Bentuk kata maaf adalah Kematian.
(NARENDA ADHYAKSA)
Setelah keluar dari kediaman Dermawan, Anggra mengajak Vee ke pantai untuk sejenak menenangkan pikiran sahabatnya itu. Anggra tahu kalau saat ini Vee pasti butuh ketenangan sesaat. Semua beban yang melekat di atas pundak teguhnya seolah saling menumpang tindih semakin berat. Wajah Vee masih terlihat sedikit pucat walaupun tidak seperti saat ia baru selesai di bedah tadi.
"Tadi pasti sakit banget ya, Vee?" tanya Anggra berbasa-basi, walaupun tidak perlu ditanya sekalipun pasti semua orang akan bisa menebak seperti apa rasa sakitnya.
"Rasa sakit yang diberikan oleh dokter Dermawan tadi masih bisa gue tahan, Nggra ...." Vee menggantung kalimatnya.
"Gue tahu, rasa sakit dari Roy Dewantoro yang ga bisa lo tahan, kan?"Anggra menimpali kelanjutan dari kalimat Vee.
Vee mengangguk. "Sesakit itu ternyata mencintai seseorang. Kenapa Tuhan harus memupuk subur perasaan ini kalau memang perasaan ini terlarang?"
"Semua yang terjadi di dalam hidup ini, pasti ada tujuannya, Vee. Ga mungkin Tuhan menciptakan dan memupuk perasaan lo kalau ga ada maksudnya, dan gue percaya kalau maksud dari Tuhan itu pasti terbaik buat lo." Ucapan Anggra yang terdengar sangat bijak membuat Vee tersenyum kecut.
"Nggra, tadi pak Roy bilang kalau ada sesuatu yang dia tulis di balik foto orang tua gue dan itu adalah kunci untuk membuktikan siapa dalang sebenarnya, tapi foto itu sekarang sudah di tangan Zevano."
Anggra menepuk jidatnya menyadari kebodohannya, ia dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka aplikasi galery. Dengan lincah, tangannya terus menscroll ke bawah foto-foto yang ia simpan.
"Ketemu!" pekik Anggra kegirangan.
Vee menoleh dan bertanya, "Kenapa?"
"Waktu itu gue sempet foto bagian belakangnya, maksud gue sekalian buat mecahin kata sandi ini tapi gue belum sempat." Anggra menunjukan senyum lebarnya dan memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya.
Dengan gerakan cepat, Vee langsung merampas ponsel milik Anggra dan membuat Anggra mengumpat kesal pada sahabatnya, "Si Anjing ...."
"Lo yang Anjing, kenapa baru ngomong sekarang!" hardik Vee kasar pada Anggra.
"Gue lupa, Vee Arkarna sahabat gue yang paling ganteng seantero jagat dan yang paling di takuti di dunia gelap," jawab Anggra dengan setengah mengejek.
Vee tidak lagi memedulikan ucapan Anggra, fokusnya saat ini hanya pada foto yang menampilkan deretan angka yang ditulis oleh Roy Dewantoro, di mana angka-angka tersebut jika disusun akan membentuk menjadi satu kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEE : THE ASSASSIN (END)
Romance"Kalau aku tidak bisa memilikimu di dunia nyataku, dapatkah aku memilikimu di dunia mimpiku?" "Kenapa harus kamu anak dari pembunuh ayahku." "Apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersama dengan anak dari pembunuh ayahmu sendiri?" Mata itu menatap...