29.

1.1K 43 1
                                    

Follow?

___

kicauan burung-burung terdengar Indah dipagi hari kali ini. Entah akan membawa keindahan bagi yang menjalankan pagi ini juga atau tidak. Yang pasti, semua akan berharap bahagia dipagi yang cerah. 

Seperti halnya sosok pemuda yang sedari tadi diam dipagar sekolah. Sengaja pemuda yang tak lain adalah Galvin itu belum masuk karena menunggu seseorang yang mungkin akan membuat harinya cerah, dan bisa saja sebaliknya.

Tanpa memberikan kata, kalian pun pasti sudah mengetahui siapa yang saat ini Galvin tunggu? Iya, sosok gadis jangkung yang bernama lengkap Vina Aureliya lah yang kini ditunggu oleh Galvin Mahendra. 

“Kok belum dateng, ya?” gumam Galvin memperhatikan sekitar. 

Sebetulnya, Galvin hanya membesarkan harapannya saja, Galvin sendiri tidak yakin kalau Vina akan masuk sekolah, mengingat kondisi Papahnya, tidak memungkinkan, kan? 

Hampir 20 menit Galvin menunggu, kini, lengkungan tipis terlihat jelas dibibir Galvin saat melihat sosok yang sedari tadi dirinya tunggu barusaja turun dari motor besar milik Andra. 

Dengan langkah pasti Galvin menghampiri Vina. Senyumnya tak pernah sirna barang sedetik, pun. 

“Vin.” ucap Galvin saat sudah berada tepat disisi Vina.

Vina menoleh malas. Setelahnya Vina memutar bola matanya. Mengabaikan sosok yang kini berada disisinya. 

“Yuk, keburu masuk!” ajak Vina pada Andra yang kini menatap datar ke arah Galvin dan Vina bergantian. 

Andra tersenyum ke arah Galvin. Entah kenapa, hatinya sedikit tersentuh melihat ketulusan yang kini terpancar diwajah Galvin, itu. Apakah harus dirinya pula yang membantu agar Vina memaafkan Galvin?

“Lu ngobrol dulu sama Galvin. Gue ada urusan ke–perpus, gak se–arah juga, nanti kita pisah juga, kan? Lagian si Galvin kaya mau ngomong empat mata sama lu!” putus Andra berlalu meninggalkan Vina tanpa menunggu jawaban dari wanita itu.

Sementara Vina, Vina hendak meneriaki Andra, namun sepertinya akan sia-sia. Toh Andra sudah jauh pula!

“Boleh bicara bentar?” tanya Galvin memulai percakapan.

Vina tidak menjawab. Mood nya kembali buruk. Tadi, sebetulnya Vina malas berangkat ke sekolah. Dia berniat menjaga sang Papah saja yang syukurnya sudah sadar. Iya, semenjak malam Papah Vina memang sudah sadar. Dan itu sudah pasti berkat donor darah dari Andra.  Namun keinginan untuk merawat sang Papah ditolak oleh Nurul dan juga Papahnya. Mereka bisa menebak kalau itu hanya akal-akalan Vina saja agar tidak masuk ke–sekolah. Dan ya, berakhir disini Vina pagi ini. 

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Galvin maju selangkah mendekat ke–arah Vina. “Aku kira kamu gak bak—”

“Kalau mau ngomong cepet! Gue gak banyak waktu buat lu!” potong Vina tajam. 

Galvin sedikit mematung. Tapi dengan cepat dia menetralkan kembali dirinya. Sudah biasa, bukan? Dan itu juga salahnya! Jadi tak apa!

“Aku mau kasih ini.” ucap Galvin mengeluarkan benda didalam tas miliknya.  Tadi, sebelum berangkat sekolah, Galvin sengaja mampir ke salahsatu toko dekat sana. Memberikan hadiah kecil untuk sahabatnya.  Sahabat? Apakah pantas sebutan itu, kini? 

GALVINA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang