Vote dulu!🎍🎍🎍
“Semangat, Vin! Hari ini lu harus berhasil dapetin maaf dari Vina!” seru Galvin semangat.
Seragam sudah melekat rapih dibadan Galvin. Rambut sedikit berantakan menambah kesan tampan pada sosok Galvin Mahendra. Tidak lupa parfum Galvin semprotkan pada tubuhnya, ya masa ganteng tapi bau, kan?
“Oke! Yuk berangkat!” serunya pada diri sendiri.
Kakinya melangkah lebar keluar dari dalam kamar, hari yang cerah harus dimulai dengan senyuman. Ya, harus dengan senyuman.
Hampir tiga puluh menit motor Galvin membelah jalanan. Dan kini, motornya sudah terparkir rapih di parkiran sekolah.
Membuka helm dan menyugar rambutnya ke belakang. Tersenyum cerah sebelum kembali melangkah.
“Semangat yuk!” ucapnya sedikit menaikan satu oktaf volume, nya.
Suara motor yang masuk ke area parkiran membuat atensi Galvin teralihkan. Senyuman yang semula melengkuh Indah dibibirnya kini hilang dalam sekejap.
Disana, Vina turun dari motor besar milik Andra. Terlihat jelas wanita itu kini tengah bahagia, terbukti dari senyuman yang terus mengembang disudut bibirnya. Melihat itu, hati Galvin sedikit sakit, senyuman yang biasa iya ciptakan kini sudah beralih. Senyuman yang dulu selalu terlihat untuk dirinya, kini diperlihatkan untuk orang lain.
Ingin sekali Galvin egois dan melarang Vina untuk tidak tersenyum dihadapan orang lain apa lagi dihadapan laki-laki, tapi Galvin cukup tau diri, Galvin sadar apa yang sudah dia lakukan. Dan jalan satu-satunya hanya memikirkan cara bagaimana supaya Vina memaafkan dirinya.
“Ih, jangan di acak-acak rambut gue, Bang!” rengek Vina bernada manja saat Andra mengacak gemas rambut Vina.
Abang?
Galvin kembali tertegun mendengar panggilan manja dari Vina untuk Andra. Hatinya perih. Apakah ini yang dinamakan cemburu?“Abisnya lu gemes banget. Makin sayang deh!” goda Andra menjawil pelan dagu Vina.
Keduanya seolah tidak menyadari keberadaan Galvin. Terhanyut dalam kenyamanan yang tercipta di antara mereka.
Memberanikan diri, Galvin berjalan menghampiri keduanya. Sempat menetralkan jantungnya yang berdegup diluar kendali.
“Ekhem! Vina, gue mau mint—”
“Bang, ke kelas yok, bentar lagi bel masuk!” potong Vina tanpa memperdulikan kehadiran serta ucapan apa yang akan Galvin katakan.
Andra hanya mengangguk, memberikan senyum simpul ke arah Galvin. Jujur saja, Andra sedikit kasihan melihat Galvin, tapi ya dia bisa apa, kan?
Mereka berdua meninggalkan Galvin yang kini tengah mematung. Niatnya mau minta maaf kembali iya urungkan.
Galvin menghembuskan nafasnya kasar. “Gagal lagi deh, belum juga mulai.” gumamnya sendu.
Dengan pelan Galvin melangkahkan kakinya. Hatinya harus sedikit di bengkel agar kembali membaik. Tapi perjuangannya tidak sampai disana, lihat saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVINA (End)
Teen Fiction"Kebodohan gue adalah, dimana gue ngelupain orang yang selalu ada dan mentingin orang yang baru ada." ... Galvin Mahendra. "Gak usah nyesel! Kagak guna, sumpah!" ... Vina Aureliya. °°°° WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA|||||