🍂
Bugh.
Bugh
Bugh
Suara pukulan menyeramkan terdengar nyaring didalam gudang kumuh yang kini tengah diselimuti perkelahian.
Vina. Ya, Vina seorang diri melawan 3 preman sekaligus. Masih ingatkan kalau tadi Vina mengikuti langkah kaki Om misterius, itu? Dan kini, Vina berakhir ditempat tepat dimana sang Papah berada.
Disana, Darma—Papah Vina diikat disatu kursi kayu yang sudah tua. Mulutnya ditutup, namun dapat Vina lihat kini Papahnya tengah menatapnya dengan penuh ke–khawatiran. Iya, disatu sisi Vina merasa bahagia karena Papahnya sudah sadar dari pingsannya. Namun tidak dapat dipungkiri jika saat ini pun Vina merasakan takut yang amat sangat. Bukan karena nyawanya yang tengah terancam, tapi takut melihat keadaan sang Papah yang lemas bak tak bertulang.
Bugh
Satu pukulan Vina dapatkan dari salah satu preman yang berbadan tegap. Jangan tanyakan dimana kini Om misterius, itu. Nyatanya, Om misterius itu kini tengah menatap mereka lamat. Dirinya berdiam diri dibelakang tembok yang dekat dengan mereka.
Jangan pula tanyakan mengapa Vina berkelahi dengan mereka. Karena itu terjadi akibat Om misterius itu ternyata menjebak Vina.
‘Bawa Ayahmu pergi dari tempat ini jika kamu berhasil mengalahkan anak buahku, tapi, jika kamu kalah, maka bersiaplah Ayahmu akan menemui ajalnya bersama Putri tercintanya!’
Itu yang tadi Om misterius itu ucapkan, jadi mau tidak mau, Vina harus bertarung melawan mereka.
“Arghh... Sial!” umpat Vina saat merasakan punggungnya sakit bukan main. Bagaimana tidak? Orang itu memukul Vina menggunakan balok kayu yang cukup besar.
“Saya sudah bilang, kamu tidak mungkin bisa mengalahkan mereka!”
Vina beralih menatap lamat asal suara, itu. Lagi, Vina mencoba mengingat siapa pemilik suara familiar, itu. Tapi Vina lupa!
“Sebenernya lu siapa? Ada urusan apa lu sama Bokap gue? Kenapa lu mau celakain Bokap, gue?” tanya Vina menggeram kesal.
“Mmm... ” teriak Darma setengah sadar. Jika suaranya bisa keluar, kini hanya permohonan agar putrinya tidak ikut imbas disana. Darma tidak rela jika itu terjadi!
Vina beralih menatap sang Papah, disana. Malang sekali, jika saja tidak ada satu Preman yang menjaga Papahnya, sudah Vina pastikan Vina akan melepas ikatan itu dengan sedikit lebih mudah.
“Buka penutup mulutnya!” perintah orang itu yang langsung dituruti oleh anak buahnya.
“Tolong, jangan sakiti anak saya. Kamu mau apapun saya akan lakukan, saya akan turuti apapun, itu. Asal jangan sakiti anak saya. Dan sebenarnya kamu ini siapa?” lirih Darma menatap melas ke–arah tembok.
Sedetik kemudian, orang itu membalikan badannya. Perlahan namun pasti, wajahnya kini terlihat jelas. Sangat jelas. Bahkan Vina sampai menutup mulutnya karena tidak percaya akan siapa yang dirinya lihat saat ini.
“Bagaimana? Apa sekarang kalian mengenalku?” tanyanya terkekeh pelan.
Vina menggeleng mencoba menyadarkan diri, namun ini nyata. Ini bukan mimpi. Kenapa? Kenapa harus dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVINA (End)
Teen Fiction"Kebodohan gue adalah, dimana gue ngelupain orang yang selalu ada dan mentingin orang yang baru ada." ... Galvin Mahendra. "Gak usah nyesel! Kagak guna, sumpah!" ... Vina Aureliya. °°°° WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA|||||