Kepulangan.

777 93 10
                                    

"Oh? Begitu ya..."
Nahida merespon. Nampaknya ia tidak terkejut, karena sudah mendapat kabar dari Tighnari sebelumnya.
"Apakah Ibund- ahem, Nahida sendiri mengenal Alhaitham?"
Kaedehara Kazuha tertawa mendengar Scaramouche yang nyaris memanggil Nahida hampir dua kali. Scaramouche sedikit kesal, ia langsung menutup mulut Kazuha dengan tangannya.

"Ceritanya panjang. Sepertinya aku tahu dimana mereka berada. Namun jangan khawatir, mereka akan segera kembali. Sekarang, aku akan mengirimkan Nona Candace untuk menjaga kalian selama di pelabuhan Ormos." Mendengar itu, Kazuha merasa lega.
"Baiklah Nahida, terimakasih."
Scaramouche mengakhiri panggilan. Ia juga melepas tangannya dari mulut Kazuha. Tetapi sepertinya Kazuha belum merasa jera, ia masih ingin usil dengan kekasihnya itu.
"Ibundaa~ oh Ibunda tercinta~" dengan nada yang menggoda.
Scaramouche merasa malu bercampur kesal. Ia menutupi wajah merahnya itu.
"Ugh...Kazuha...tolong hentikan itu..."
_______________________________________

Setelah melalui mandi yang panjang, Kaveh terbaring lemas diatas sofa. Ia menyelimuti dirinya dengan selimut. Alhaitham duduk disampingnya sembari mengelus pipi Kaveh.

"Maaf...Aku terbawa suasana." Alhaitham mencubit pipi Kaveh membentuk lekukan senyuman. Kaveh langsung membalikkan tubuhnya, ia tidak mau berhadapan dengan Alhaitham.

"...Buatkan aku susu hangat." Ucap Kaveh yang mengubur dirinya dibawah selimut. Alhaitham segera berdiri dan berjalan menuju dapur, mengikuti kemauan Kaveh agar dia mau memaafkan dirinya.

Mendengar langkah kaki Alhaitham semakin menjauh, Kaveh mengintip lewat selimut memastikan bahwa Alhaitham sudah pergi beberapa meter jauh dari lokasinya. Kaveh terbangun dari posisinya, berjalan dengan gemetaran mengingat-ingat dimana foto yang terkoyak yang sebelumnya ia lihat.

Ia menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi jaring laba-laba di setiap pojok atas langit-langit. Dan juga rak buku yang berdebu seperti rumah ini sudah terbengkalai selama bertahun-tahun.

Dengan sekejap Kaveh melupakan semua itu setelah bokongnya merasa nyeri akibat ulah Alhaitham.
"bokongku sakit sekali..." Kaveh meringis kesakitan mengusap-usap bokongnya yang malang itu.

Ia menyesali perbuatannya mengapa ia membiarkan Alhaitham mengambil alih tubuhnya begitu saja. Tidak, sebenarnya tertanam dalam diri Kaveh rasa menyerahkan dirinya membiarkan Alhaitham mendominasi tubuhnya yang masih lemah itu. Seakan-akan Alhaitham terhubung dengan dirinya, terjalin tali yang tidak asing. Ia dapat merasakan sebuah kehangatan saat dirinya bersama Alhaitham. Apakah itu cinta? Entahlah, tapi seingat Kaveh dirinya tidak pernah terjalin suatu percintaan sama sekali.

"Ah, itu dia." Kaveh memungut serpihan foto yang terkoyak diatas lantai itu. Ia mencoba menggabungkan semuanya, agar ia dapat melihat dengan utuh foto tersebut. Namun, ada bagian yang hilang. Terdapat tulisan yang robek sudah tidak jelas untuk dibaca dibelakang foto itu. Kaveh menatap wajah seseorang difoto itu. "...Itu... aku."

