BAB 26 : THE LAST (END)

634 29 0
                                    


"Kebahagiaan akan lebih terasa nikmatnya setelah kita melewati banyak kedukaan dan airmata"
(VEE THE ASSASSIN)

***

Vee membanting pintu mobil cukup keras, sampai getarannya sempat dirasakan oleh Almira.

"Sudah berapa pria yang memanggilmu dengan sebutan Rubi?" tanya Vee to the point.

Almira masih diam, dia belum bisa membuka mulutnya. Otaknya masih bekerja untuk memproses kejadian saat ini. Almira bahkan harus mengerjapkan matanya berulang-ulang, hanya untuk memastikan kalau dirinya tidak sedang bermimpi.

"Jawab, Rubi, kenapa kamu justru diam?" Vee semakin menahan emosinya.

"Kamu, beneran Vee? Kamu, Vee? Aku ga mimpi, kan?"

"Apa aku harus membuka bajuku di sini dan memperlihatkan ukiran namamu yang ada di dadaku?" tanya Vee frontal.

Almira menggeleng pelan, "Kamu ... kamu ... aku pikir ... kamu-"

"Aku minta maaf, Rubi. Aku minta maaf baru datang padamu sekarang." Vee berucap dengan penuh rasa penyesalan.

"Kenapa? Kenapa, Vee? Kenapa baru sekarang?" ucap Almira lirih dan di iringi dengan tetesan air yang turun deras dari matanya.

"Aku lumpuh, Rubi ...."

Kedua pupil safir Almira membesar. "Apa? Kamu lumpuh?"

Vee mengangguk sekali.

"Saat itu bahkan aku ga bisa menggerakkan tubuh dari bagian perut sampai bawahku, Rubi."

Satu tahun setelah melewati masa komanya, Vee akhirnya membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan retina matanya dengan cahaya ruangan.

"Ru ... bi." kata pertama yang ia ucapkan setelah ia tersadar, walaupun suaranya masih terdengar terbata.

Vee menatap kosong langit-langit kamar tidurnya, alat-alat medis masih menempel di tubuhnya. Ia tidak bisa menggerakan tubuhnya sama sekali.

Pintu kamar Vee dibuka oleh Reichard, ia semula hanya ingin mengecek cairan infus Vee, tapi siapa sangka kalau kejadian berikutnya justru membuat ia memekik kegirangan.

"Vee ... ! Lo bangun?" Pekik Reichard kencang, ia langsung mendekati ranjang Vee dan memastikan penglihatannya tidak salah.

Setelah yakin kalau matanya tidak salah lihat, Reichard segera berlari keluar untuk memanggil sahabatnya yang lain, dan menghubungi dokter yang menangani Vee. Tidak lupa, Reichard juga menghubungi Joan karena bagaimanapun juga, Joan-lah yang selama ini membantu semua keperluan Vee.

Semua orang yang hadir mengelilingi Vee nampak sumringah dan bahagia. Vee belum mengeluarkan suara lagi, ia hanya memandang satu persatu orang-orang yang ada di sekitar dirinya. Dia melihat keempat sahabatnya, dokter, perawat, dan Joan.

Sebenarnya mereka semua tahu apa yang ingin Vee tanyakan, tapi mereka bersikap seolah tidak tahu untuk menjaga kondisi Vee yang baru saja sadar dari satu tahun koma.

Setelah melewati pemeriksaan, dokter menyatakan kalau Vee mengalami kelumpuhan sementara pada bagian perut sampai kakinya.

Kelumpuhan yang Vee alami ini sebenarnya di luar dari prediksi dokter,dokter mengira kalaupun Vee sadar nantinya, kemungkinan besar seluruh anggota tubuhnya akan mengalami kelumpuhan total tapi ternyata sebuah keajaiban di luar nalar manusia, Vee hanya mengalami kelumpuhan sebagian dan sementara.

"Sejak saat itu, aku selalu rutin melakukan terapi. Tujuanku hanya satu, ingin cepat bertemu kamu."

"Tapi, kenapa semua orang ga ada yang memberitahuku? Kalian semua tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi, bahkan Kak Joan juga mengatakan kalau kalian tidak bisa dihubungi."

VEE : THE ASSASSIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang