part 29

4.6K 269 30
                                    


Yuhuu setelah sekian purnama akhirnya nih cerita up juga ya, wk...

Masih ada yang nungguin ngga nih?

Ya udah ngga usah banyak basa-basi langsung baca aja part ini.

Happy Reading 💕

🌸🌸🌸

Disebuah taman belakang mansion mewah terlihat dua gadis remaja sedang duduk di salah satu bangku taman sambil memegang gelas bening berisi cairan berwarna merah cair. Dua gadis tersebut adalah Devita dan Karin, mereka sengaja ngobrol di taman ini karena di taman ini tempat yang tepat bagi mereka jauh dari kerumunan dan hanya ada mereka.

"Gimana? Sudah tau siapa yang naro bangkai tikus di loker lo?" Ucap Devita tanpa menatap Karin yang duduk disebelahnya.

"Ngga tau, gue udah cekk CCTV tapi ada beberapa menit CCTV-nya mati. Gue ngga tau kenapa bisa mati, yang pasti gue curiga orang yang udah neror gue orang yang punya kuasa di sekolah ini" Ucap Karin serius.

"Gue pikir juga gitu, tapi siapa? Abel?"  Ucap Devita sambil menolehkan wajahnya menghadap Karin.

"Abel emang berpotensi jadi pelaku sih, tapi... " Ucap Karin menggantung.

"Bukan Abel sih, gue tau Abel itu orangnya gimana. Abel tuh ceroboh sedangkan ini permainan dia terlalu rapi, tanpa jejak" Sahut Devita, Devita sudah mengenal Abel lama dan dia tahu bagaimana perangai dari seorang Abel.

"Jangan-jangan... "Ucap Devita menggantungkan kalimat nya.

"Ngga mungkin sih" Sahut Karin ketika tau kemana arah pikiran Devita rekannya tersebut.

"Rin kek nya target kita ngga selemah yang kita kira" Ucap Devita. Setelah kalimat tersebut suasana terasa hening tidak ada yang bicara mereka sama-sama fokus dengan pikiran mereka masing-masing. Selang semenit Devita berujar lagi.

"Tapi dia tetap harus kita singkirkan"ucap Devita.

"Tenang aja dia udah gue urus, sekarang dia sedang bersama sepupu gue. Lo tau kan siapa?" Ucap Karin setelah menghela napas sejenak.

"Angga?" Tebak Devita. Ya Devita kenal Angga karena ini bukan pertama kalinya mereka minta bantuan sepupu Karin itu, ini sudah bantuan kesekian dari Angga untuk sepupunya Karin.

"Hm" Sahut Karin sambil meminum habis cairan yang ada di gelasnya.

"Terus udah lo habisin" Tanya Devita lagi.

"Entar dulu lah, santai gue masih mau main-main" Sahut Karin sambil tersenyum miring seolah-olah sanderanya kali ini sama saja dengan korban-korban mereka sebelumnya.

"Lo ngga takut kalau dia kabur?" Ucap Devita lagi.

"Heh lo tenang aja, sepupu gue itu ngga bakalan semudah itu lepasin sanderanya" Ucap Karin yakin

"Sanderanya bukan sandera lo, karin" Ucap Devita lagi setelahnya dia langsung berdiri, membenarkan sedikit gaunnya yang kusut akibat duduk cukup lama.

"Dah lah gue mau lanjut caper dulu sama camer, bye" Ucap Devita mulai berpaling dan berlenggang pergi meninggalkan Karin di sana sendirian.

"Dihh" Sahut Karin sambil meutar bola matanya malas menatap tingkah Devita.

Tidak lama kepergian Devita Karin nelpon sepupunya, Angga.

"Gimana sandera gue" Tanya Karin pada orang diseberang sana.

"Anj**g lo ya, lo buat gue dalam masalah" Semprot Angga marah-marah dengan suara tingginya.

Naura sang figuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang