Titik Lemah.

981 103 1
                                    

"Izinkan aku untuk menyentuhmu, Senior."

Permintaan izin dari Alhaitham disampaikan dari lidahnya sendiri teruntuk meminta persetujuan Kaveh sebelum memulai perjalanan mengeksplorasi "Seniornya."

"A-apa?! Apa kau masih waras?! Itu sama saja pelecehan seksual!" Kaveh tercengang.

Alhaitham memijat keningnya, bersabar menangani pria berambut pirang yang satu ini.
"Justru karena itu aku meminta izinmu terlebih dahulu. Aku tidak memaksamu sama sekali. Kau masih tidak percaya bahwa kau ini bisa hamil, bukan?"

"J-jangan bilang itu artinya kau akan menghamiliku?!" Kaveh terlihat gelisah bercampur ketakutan setelah memikirkan apa yang kemungkinan besar akan terjadi.
Alhaitham merespon dengan terkekeh, membuat Kaveh semakin linglung dan menegang dengan apa yang Alhaitham maksud.
"Tidak, tidak. Jangan khawatir, aku tidak akan menghamilimu." Ia mencoba menenangkan Kaveh yang terlihat panik. Lalu ia menambahkan,
"Aku hanya akan menyentuhmu di daerah...sini. Bolehkah aku melanjutkan surveiku, Senior?~" Alhaitham membujuk "seniornya" dengan menggunakan nada yang menggoda.

Kaveh adalah seorang seniman lulusan Akademiya yang terkenal dengan rasa ingin tahunya yang tinggi. Dengan begitu, sebagai seseorang yang memiliki citra seni yang tinggi menjadikan benaknya menampung banyak rencana-rencana yang belum dieksplorasi dan belum diketahui jawabannya. Salah satu dari diantara beribu-ribu pertanyaan adalah yang kini sedang terjadi di dalam bak mandi yang berisikan dua orang. Ia penasaran dengan pernyataan Alhaitham yang secara logika diluar nalar.

"Ugh...Baiklah, tapi ingat! Eksperimen ini hanya untuk menunjukkan kebenaran dari perkataan tak masuk akalmu itu. Jangan sampai kau melewatkan batasanmu!" Jawab Kaveh dengan nada yang geram bagaikan kelinci yang agresif. Sebagai respon balasan, Alhaitham mengangguk.

Kedua belah pihak sudah menyepakati perjanjian, eksperimen akan segera dimulai. Terasa ketegangan yang sangat mencekram di dalam kamar mandi, bahkan air rendaman mereka yang seharusnya terasa dingin seketika naik seperti panas diikuti suhu ruangan yang rasanya seperti naik menambah kesan ketegangan diantara mereka.

Tangan kanan Alhaitham dengan perlahan menurun diantara selangkangan Kaveh dan terus menurun. Dua jari panjang milik Alhaitham menekan ke daerah lubang yang pasti pada umumnya para pria dan wanita miliki.

"A-ah!" Tubuh Kaveh merespon terhadap penetrasi kedua jari milik Alhaitham yang masuk ke dalam tubuhnya. Kaveh menggertakan giginya, tanda bahwa ia kesakitan.
"Kaveh...Sempit sekali. Kau akan menghancurkan jari-jariku jika kau terus menegang, tolong rileks sedikit." Pinta Alhaitham dengan nada yang lembut.
Kaveh memejamkan matanya dan semakin keras menggertakan giginya.
"Hai-tham-! S-sakit! Sakit sekali! Bagaima- Ah-! Aku bisa rileks?!" Kaveh merintih kesakitan mencengkram sandaran bak mandi yang berada di belakangnya.

Alhaitham menarik napas panjang, ia segera mendekatkan wajah kaveh ke samping kanan lehernya. Ia lalu berbisik sembari tangan kirinya membelai kepala Kaveh.

"Gigit leherku agar kau bisa menyalurkan rasa sakitmu padaku. Percayalah, itu akan berhasil. Dengan begitu, kau akan merasa sedikit lebih rileks agar penetrasi berjalan dengan lancar."
Kaveh tidak menjawab, ia langsung melipatkan tangannya di bahu Alhaitham.

