Foto Yang Terkoyak.

857 117 3
                                    


"Rasanya sakit, sakit sekali..."

"Archon yang maha bijaksana, kenapa kau tidak tarik saja nyawaku ini?"

"Aku sudah tidak kuat lagi. Badanku rasanya remuk semua..."

"Kenapa? Kenapa diriku begitu sial? Cobaan macam apa ini? "

"..."

"Suara itu..."
"Ah... S-siapa itu? ...Alhaitham? A-apa yang dia lakukan disini?"

"Haitham, aku disini...Tolong...Tolong aku...kumohon..."

Kaveh terbangun dari tidurnya, badannya masih terasa berat. kepalanya masih berdenyut hebat.

Tetapi semua rasa sakit itu seketika sirna ketika ia membuka matanya. Kaveh menyadari bahwa dirinya sudah tidak berada di Tavern. Namun di rumah yang berantakan. Mata nya tertuju pada Alhaitham yang sedang terlelap disampingnya. Alhaitham tidur dengan posisi duduk, pria itu masih menggenggam tangan Kaveh di dalam tidurnya.

Kaveh terdiam... Anehnya ia tidak mencoba melepaskan genggaman tangan orang yang tidur disampingnya.

Ia langsung bisa menyimpulkan bahwa Alhaitham telah menyelamatkan dirinya. Tak hanya itu, ia menyadari terdapat kain kompres yang selama ini menempel di keningnya. Kaveh lalu melepas kain kompres itu. Pria itu benar-benar telah merawat dirinya. Kaveh merasa sedikit lega, rasa waspadanya kepada Alhaitham sekarang menurun. Terselip di lubuk hati Kaveh rasa bersalah atas apa yang ia telah lakukan kepada orang yang menyelamatkannya saat berada di Pardis Dhyai. Kaveh juga telah salah menyimpulkan kalau Alhaitham adalah orang jahat, hal itu membuat rasa bersalahnya semakin bergejolak.

Ia menatap Alhaitham dengan penuh keheranan.

"Kenapa?... Kenapa kau menyelamatkanku?" Ucap Kaveh dengan suara yang serak.
Seketika genggaman tangan Alhaitham mengerat, tanda pria itu sudah bangun. Dengan refleks, Kaveh langsung menarik lengannya.

"Jawabannya adalah karena kau kekasihku."

Kaveh terbelalak. Ia mengira Alhaitham tidak mendengar omongannya itu. Bukan hanya terkejut karena hal itu, ia juga terkejut dengan jawaban yang baru saja Alhaitham lontarkan.

"A-apa?! Kekasih?! Jangan gila, Alhaitham! Kita baru saja bertemu kemarin!"

Wajah Kaveh memerah. Bukan sebab ia marah, Namun karena tersipu malu.

Melihat wajah Kaveh yang memerah, Alhaitham meraih kening Kaveh lalu menyentuhnya dengan sentuhan yang lembut. Ia meletakkan telapak tangan nya, memeriksa suhu badan Kaveh.

"Apakah kau terkena demam lagi? Mari, kita mandi saja agar meredakan panasmu. Aku akan membasuhmu."

Kaveh menutup wajahnya yang merah padam.

"T-Tidak! Aku baik-baik sa-" tak sempat menyelesaikan ucapan nya, Alhaitham langsung menjulurkan tangannya mengelilingi Kaveh. Alhaitham Meletakkan satu lengan mengelilingi punggung Kaveh, dan lengan lainnya di belakang lutut laki-laki berambut pirang itu. Ia menggendong Kaveh secara perlahan, mendekatkan Kaveh ke tubuh berototnya.

"Aku yakin kau masih belum bisa berjalan, jadi biar aku bantu."

Kaveh kehabisan kata-kata. Ia hanya diam dan masih menutupi wajahnya yang memerah.

Saat Alhaitham membawanya menuju kamar mandi, pengelihatan Kaveh teralih pada bingkai foto yang pecah dengan gambar yang terkoyak berceceran di samping bingkai itu. Itu adalah foto Alhaitham dengan seseorang. Kaveh mencoba mengamati lebih jelas lagi. Gambar seseorang yang berada di samping Alhaitham itu terlihat tidak asing, apakah itu...dirinya sendiri? Tapi sejak kapan? Dirinya merasa tidak pernah mengambil foto bersama Alhaitham. Namun, apakah itu benar-benar dirinya? Kaveh menyimpan semua pertanyaan itu untuk meminta jawaban kepada Alhaitham nanti.  Kaveh kini meyakini bahwa ia sebenarnya mengenal Alhaitham walaupun foto wajahnya itu tidak terlalu terlihat jelas karena fotonya sudah robek. Tak hanya mengenal, bahkan Kaveh mencurigai bahwa mereka terjalin suatu ikatan satu sama lain. Apakah jawaban Alhaitham adalah yang ia maksud dari suatu ikatan itu?

Alhaitham meletakkan tubuh Kaveh yang lemas ke bak mandi. Ia mulai menyalakan keran dan mulai melepaskan pakaian Kaveh.

"Haitham... Aku bisa melakukan nya sendiri." Ucap Kaveh dengan intonasi yang pelan.

Alhaitham mengangguk. Kini Alhaitham melihat secara rinci bagian tubuh orang didepannya selagi Kaveh melepaskan pakaiannya satu persatu. Masih terdapat beberapa memar yang membekas ditubuhnya. Saat matanya tertuju pada leher Kaveh, ia melihat ada bekas gigitan yang terpampang jelas dibelakang leher yang ia akui kekasihnya. Alhaitham menggertakan gigi, Kaveh menyadari hal itu.

"Maaf... Aku memang bodoh." Kaveh memejamkan kedua matanya, lalu menghela napas.

Sebenarnya Alhaitham merasa cemburu, namun ia hanya memasang wajah datar.

"Biar aku bantu."

"Sebaiknya jangan-"

Alhaitham kemudian mulai membasuh belakang tubuh Kaveh. Sungguh... Kulit Kaveh benar-benar lembut bagaikan kain sutra, bahkan lebih baik dari itu.
Saat Alhaitham dengan tidak sengaja membasuh Kaveh dan mengusapnya dengan sedikit tekanan,

"A-ah..."

Suara desahan keluar dari mulut Kaveh. Kaveh langsung menutup sumber suara desahannya itu.

"...Oh?" Alhaitham terhenti.

"Sudah kubilang! Sebaiknya jang- ahh-!" Kaveh tidak sempat menyelesaikan ocehan nya. Sekarang, dengan sengaja Alhaitham meraba lalu menekan tubuh Kaveh dengan jari-jari panjang miliknya.

Alhaitham tertawa kecil,
"Hmm... Tubuhmu masih saja sensitif sama seperti dahulu. Bukankah begitu, Kaveh?"

Sol y Luna [HaiKaveh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang