01. Sahabat.

7.1K 127 1
                                    

Moga suka sama cerita ini. 
Dan banyak juga Yang baca cerita ini, pastinya juga ninggalin jejak membaca kalian, ya!

Awali dengan bismillah Dan nanti akhiri alhamdulillah. 

Yuk ah!!! 

Happy Reading!!!

🍂🍂🍂

~^O^~

“Galvin tunggu!”

Teriakan itu menggema di lapangan sekolah. Pagi-pagi siswa maupun siswi sudah mendengar teriakan maut Yang diciptakan oleh insan Yang memang sudah biasa seperti itu. 

Dengan langkah tergesa sosok Yang meneriaki tadi menghampiri 4 orang siswa yang kini tengah menatapnya jengah. 

Vina Aureliya. 
Gadis jangkung Yang bergelar sahabat Galvin Mahendra. Vina merupakan satu-satunya cewek Yang dekat dengan Galvin. Ah ralat, maksudnya yang sangat dekat dengan Galvin. Karena kalau hanya sekedar dekat, Galvin mah banyak. 

Vina Dan Galvin sudah seperti sendal jepit Yang tidak mungkin pisah. Kalaupun sampai terpisah, maka sudah dipastikan sendal jepit itu tidak lagi bisa dipakai, bukan?  Begitupun dengan Galvin dan Vina.  jika saja mereka terpisah, maka salahsatu diantaranya akan rusak. Dan tidak mustahil jika satu diantara mereka mendapatkan pasangan Yang baru.

Tapi apakah mungkin itu akan terjad? Dilihat dari kedekatan mereka, sepertinya itu hal mustahil! 

“Apa? Berisik tau!” ucap Deva.  Deva salahsatu teman Galvin. Lihatlah bagaimana risihnya seorang Deva melihat Vina yang sudah meneriaki nama sahabatnya itu.

“Ye Kadal! Gue bukan manggil lu!” balas Vina yang kini sudah berada tepat dihadapan mereka. 

“Apa? Jangan ribut ah?” tanya Galvin yang juga jengah mendengar kedua sahabatnya itu ribut. 

“Ini, gue buatin sarapan buat lu. Lu pasti belum makan, kan?” ucap Vina menyodorkan se–kotak bekal serta minuman ditangannya. 

Galvin menerima sodoran itu. “Makasih, Vin. Lu emang sahabat gue yang paling baik.” ucap Galvin tersenyum memperlihatkan gigi gingsul miliknya. 

Arhgg... Jika saja Galvin peka akan perasaan Vina, apakah Galvin akan membalas perasaan itu? Atau... Vina yang akan terluka akhirnya? 

Iya, Vina memiliki rasa yang mungkin memang tidak seharusnya perasaan itu ada.  Galvin menganggapnya sahabat, sementara Vina?  Vina masih banyak berharap. 

Vina gagal untuk tidak terpesona oleh seorang Galvin Mahendra. Sahabat kecilnya itu sungguh tampan. Mereka bersahabat sedari bangku sekolah dasar, sampai sekarang. 

Mungkin yang Galvin rasakan hanya kenyamanan, berbeda dengan Vina yang memiliki rasa Cinta yang akan bertambah setiap harinya.

Galvin, dengan segala kesempurnaannya sedangkan Vina kalah fisik dengan orang yang Galvin suka. 

Ya, padahal Vina mengetahui siapa wanita yang Galvin suka, tetapi kenapa?  Kenapa perasaan itu tidak pernah bisa lenyap atau sekedar berkurang pada Galvin? 

GALVINA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang