08. Berangkat Bareng

1.5K 72 1
                                    

🌒🌒🌒

( °°° )

Setelah selesai mengerjakan kewajibannya sebagai muslimah, Vina kembali keruang rawat Andra. Jam kini menunjukan pukul 18:30. Andra juga sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter.

“Yuk!” ajak Vina menatap Andra yang kini tengah terbaring. Andra juga menunaikan ibadah sholat maghrib, hanya saja Andra tidak pergi ke mushola. ya karena badannya masih sedikit lemas, katanya.

“Ayo!” jawab Andra. 

Andra dan Vina berjalan dengan Vina yang me–mapah Andra disampingnya. Jika dilihat oleh orang lain, mereka bak pasangan serasi yang sedang mengantar sang kekasih berobat. 

Pun banyak pasang mata yang menatap mereka kagum. Ya mungkin karena salahsatunya mereka memiliki pahatan wajah yang lumayan untuk di pandang. Bahkan bukan lumayan, wajah Vina dan Andra memang sedikit mirip, itu sebabnya mungkin mereka yang melihat menyangka Andra dan Vina pasangan yang akan berjodoh.  Bukankah itu khobarnya kalau pasangan memiliki paras bak pinang dibelah dua? 

Ah entahlah! 

Vina dan Andra masuk kedalam taksi yang memang mereka pesan dengan cara online.

Setengah mulus perjalanan mereka, namun tidak setengahnya lagi, nyatanya Jakarta tetaplah Jakarta, macet nya parah cuy! 

Sekitar pukul 20:00 WIB. mereka sampai disebuah rumah besar bertingkat dua, dan bernuansa putih terang. 

Jika Vina lihat, rumah itu begitu sepi namun rapih. Mungkin sudah pada tidur. Ah apa iya?  Ah mungkin iya! 

“Bang, bangun.” ucap Vina menggoyangkan tubuh Andra yang kini tertidur dengan bersandar dibahu milik Vina. 

Hanya terdengar lenguhan kecil dari bibir Andra. Setelahnya Vina keluar dan berjalan membuka pintu mobil sebelah Andra, dan tepat saat itu, gerbang rumah Andra pun terbuka lebar. Disana, menampilkan wanita paruh baya tengah menatap ke arah Vina.

“Maaf, Non. Apa didalam taksinya ada Den Andra?” Tanya wanita itu. 

Dari sini Vina faham dan tau siapa wanita itu, sepertinya dia Asisten dirumah ini. “Ada, Bi.” jawab Vina sopan. 

“Oh syukurlah. Aduh gimana ya? Pak Supir lagi pulang kampung.” ucap wanita itu terlihat risau. 

Sedangkan Vina mengernyitkan dahinya seolah bertanya ‘Emang kenapa?’

Seolah hafal dengan raut muka Vina, Wanita tadi menghela nafas pelan. “Kan kalau Den Andra tidur gimana masuknya, Non?” tanya nya. 

Vina kembali mengernyit tidak mengerti. “Kan tinggal dibangunin aja, Bi. Gampang!” jawab Vina enteng. Memang iya, kan? Apa susahnya?

“Jangan, Non. Den Andra kalau udah tidur terus kebangun, dia gak bisa tidur lagi. Kasian.” ucap Wanita paruh baya itu. “Ah iya, nama Bibi Siti, Non. Bibi Asisten disini.” lanjutnya mengenalkan diri.

Vina hanya mengangguk. “Yaudah, biar coba Vina gendong aja, Bi.” ucap Vina membuat Bi Siti melongo.

Tanpa ragu Vina mulai mengangkat kedua tangan Andra dan menyimpannya dikedua bahu miliknya. Perlahan namun pasti Vina mengangkat kedua bokong Andra dan ya, berhasil. 

“Permisi, Bi. Bisa tunjukin jalan ke kamar Andra?” tanya Vina menyadarkan lamunan Bi Siti. Bi Siti masih diam melihat apa yang kini dirinya lihat. Ada ya cewek se–kuat Vina? 

“Bi, kok malah bengong?” ucap Vina, lagi. 

“Oh iya, Non. Mari saya anter.” ucap Bi Siti.

Vina mulai mengikuti Bi Siti dari belakang setelah membayar taksi tersebut. Sedangkan Andra, laki-laki itu sesekali mendusel diceruk leher Vina. Mungkin mencari kehangatan disana. 

“Enghhhh... ”

Lenguhan itu terdengar ditelinga Vina. Dengan cepat Vina menghentikan jalannya dan mulai mengusap punggung Andra. 

“Suttt... Bobo lagi, Bang.” ucap Vina. 

Vina kembali melanjutkan jalannya dan sialnya, kamar Andra berada diatas dan harus menaiki tangga. 

Jika kalian bertanya, kenapa Vina se–kuat itu? Jawabannya ya karena Vina sudah biasa menggendong Galvin. Ya, Galvin adalah bayi besar Vina yang kini melupakan sosoknya.  Dan ternyata, Tuhan menggantikan sosok Galvin dengan sosok Andra. 

Tinggi badan Vina 168 cm, dan Andra sekitar 178 cm, dan Galvin, 180 cm. Jadi, kalau menganggakat tubuh Andra mah belum apa-apa dibandingkan tubuh Galvin. 

Jika berat badan, Galvin memiliki bb 65, sementara Andra mungkin... 60. Dan si wanita yang tak lain Vina memiliki bb 48. Bagaimana?  Kuat kan sosok Vina?  Ya iyalah, jangan kan mengangkat beban bobot Andra dan Galvin, mengangkat beban perasaannya saja Vina kuat, kan? 

🌒🌒🌒

Pagi hari menyapa, Vina sudah siap dengan tas dipunggungnya. Semalam Vina pulang dijemput Supir rumahnya tanpa sepengetahuan Andra. Andra semalam menunjukan sifat aslinya yang tak jauh seperti bayi. 

Vina tengah menunggu sang Supir siap, namun manik matanya menatap motor hitam yang kini tengah menuju ke arahnya. Seperti...

“Motor Bang Aldi, kan?” gumam Vina. 

“Hai.”

Suara itu sudah jelas menunjukan siapa pemilik motor tersebut. Ya, ternyata benar Andra. Andra membuka Helm full fact miliknya. 

“Ngapain?” tanya Vina menatap Andra yang sudah siap dengan seragamnya. 

“Jemput Adek, gue. Eh btw, semalem Vina gendong Abang?” tanya Andra to the point.

“He‘em. Kenapa?” Tanya Vina.

“Nggak papa, makasih ya. Tenaga Adek gue kuat juga, ya?” tanya Andra sedikit tersenyum simpul. 

Vina menghembuskan nafasnya. “Iya, soalnya gue sering gendong Galvin... Dulu.” ucap Vina diakhiri lirihan. 

Andra yang mendengar itu seolah merasakan apa yang kini Vina rasakan. Adik barunya pasti sangat merasakan kehilangan akibat si Galvin sialan! 

“Lu mau ikutin drama Abang, gak?” tanya Andra menatap serius manik Vina. 

“Apa?” tanya Vina yang juga penasaran. 

Andra membisikan sesuatu yang membuat Vina diam sejenak namun akhirnya Vina tersenyum dan mengangguk. 

“Oke, gue ikutin drama lu, Bang!” seru Vina. 

Entah apa yang direncanakan mereka, namun semoga saja berhasil! 

“Yaudah yuk, berangkat bareng. Mulai sekarang, lu jadi jemputan gue!” ucap Andra merapikan sedikit rambut Vina yang berantakan akibat angin. 

🌒🌒🌒








GALVINA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang