobil yang berisi beberapa anak-anak itu akan langsung terdorong terjerumus ke dalam jurang.
"Gila..! Kamu gila, Sal..!" teriak wanita itu yang justru dianggap sebagai lantunan denting piano yang sedang dimainkan dengan merdu oleh pria bejat itu.
Ia memasukan kembali ponsel ke dalam saku celananya lalu tangannya mencengkram kuat rahang lemah dari wanita itu. "Kalau kamu mau mereka selamat, kamu harus pergi menghilang dari jangkauannya. Kamu sudah saya buat mati di dalam cerita anak itu, jadi teruskan. Bawa anak-anak itu semua."
"Ga bisa, Sal. Kita mau tinggal di mana?" tanya wanita itu memelas.
"Tempat tinggal bisa saya sediakan, asal kamu dan mereka semua tidak lagi menampakan wajah kalian padanya,"
"Kurang baik apa saya pada kalian." Pria itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dengan tawa yang mampu membuat bulu kuduk merinding.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...