16 tahun telah berlalu,
Kaveh dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Sirius.
Setelah kepergian Alhaitham untuk selama-lamanya, Kaveh ternyata mengandung anak dari pria itu. Dia menyadari bahwa dia mengalami hal yang sama seperti sebelumnya saat dia mengandung janin yang pernah gugur dalam kandungannya.
Setelah terkena tekanan batin yang mendalam atas kematian Alhaitham, dia berusaha menguatkan diri untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan dikarenakan dia sedang hamil, dia tidak mau kejadian itu terulang kembali. Peninggalan yang Alhaitham berikan hanyalah lagu, Mehrak, pedang Light of Foliar Incision dan yang paling berharga dari semua itu adalah janin yang ia kandung.
Nama Sirius diambil dari nama bintang yang paling terang di seluruh langit malam.
Karena Sirius adalah anak dari Kaveh dan Alhaitham, tentunya dia mendapat turunan gen dari kedua orang tuanya. Matanya berwarna merah seperti Kaveh, sedangkan warna rambutnya diturunkan dari Alhaitham. Sifat Sirius mirip seperti Kaveh dikarenakan hanya Kaveh yang mendidiknya seorang diri, terkadang saat masih kecil Sirius dititipkan oleh Kaveh ke Tighnari, Kaveh biasanya sibuk untuk bekerja, tetapi dia tidak segan-segan meluangkan waktunya untuk anak satu-satunya itu.*tok tok tok* Terdengar suara ketukan pintu di depan rumah Kaveh.
"Tuan Kaveh, Sirius, mohon cepatlah, tuan Tighnari, tuan Cyno, sang dewi Nahida, nyonya Faruzan, nyonya Candace, nyonya Dehya, Scaramouche dan Kazuha sudah menunggu kalian." Ucap Collei.
"Iya iya Collei kau tidak perlu menyebutkan semuanya. Sirius apa yang kau lakukan berlama-lama di kamar?! Mereka sudah menunggu kita!" Kaveh berteriak-teriak sembari mengikat rambutnya yang lumayan panjang.
"Aku lupa mengisi ulang daya Mehrak, tunggu sebentar lagi..."
Sirius menjawab menatap Mehrak yang belum juga menyala."Tidak perlu mengisi ulang daya Mehrak, kau bisa minta paman Cyno untuk menyalakannya."
Sirius mencabut kabel yang untuk mengisi daya Mehrak lalu membawa Mehrak pergi bersamanya. Dia bersiap-siap segera keluar dari kamar yang disambut oleh jari Kaveh yang menarik daun telinga kiri Sirius sambil berjalan kearah luar."Ow ow ow! Ibunda tidak perlu menarik telingaku! Aku bisa jalan sendiri!" Sirius mencoba melepaskan daun telinganya dari jeratan Kaveh.
"Wah...cepat sekali kau sudah besar. Kau sangat mirip dengan ayahmu." Dehya menatap Sirius dari ujung rambut hingga ujung kaki Sirius.
"Hmph! Yang sama dari anak ini hanyalah sifatnya yang terkadang menyebalkan! Sekarang, membungkuklah dan minta maaf kepada mereka telah menunggu karena ulahmu!" Kaveh memegang kepala Sirius dan memaksanya untuk membungkuk, Kaveh juga ikut membungkuk.
"Sudah sudah jangan seperti itu Kaveh, kau terlalu keras padanya." Faruzan tertawa geli melihat kelakuan mereka yang sebelas duabelas.
"Baiklah kalau begitu kita langsung berangkat, semuanya sudah siap."
Berangkatlah mereka menggunakan kereta ke Dahrian Breach. Bukan tanpa alasan mereka pergi ke sana, melainkan untuk melayat Alhaitham, sang bulan yang cahayanya sudah lama mati. Namun bagi Kaveh, Alhaitham akan terus menyala menerangi hatinya yang gelap gulita dan hampa, selamanya.
Padang pasir di wilayah Sumeru kini sudah berubah total, terdapat perumahan-perumahan yang berdiri kokoh di sana. Banyak anak-anak yang sedang bercanda gurau, bermain bersama-sama di kota itu.
