32.

1K 41 1
                                    

“Lu mau bicara apa?” tanya Andra menatap seseorang yang kini tengah menundukan wajahnya. 

Perlahan orang yang tak lain adalah Galvin pun mengangkat wajahnya. Terlihat tatapan kosong dinetra cokelat miliknya. Andra sedikit mengernyit kala melihat senyuman Galvin yang baru kali ini Andra lihat dari Galvin langsung untuknya. Ada apa?  Fikirnya. 

Kini mereka berdua tengah berada ditaman sekolah. Tadi, saat bel istirahat terdengar, Galvin mengajak Andra untuk ke tempat ini. Sempat Andra menolak karena malas berurusan dengan Galvin, namun Galvin memaksa dan ya, akhirnya Andra hanya mengikuti kemauan Galvin saja.

“Ck, cepet! Lu mau ngomong apa? Keburu waktu istirahat abis, nanti! Lu gak tau kalau gue laper? Perur gue udah brisik nih!” gerutu Andra menatap malas Galvin didepannya.

Galvin tersenyum singkat sebelum akhirnya mengangguk. Entah apa maksudnya. Andra pun tidak tahu! Yang jelas, Andra bisa menebak ada yang tidak beres pada Galvin hari ini. Dari mulai jarak yang terlihat antara Galvin dan Vina, dan raut yang kini Galvin perlihatkan. Jika membahas jarak Galvin dan Vina, memang sudah tidak aneh, hanya saja, pagi ini tidak seperti hari biasanya, dimana Galvin memberikan hadiah yang jelas Vina tolak, tapi pagi tadi, Galvin duduk anteng dikursinya tanpa sekedar menyapa Vina. 

Ada apakah gerangan? 

“Gue titip Vina,” lirih Galvin. Netra Galvin menatap satu netra milik Andra. Ada ke sedihan didalam sana, ada ke pedihan pula. Tersirat jelas kalau Galvin tidak lah rela saat mengucapkan kalimat itu. 

“Maksud, lu?” tanya Andra mengangkat satu alisnya. 

Terdengar helaan nafas dari Galvin yang dapat Andra dengar. Berat sekali, apakah se berat itu hanya untuk sekedar menghirup oksigen? 

“Gue udah gak bisa jagain, Vina. Gue harap, lu jagain dia, ya. Gue mohon, jangan bodoh kayak gue yang udah nyia-nyiain dia karena wanita lain,” ucap Galvin menjeda kalimatnya. Nyatanya ikhlas tidaklah mudah. “Gue percaya sama, lu. Gue... Yakin kalau lu bisa jagain dia melebihi gue. Mulai sekarang, gue gak akan ganggu hubungan kalian, lagi. Maaf, pernah jadi benalu diantara kalian,” lanjutnya tersenyum samar. 

Andra semakin dibuat tak mengerti oleh ucapan Galvin. Apa maksudnya? Sedetik kemudian, fikirannya langsung tertuju pada Vina. Apakah Vina bilang sesuatu pada Galvin? Apakah Vina menyuruh Galvin berhenti memperjuangkan maaf darinya? Atau apa? Sumpah demi apapun, hubungan Galvin dan Vina membuat Andra lelah!

“Kenapa nggak lu aja? Lu kan masih sehat, lu bisa kan jagain Vina?” tanya Andra menatap Galvin. 

Galvin menggeleng. Tersenyum walau sulit. “Gue gak bisa. Lagian lu ada-ada aja sih, masa pacar sendiri lu nyuruh orang lain buat jagain,” ucap Galvin sedikit terkekeh. 

“Sumpah gue nggak ngerti maksud lu!” ucap Andra. 

“Intinya, gue nitip Vina ke lu. Jangan buat dia nangis, jangan ikutin jejak brengsek gue, ya. Udah ah, ayok makan! Katanya laper, kan?” ucap Galvin berlalu darisana.

Andra diam, mencerna ucapan Galvin. Hatinya penuh dengan pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban dari Galvin. Ah entahlah! Lebih baik Andra makan!

“Kemana aja kalian?” tanya Deva menatap Galvin dan Andra secara bergantian. “Makanan lu berdua keburu dingin, tu!” lanjutnya menunjuk makanan diatas meja sana yang sama sekali belum tersentuh. 

“Gue dari toilet,” jawab Galvin asal. 

“Lu?” tanya Deva menunjuk Andra. 

GALVINA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang