“Sepi bener ya nih sekolah tanpa Agas dan Galvin satu lagi Andra. Rasanya kek hampa gimana gitu!” seru Laras.
Saat ini mereka tengah berada dikantin sekolah. Hanya ada Deva, Laras, Faisal dan Vina, disana. Entah kenapa, Galvin dan Agas tidak masuk sekolah hari ini.
“Vin, gimana keadaan Andra? Gue kemaren denger dari Agas soal Andra yang nolongin Galvin,” tanya Deva menatap manik Vina.
Vina menghentikan aktivitas makannya. Menatap manik Deva yang kini tengah menatapnya.
“Andra udah nggak papa, mungkin besok atau lusa juga udah boleh pulang, kok,” jelas Vina.Iya, tadi sebelum pergi ke sekolah, Vina menyempatkan dirinya ke rumah sakit terlebih dahulu. Menjenguk Andra lebih tepatnya. Dan kata Nurul, Dokter memberi tahukan bahwa keadaan Andra sudah membaik.
Perilah Galvin, Vina juga belum pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu semenjak di rumah sakit kala itu, dan ya, Vina berharap hari ini dia akan bertemu dengan Galvin disekolah, meski tidak untuk saling sapa karena ego yang masih menjulang tinggi dihati Vina, tapi, nyatanya harapan Vina sirna saat mengetahui bahwa Galvin tidak masuk hari ini. Sempat bertanya-tanya pada hatinya, kemana Galvin?
Tapi ya sudah, biarkan saja, untuk apa pula memikirkan Galvin, kan?
“Syukur deh kalau gitu, ikut seneng juga gue. Maaf ya, gue belum sempet jenguk Andra, soalnya dari kemaren Nyokap gue minta di anterin terus, mana ke shoping, lagi,” ucap Faisal memberenggut kesal saat mengingat bagaimana dirinya dijadikan babu oleh sang Umi, kemaren.
“Ya gak papa, dong. Itung-itung jadi anak sholeh lu, Sal!” ujar Deva terkekeh pelan.
“Sholeh pala lu! Iye sholeh kalau gue nya ikhlas, la ini, gue sepanjang jalan cemberut kagak ikhlas sampai telinga gue dijewer sama Umi,” ucap Faisal kesal.
“Emang dari lahir lu udah jadi anak laknatullah ye, Sal!” celetuk Laras tanpa jeda.
Faisal mendumel. Kenapa teman-temannya malah seperti ini?
“Sabar Sal, idup emang penuh cobaan.” ucap Vina yang juga ikut terkekeh pelan.
•
•
•
Bel sekolah sudah terdengar nyaring di pendengaran para murid. Para siswa siswi berhamburan keluar dari dalam kelas menuju parkiran untuk pulang.
“Gue duluan, ya. Mau ke rumah sakit,” ucap Vina pada sahabatnya.
“Yoi, nanti kalau gak ada halangan lagi, gue jenguk Andra ye. Bilangin cepet sembuh,” ucap Laras.
Vina hanya mengangguk. Tanpa menunggu lama, akhirnya Vina berjalan ke luar kelas.
Vina sesekali bersenandung kecil menyusuri koridor sekolah. Se sampainya diparkiran, Vina dikagetkan dengan keberadaan Agas yang tiba-tiba menarik tangannya menuju motor gede milik laki-laki, itu.
“Apaan sih!” pekik Vina menepis kasar tangan Agas. Menatap nyalang makhluk didepannya yang tidak mempunyai sopan santun, itu. Apa-apaan Agas ini, tiba-tiba menarik tangannya tanpa permisi.
“Lu ikut gue!” ucap Agas dingin.
“Siapa lu nyuruh gue?” tanya Vina menaikan satu alisnya.
“Ck, gue mohon, kali ini aja lu nurut, oke!” ucap Agas, lagi.
“Apa untungnya gue nurut sama lu?” tanya Vina datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVINA (End)
Teen Fiction"Kebodohan gue adalah, dimana gue ngelupain orang yang selalu ada dan mentingin orang yang baru ada." ... Galvin Mahendra. "Gak usah nyesel! Kagak guna, sumpah!" ... Vina Aureliya. °°°° WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA|||||