Intinya tanda-tanda kehidupan sudah menghiasi wilayah gurun Sumeru setelah bertahun-tahun ditinggalkan.Wilayah gurun kini sudah layak huni sejak menghilangnya lubang hitam itu.
Tidak hanya lubang hitam saja yang menghilang, namun juga nyawa Alhaitham ikut hilang.Semua telah berubah di padang pasir Sumeru, kecuali Dahrian Breach.
Dahrian Breach tidak diubah sama sekali atas permintaan Kaveh. Dia tidak mau makam Alhaitham diubah-ubah dan dirusak. Bahkan dia tidak mengizinkan tempat itu dijadikan tempat yang bersejarah oleh Akademiya. Jika orang-orang semakin ramai untuk mengunjunginya, takut ladang bunga Mourning itu rusak karena terlalu sering diinjak-injak oleh pengunjung.
Ketakutan Kaveh yang berlebihan itu membuat Akademiya mengirimkan 12 mahamatra sekaligus 8 ahli botani yang berasal dari jurusan Amurta untuk menjaga keaslian dan keasrian Dahrian Breach.
Sesampainya mereka disana, mereka berjalan perlahan di antara bunga-bunga Mourning yang indah ini, bentang ladang bunga Mourning yang subur.
Disaat orang-orang menikmati keindahan ladang bunga Mourning, Kaveh menarik lengan Sirius."Sirius, ikut aku sebentar."
Sirius mengikuti Ibundanya itu dari belakang ke suatu tempat yang terdapat satu gundukan tanah ditengah bunga Mourning.
Mereka berlutut, memetik beberapa bunga Mourning yang tumbuh di dekat sana dan meletakkannya diatas gundukan tanah itu.
"Kau tahu Sirius? Ayahmu itu adalah seorang pahlawan Sumeru. Dia mendapat julukan sebagai sang Bulan dari Sumeru."
"Ya, aku tahu itu, ibunda. Ibunda selalu mendongengkan kisah ayah saat aku masih kecil."
Kaveh tertawa ringan,
"Yah...Habisnya ayahmu ini keren sekali, bukan? Kamu pasti bangga memiliki ayah seperti dia."Sirius mengangguk-angguk setuju,
"Iya, aku sangat kagum. Aku harap suatu hari nanti aku akan menjadi seperti ayah, dapat berguna untuk melindungi Sumeru dari berbagai ancaman."Kaveh yang semula wajahnya santai, tiba-tiba menjadi masam.
"...Kau tidak akan meninggalkan bundamu ini kan?"
Sirius sadar apa yang telah ia katakan, semenjak kepergian Alhaitham, Kaveh menjadi seseorang yang overthink, terutama pada anaknya sendiri. Sirius mencoba menjelaskan apa yang dia maksud.
Kaveh sudah ditinggalkan untuk yang kedua kalinya oleh orang yang dia sayangi, dia tidak mau hal itu terulang kembali.
"Tidak, tidak akan pernah. Maksudku, aku mau jadi seperti ayah, bersinar terang menerangi kegelapan jika sewaktu-waktu itu akan terjadi. Tetapi tetap saja, tidak akan meninggalkan bunda. Aku janji."
Sirius memeluk Kaveh erat-erat, Sirius tahu bahwa ibundanya terlihat mau menangis.Angin bertiup meniup beberapa kelopak bunga Mourning dengan lembut, baunya harum semerbak dengan warna merah kelopak yang terbang menghiasi ladang.
Hari ini begitu cerah, awan-awan putih menghiasi langit yang berwarna biru, suara angin yang berhembus diikuti oleh kicauan burung yang merdu."Ya, suatu hari nanti pasti kelak kau akan bersinar terang sama seperti ayahmu, bahkan lebih terang darinya."
[End.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna [HaiKaveh]
RomanceMenjadi terkenal adalah suatu dambaan bagi seluruh umat manusia. Meski terdengar menyenangkan, percayalah itu semua hanya omong kosong. Tidak peduli seberapa banyak orang yang mengenalmu, mengagumi mu, bahkan bisa saja menyembahmu belum tentu itu se...