"...Kaveh?" Tiba-tiba Alhaitham sudah berada tepat dibelakangnya, melipat tangannya sambil menatap Kaveh dibawah.
"Ahh! Kau mengagetkanku saja!" Kaveh dengan buru-buru menyimpan  foto itu ke dalam sakunya, berharap Alhaitham tidak melihat aksinya itu.

"Apa yang kamu sembunyikan? Oh ya, susu hangatmu sudah kutaruh diatas meja. Aku juga membuatkanmu sarapan."
"Oh benarkah? Kalau begitu terima kasih." Kaveh berdiri dan segera menuju meja makan, diikuti oleh Alhaitham yang berjalan di belakangnya.

"Astaga...berantakan sekali..." Kaveh melihat sekeliling dapur yang porak poranda. Kaveh mengecek hasil sarapan yang dibuat oleh Alhaitham. "...Rotinya gosong" Kaveh kemudian juga memeriksa kaleng susu bubuk. "Susunya kadaluarsa, 12 tahun lalu..."

Hancur sudah suasana hati Kaveh. Niat hati Alhaitham yang ingin membuat perasaan Kaveh jauh lebih baik, malah memperburuk keadaan. Kaveh menghela napas panjang, ia terlihat tidak marah sama sekali, justru tersenyum kepada Alhaitham.

Kaveh berpikir bahwa Alhaitham berniat meracuni nya, namun melihat ekspresi pria itu yang polos bagaikan anak kecil yang tidak tahu apa-apa, hatinya menjadi luluh seperti air yang memadamkan api yang bergejolak dalam dirinya.

"Lupakan saja, ayo kita sarapan diluar."
_______________________________________

[Timeskip]

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi Alhaitham belum sampai juga di Sancuary Of Surasthana seperti yang sudah dijanjikan.

Beberapa orang sedang duduk di bangku perjamuan mereka, menunggu Alhaitham datang. Mereka adalah Tighnari, Faruzan, Collei, dan Nahida.

Faruzan seorang mahasiswi dari Akademiya, jurusan Harvatat. Ia memiliki rambut berwarna cyan yang dikuncir 2. Selain mahir sastra berbahasa, mahasiswi ini juga mahir dalam hal mekanisme.

Sedangkan Collei, ia juga seorang mahasiswi. Tighnari adalah gurunya, namun Tighnari menganggap Collei seperti anak angkatnya sendiri. Lantaran Collei ditemukan oleh Cyno dan dibesarkan oleh Tighnari. Collei memiliki rambut berwarna hijau, dan warna matanya ungu. Tutur kata Collei sangat lembut, namun ia adalah orang yang tertutup.

"Tighnari, apa kamu yakin kalau dia Alhaitham?" Seorang wanita dengan aura penuh kebijaksanaan duduk diatas singgasana. Ia seperti ibu peri, rambutnya yang putih dengan sedikit hijau neon dicabang-cabang rambut mewarnai rambutnya yang tersurai panjang dan indah. Dia adalah Dewi Nahida, pengelola dan pemilik dari Akademiya, kampus terbesar di seluruh Teyvat. Beliau juga sekaligus seorang Archon yang menguasai wilayah Sumeru. Sumeru terkenal dengan kebijaksanaan dan pengetahuan. Gelar Nahida sebagai seorang archon juga biasa disebut dengan Lord Lesser Kusanali.

Tighnari membalas,
"Ya, aku yakin dia Alhaitham. Dia tidak berubah sama sekali setelah belasan tahun menghilang. Tetapi dibandingkan dengan yang dulu, Aura milik Alhaitham kini jauh lebih menenangkan."

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Alhaitham datang. Semua mata langsung tertuju pada sumber suara langkah kaki yang menuju ke tempat perjamuan. Rupanya dia tidak sendiri, seorang lulusan Kshahrewar juga ikut bersamanya berjalan disamping Alhaitham. Ya, dia adalah Kaveh.

Mereka segera berdiri dari tempat duduk dan membungkukkan tubuh mereka, memberi hormat kepada Alhaitham dan juga Kaveh.

"Bulan dan Matahari...selamat datang kembali."

Sol y Luna [HaiKaveh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang