Chapter 25 : AFTER ALL

309 21 0
                                    

"Seseorang yang memiliki sifat Jahat dan kejam, kemungkinan dulunya adalah orang yang memiliki sifat baik tapi selalu di perlakukan jahat dan kejam. Pada akhirnya, sifat jahat yang terbentuk pada dirinya sekarang adalah benteng pertahanan untuk melindungi dirinya sendiri"
(VEE THE ASSASSIN)
***

6 Bulan Kemudian ...

Enam bulan telah berlalu tapi kondisi Vee masih belum ada perubahan. Wajahnya masih nampak tenang dalam mata tertutupnya. Vee sepertinya sangat menyukai suara mesin monitor di sebelahnya, karena itu ia nampak enggan untuk membuka matanya.

Mengenai kasus kejahatan yang dilakukan oleh Salendra, Hakim sudah memutuskan hukuman untuk masing-masing pelaku baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Salendra Adhyaksa terbukti bersalah karena dengan sadar telah melakukan beberapa kali tindakan pembunuhan dan kejahatan, yang di awali saat dia membunuh saudara kembarnya dan menyalahgunakan identitas dengan memakai identitas dari saudaranya yang telah ia bunuh.

Selain itu, Salendra juga terbukti terlibat di dalam penculikan yang di alami oleh Almarhumah Chaca pada saat itu serta pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Zevano terhadap ibu Sri, juga diketahui atas perintah dirinya. Terakhir kematian dari Zevano itu sendiri.

Polisi juga sudah menemukan bukti-bukti terkait eksperimen ilegal yang awalnya dituduhkan kepada William Dirgantara, dan kini semua bukti tersebut sudah menetapkan Salendra, Roy, dan juga kedua orangtua Joan menjadi terdakwa dan telah ditetapkan bersalah.

Keputusan akhir dari Hakim pengadilan, menetapkan HUKUMAN MATI untuk Salendra Adhyaksa, 20 tahun penjara untuk Roy Dewantoro, dan 5 tahun penjara untuk orang tua Joan.

***

"Ayah, apa kabar?" tanya Almira saat ia datang mengunjungi Roy Dewantoro di dalam tahanan dengan mengenakan seragam orange.

Roy tidak dapat menyembunyikan perasaan sedihnya, ia sungguh tidak menyangka gadis yang selalu ia perlakukan kasar dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya, tapi masih memiliki kepedulian terhadap dirinya.

Kedua netra Roy sudah nampak berkaca-kaca, ia mengangguk perlahan lalu menjawab pertanyaan dari Almira, "Ayah sehat, Mira. Kamu bagaimana?."

"Almira juga sehat, Yah."

"Maafkan Ayah, Mira. Selama ini Ayah tidak pernah menyayangi kamu dan selalu menuntut kamu untuk selalu mengikuti apa kata Ayah, Ayah bahkan selalu kasar padamu." Roy menundukan kepalanya dan kedua bahunya terlihat bergetar.

Almira menggeleng. "Ayah jangan bilang kaya gitu, walaupun Ayah selalu kasar sama Mira, tapi kebaikan Ayah sama Mira juga ga bisa Mira lupain, Yah."

"Kebaikan apa, Mira? Kebaikan apa yang sudah Ayah lakukan sama kamu? Justru Ayah selalu menyakiti kamu."

Lagi-lagi Almira menggelengkan kepalanya, menolak keras pernyataan dari Roy. Ia melemparkan senyum Gummi ciri khasnya kepada Roy.

"Waktu Mira baru bisa sepeda, Mira tahu diam-diam Ayah memperhatikan Mira dari dalam rumah, dan Mira juga tahu kalau sepeda yang Om Deni kasih ke Mira itu adalah pemberian Ayah."

Tangisan sendu kembali mengalir begitu saja dari Roy. Hatinya saat ini benar-benar sudah tersayat-sayat. Bagaimana mungkin, hal kecil seperti itu masih di ingat jelas oleh Almira, anak yang selalu ia perlakukan kasar.

"Mira, maafkan Ayah ..." suara Roy terdengar sudah sangat parau, lirih, dan juga getir. Matanya sudah di banjiri dengan butiran bening yang terus turun dari kedua kelopak matanya. Roy tidak sanggup lagi menatap wajah cantik Almira, ia hanya mampu menundukan wajahnya sambil terus menggenggam kedua tangan Almira.

VEE : THE ASSASSIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang