Plak...
Satu tamparan mendarat tepat dipipi kanan seorang pemuda yang kini refleks menoleh ke sebelah kanan akibat tamparan, itu. Pipinya terasa panas, bahkan kini, rasanya ada sesuatu yang terasa ingin keluar dari lubang hidungnya.
“Kenapa bukan lu aja, sialan?!” teriak sosok gadis didepannya dengan isakan yang tak kunjung reda.
Laki-laki itu menggeleng kuat, kini, sekujur tubuhnya sudah bergetar hebat, peluh sebesar biji jagung terus membasahi dahinya.
“Maaf, aku gak tau kal—”
“Lu emang pembawa sial, Galvin!” teriak gadis itu, lagi.
Iya, dia adalah Galvin Mahendra. Laki-laki yang tadi hampir saja kehilangan kesadarannya akibat kecelakaan, itu.
Galvin mematung. Bayangan beberapa waktu lalu kembali berputar keras diotaknya. Bayangan dimana dirinya hampir tertabrak, dorongan keras dipunggungnya sampai membuatnya jatuh terpental kesisi aspal, dan... Bayangan sosok orang yang terpental kuat membentur aspal karena menyelamatkan nyawanya.
Flashback on.
Galvin mematung saat tubuhnya tidak merasakan sakit apapun terkecuali luka kecil yang kini dirinya dapat di siku.
Padahal, barusaja Galvin melihat adanya pengendara mobil yang menjalankan mobil itu amat cepat ke arahnya. Tapi, kenapa kini tubuhnya tidak terluka?
Sedetik berikutnya, Galvin kembali dibuat mematung saat melihat tubuh seseorang terpental kuat membentur aspal. Kepalanya mengeluarkan banyak darah, bahkan Galvin bisa melihat jelas kalau kini, nafas orang itu mulai tersenggal.
“Bang Andra!”
Teriakan itu mengalihkan atensi Galvin. Disana, Vina berlari dan dengan cepat menyanggah kepala Andra. Menepuk pelan pipi Andra dengan airmata yang terus menetes membasahi kedua pipinya.
Galvin tersadar, Andra yang telah menolongnya? Iya, bahkan ini diluar dugaan Galvin. Galvin sudah sangat ikhlas jika Tuhan memanggil dirinya, tapi kenapa Andra malah menyelamatkan hidupnya dan mengorbankan nyawa untuk Galvin?
Galvin berdiri tertatih. Untunglah, ada satu orang yang membantu Galvin menopang tubuhnya. Galvin sudah snagat lemas, meski dirinya tidak terluka, darah yang kini mengalir dalam tubuh Andra membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Beberapa orang membawa tubuh lemah Andra ke dalam mobil Mbak Diah yang juga ikut melihat kejadian, itu. Tanpa menunggu lama, mobil dengan cepat melaju membawa Galvin, Vina dan Andra. Satu lagi, Mbak Diah ikut mendampingi mereka.
Tatapan benci dari Vina untuk Galvin terlihat semakin jelas disaat mereka menuju rumah sakit. Meskipun Netra Galvin sedikit memburam, tapi Galvin dapat melihat itu.
Dan ya, sesampainya dirumah sakit, Andra ditangani didalam ruangan ICU. Dan Galvin memilih menunggu bersama Mbak Diah dan juga Vina.
Sungguh, kejadian hari ini diluar dugaan Galvin. Kenapa harus Andra? Kenapa bukan dirinya?
Flashback off.
“Vina maafin ak—”
“Basi anjing! Lu sama keluarga lu bener-bener jahat! Kemaren, Bokap lu nyelakain Bokap gue! Sekarang, nyawa Andra terancam gara-gara, lu! Lu jahat! Gue benci sama, lu!” teriak Vina tajam.
“Vina, kamu sabar dulu, ya. Kasihan Galvin, jangan buat dia ketakutan kayak gitu, Vin,” tegur Mbak Diah yang menyaksikan kemurkaan Vina pada Galvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVINA (End)
Teen Fiction"Kebodohan gue adalah, dimana gue ngelupain orang yang selalu ada dan mentingin orang yang baru ada." ... Galvin Mahendra. "Gak usah nyesel! Kagak guna, sumpah!" ... Vina Aureliya. °°°° WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA|||||