CHAPTER 17 : PERPISAHAN(SISI RAPUH VEE)

275 26 0
                                    


"Takdir yang membawamu padaku tapi Takdir juga yang mengambilmu dariku, selucu itu memang"(Vee Arkarna)

"Kita dua orang yang saling mengisi tapi bukan untuk saling memiliki"(Almira Rubi)

Vee melajukan kendaraan motornya dengan kecepatan super tinggi, semua kendaraan bahkan sampai menyalakan klakson mereka masing-masing untuk memperingati Vee, tapi saat ini Vee sedang tidak memperdulikan apapun termasuk nyawanya sendiri. Vee bahkan berencana setelah menemukan pembunuh ayahnya, ia akan mengakhiri hidupnya.

Bagi Vee, Almira adalah porosnya, dan ketika porosnya itu menghilang apakah mungkin Vee masih bisa bertahan?

Roy Dewantoro bahkan tadi sudah mengakui kalau dia memang mengenal ayah Vee dan benar salah satu alasannya berhenti dari dunia Sains adalah karena kematian dari William Dirgantara, ayah Vee.

"Aaarrrggghhhh!!!" Pekikan keras Vee kumandangkan dari balik helm hitam yang ia kenakan. Dia tidak lagi memperdulikan kendaraan di sekitarnya yang memperhatikannya dengan tatapan aneh. Saat ini, Vee hanya ingin meluapkan semua ganjalan yang menjadi beban di dalam dadanya. Vee tidak sekuat itu, ia hanya seorang remaja yang juga membutuhkan kasih sayang dari orangtua dan keluarganya. Tidak jarang, Vee melampiaskan kekosongan di dalam hatinya dengan menghisap lintingan nikotin hingga berbatang-batang.

Di saat Vee mulai menemukan bagian dari sisi hatinya yang kosong, di saat itu juga Vee harus kembali membuang bagian itu dan membiarkan hatinya menjadi kosong lagi. Almira Rubi, dialah bagian yang sudah mengisi sisi hatinya yang kosong tapi sebentar lagi dia harus melepaskannya dan membuangnya jauh.

MARKAS DANGER

Motor Vee sudah memasuki pekarangan markas, setelah ia memarkirkan motornya, ia berjalan masuk dan pemandangan pertama kali yang ia lihat saat ia baru saja membuka pintu, adalah senyuman seorang gadis yang mampu membuatnya tenang dan selalu bisa menghangatkan hatinya yang kerap merasa panas.

"Vee ...." Almira menyapa Vee dengan ukiran senyum indahnya.

"Kok kamu udah pulang? Inikan belum jam pulang, Vee?" tanya Almira.

"Rubi ...," panggil Vee lirih.

Vee membuang asal tas sekolahnya, dan berjalan menghampiri Almira lalu memeluknya dengan sangat kuat. Vee tidak menggubris di sana ada Endi dan Anggra yang tengah duduk di sofa dan memperhatikan mereka berdua.

"Bucin, semua penghuni bumi dianggap jadi makhluk astral sama dia," gumam Endi yang dibenarkan oleh Anggra.

"Vee ... lepas, malu sama mereka," bisik Almira yang terus berusaha memberontak tapi rupanya dekapan Vee jauh lebih kuat dari tenaga yang Almira keluarkan.

"Biar dulu, Rubi. Biar kaya gini dulu. Aku ga mau melepaskan kamu. Kalau memang aku harus meminta izin pada tunanganmu, aku akan lakukan, Rubi.

"Aku ga peduli biarpun di depan aku ada ratusan orang yang mau membunuhku, asalkan aku bisa memeluk kamu, mati di tangan mereka pun, aku ikhlas, Rubi."

"Aku hanya ingin memeluk kamu."

Semua ucapan yang keluar dari mulut Vee terdengar kacau, bahkan Almira sampai tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Vee. Siang ini, Vee nampak berbeda dari Vee yang ia temui tadi pagi.

Endi dan Anggra yang sedari tadi menyaksikan dan mendengarkan perkataan Vee pun,terlihat menyatukan kedua alis mereka karena Vee yang mereka kenal tidak pernah terlihat selemah dan serapuh ini.

***

Setelah membuat kegalauan brutal, Vee ditemani oleh Almira masuk ke kamar Vee untuk melihat keadaan Chaca yang sudah lebih baik.

VEE : THE ASSASSIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang