CHAPTER 13 : OUR FIRST KISS

356 22 0
                                    

"Jika memilikimu di dunia nyata adalah hal yang mustahil, maka izinkan aku untuk memilikimu di dunia mimpi" (Vee Arkarna)

"Jika mencintaimu adalah dosa, maka biarkan aku menikmati dosa ini" (Almira Rubi)


Seorang anak perempuan berlari dengan langkah yang terseok-seok akibat luka yang ada pada telapak kakinya. Tidak jauh dari langkahnya berlari, 3 orang pria dewasa bertubuh tinggi besar dengan mengenakan pakaian serba hitam nampak tengah mengejarnya dengan langkah yang lebih lebar.

Wajah anak perempuan itu sudah dipenuhi oleh butiran keringat serta terdapat luka goresan pada bagian keningnya. Hidungnya sudah kembang kempis karena aliran nafas di tenggorokannya sudah hampir habis, tapi karena kegigihannya untuk bisa lari dan kabur dari kejaran mereka terlalu kuat, sehingga ia tidak memperdulikan seberapa perih dan rasa sakit yang harus ia rasakan.

"Ibu, ibu... tolong Acha." Anak itu terus meracau sepanjang perlariannya. Sampai pada ujung perjalanannya, ia melihat sebuah mobil yang memiliki suara sirine melaju ke arahnya. Senyum kelegaan jelas terlihat dari wajah kumuhnya, ia merentangkan tangannya lebar, berusaha untuk menghentikan laju kendaraan dari mobil bersirine itu.

Tiiiinnn..!

Tepat, mobil itu berhenti secara mendadak dan hanya berjarak beberapa meter dari anak perempuan itu merentangkan tangannya.

Dua orang petugas memakai seragam kepolisian turun dengan wajah yang sangat panik. Mereka melihat anak itu sudah jatuh terkulai dalam keadaaan tidak sadarkan diri. Tubuh mungilnya langsung luruh sedetik kemudian ketika mobil mereka sudah berhenti.

"Ridwan, cepat bawa anak ini ke rumah sakit." Perintah pria yang memiliki tanda pangkat lebih tinggi dari pria bernama Ridwan.

Ridwan mengangguk cepat dan segera menggendong tubuh ringkih anak perempuan itu yang sudah sangat dingin dan bibirnya yang membiru.

"Setibanya di rumah sakit, langsung sebarkan pemberitaan penemuan anak kecil di sepanjang Jalan Anggini, agar sanak keluarganya bisa menemukan anak ini."

"SIAP KOMANDAN..!"

Tidak jauh dari anak perempuan itu ditemukan, 3 orang pria berbaju hitam berdiri dan sedang menghubungi Bosnya.

"Target berhasil melarikan diri dan dibawa oleh Polisi, Bos."

***

Pagi-pagi sekali, Vee sudah berada di rooftop sekolah dengan mulutnya yang terus menghembuskan asap putih ke udara, ia tengah menghisap sebatang nikotin yang ia selipkan di antara jari telunjuk dan jari tengah sambil menutup kedua kelopak matanya. Sejak semalam ia selalu terjaga, pikirannya masih mempertanyakan siapa yang sudah membuka laci nakasnya dan mengambil foto kedua orang-tuanya.

"Apa mungkin ada pengkhianat di antara kami?" Vee bergumam pada dirinya sendiri sambil terus menghembuskan asap putih dari mulutnya.

"Siapa yang sudah berkhianat sebenarnya?" Lanjut Vee berbicara sendiri.

***

Dari atas sana, Vee dapat melihat dengan jelas suasana lingkungan sekolahnya dan sekarang sudah banyak murid yang mulai berdatangan. Suasana sekolah pun sudah mulai ramai, Vee juga melihat ketiga sahabat Almira yang baru saja datang dengan langkah beriringan dan dengan gayanya yang selalu membuli setiap adik kelas yang lewat di dekatnya.

Senyum miring tersungging dari wajah Vee, Vee berdecih melihat kelakuan tiga sahabat Almira tapi sedetik kemudian wajah Vee berubah menjadi merah padam. Matanya menyipit tapi juga menajamkan penglihatannya, Vee menggeram marah dan dengan cepat ia pergi meninggalkan rooftop.

VEE : THE ASSASSIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang