Dia bersandar pada motornya yang diparkir di pinggir jalan yang sepi. Sesekali mengecek handphone dan melihat sekitar. Sepertinya sedang menunggu seseorang.
Tak lama sebuah motor menepi dan berhenti di dekatnya. Tanpa melihat siapa yang datang sepertinya dia sudah tahu.
"Hai, udah lama nunggu ya? Ah, lama banget gak ketemu" ucap orang itu yang mungkinkah bisa dibilang ramah.
Dia membalikkan badan untuk melihat orang yang tersenyum ke arahnya itu. Berbanding terbalik dengannya, raut wajahnya menandakan ketidaksukaan.
"Wahh, makin ganteng lo. Kenapa ngajak gue ketemu?" tanya orang itu masih dengan senyum cerianya.
"Punya rencana busuk apa lo?"
Yang ditanya seketika memudarkan senyumnya. Memiringkan kepala bingung meminta penjelasan.
"Buang ekspresi lo itu, jijik gue lihatnya" ucapnya pelan namun dengan penekanan.
Orang itu hanya diam dan tetap menatapnya dengan wajah polos. Ekspresinya seperti anak kecil yang kesal karena permainannya telah terbongkar.
"Dia bilang ya?" tanya orang itu dengan cemberut. "Ah, gak seru banget!"
"Jangan pernah ganggu orang terdekat gue!" peringatnya.
"Kenapa? Tapi kan lo ganggu orang terdekat gue," ucap orang itu masih dengan nada polos.
"Mau lo apa?"
"Mau gue.." orang itu tampak berpikir seperti anak kecil.
"..Keita" lanjutnya dengan tersenyum miring.
"Lo jangan pernah macem-macem!" bentaknya dengan menarik kerah orang itu.
Yang dibentak hanya tersenyum remeh kearahnya. Seolah menikmati suasana seperti ini.
"Keita belum pernah lo pake kan, Lev?" tanya orang itu memancing. "Seenggaknya gue gak bakal pake barang bekas, apalagi bekas lo."
Belum juga bibirnya menutup, hantaman di wajah ia rasakan. Sudut bibirnya mengeluarkan sedikit cairan merah.
"Jaga omongan lo!"
"Kenapa? Lo gak terima setelah apa yang lo lakuin ke dia?"
"Udah berapa kali gue bilang, bukan gue yang ngelakuin itu!"
"Penjahat mana ada yang ngaku!"
"Lo bisa dengan mudah dapetin semua yang lo mau, Lev. Tapi gue gak akan tinggal diam setelah lo ancurin hidup gue," lanjutnya berlalu meninggalkan sosok yang dipanggil Levi.
Tangannya mencengkeram kuat. Tubuhnya merosot diiringi tetesan air yang membasahi pipinya.
"Bukan gue, bukan gue yang lakuin. Mau sampai kapan lo bisa percaya sama gue, Krystian" ucapnya di sela-sela tangisnya.
Dia sudah cukup lelah dengan tuduhan itu. Dia tahu dirinya brengsek, tapi sekalipun dia tidak akan pernah melakukan hal itu.
"Zihao,"
Yang namanya dipanggil mengangkat kepalanya. Begitu terkejutnya mengetahui siapa pelakunya.
"Kei, Keita kok kamu ada disini?" tanyanya terbata-bata.
Keita tersenyum menatap Zihao. Berjongkok di depannya, mengulurkan tangan menyentuh wajah Zihao.
"Kenapa nangis?" tanyanya pelan sembari mengusap cairan bening di pipi Zihao.
Jujur saja, ini pertama kalinya Keita melihat Zihao menangis. Yang dia tahu Zihao itu sosok yang selalu tegas dan tegar.
Sangat berbeda dengan sosok yang saat ini di hadapannya. Sosok rapuh, yang tidak pernah ada di bayangan Keita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, please!
Teen Fiction"Lo kenapa mau sama gue?" "Karena kita sama" "Maksud lo?" "Sama-sama brengsek." For Zikei