Alhaitham segera melanjutkan penetrasi menggunakan jari-jarinya. Sekali lagi, Kaveh meringis kesakitan. Ia mengikuti arahan Alhaitham, menyalurkan rasa sakitnya melalui gigitan. Alhaitham dapat merasakan gigi Kaveh yang perlahan hampir menembus kulitnya, namun Alhaitham tidak komplain. Ia membiarkan Kaveh menggigitnya walaupun itu akan membuat kulitnya terkoyak. Mereka begitu dekat, sehingga napas hangat Kaveh menerpa leher milik Alhaitham.

"Al-Haitham~ jarimu- ah-! apakah semuanya- umh-! Sudah masuk?"
Kaveh terus merengek layaknya anak kecil yang tidak sabaran.
"Belum. Aku baru memasukkan ujungnya, kau masih mencengkram jari-jari ku. Aku khawatir lubangmu akan terkoyak jika terus seperti ini dan berakibat pendarahan."

"T-tapi ini sakit sekali! Kumohon- umh!-"
Alhaitham menutup mulut Kaveh dengan bibir miliknya agar Kaveh tidak berbicara lagi. Ia menyeringai dan mengejek pria yang tidak berdaya itu.
"Bahkan disaat kondisi seperti ini kau masih saja banyak omong."
Ternyata ciuman itu tidak hanya dilakukan untuk menutup kata-kata Kaveh, namun juga dilakukan agar membuat Kaveh lengah dengan rasa sakitnya.

"Ugh! K-kau-!"

Disaat Kaveh terlihat lengah akan rasa sakitnya, dengan sigap Alhaitham segera memasukkan jari-jari panjangnya lebih dalam lagi sampai dua jari nya itu tidak terlihat di permukaan. semuanya sudah masuk sampai inti, tanda bahwa penetrasi telah berhasil dilakukan.

"AH!" Seketika hal itu membuat pria yang tak berdaya menjerit terhadap gerakan tiba-tiba yang Alhaitham lakukan.

Sekarang, dengan perlahan ia menggerakan jari-jarinya yang berada pada inti dalam lubang Kaveh.  Kemudian Alhaitham meregangkan jari-jarinya, menekan dinding daging milik Kaveh. Ia sedang mencari titik kelemahan Kaveh.
"S-sakit-! Hentikan! Itu akan robek!"
Alhaitham tidak mendengarkan. Ia masih saja menekan-nekan dinding Kaveh, sampai tepat dimana ia menekan benjolan yang terdapat di dalam lubang milik Kaveh. "Ahh~!" Rintihan kesakitan yang Kaveh keluarkan seketika berubah menjadi desahan cabul yang melepaskan diri dari mulutnya.
Wajah Kaveh berubah merah, malu terhadap desahan yang Alhaitham dengar yang baru saja ia keluarkan.

"Oh? Nampaknya aku sudah menemukan titik lemahmu. Apakah kau merasa terangsang sekarang?" Alhaitham menekan benjolan tersebut secara berulang-ulang, memastikan bahwa itu benar adalah titik lemah milik Kaveh. Benar saja sesuai perkiraannya, disaat ia terus berulang kali menekan-nekan benjolan itu, dengan waktu yang bersamaan Kaveh mengeluarkan desahan cabul setiap kali Alhaitham menekannya. Benjolan itu bagaikan tombol suara yang dapat mengeluarkan desahan manis Kaveh. Tangan Kaveh meremas belakang baju Alhaitham jika setiap kali Alhaitham menekan titik lemah miliknya.
"Kaveh, kau pasti tidak dapat menebak apa yang baru saja membuatmu terangsang."
Ucap Alhaitham dengan perasaan puas yang menyelimuti dirinya. Ia melanjutkan sambil mempermainkan benjolan itu dengan jari-jari panjangnya.

"Haha...Kau tahu? kau bisa hamil karena benjolan yang terdapat didalam lubangmu ini."

Sol y Luna [HaiKaveh]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang