Minggu menjelang ujian akhir semester. Semua murid tengah sibuk mempersiapkan diri. Tidak sedikit guru yang memberi mereka kelas tambahan.
Seperti hari ini. Hari Jumat yang biasanya selesai lebih awal, harus berakhir sampai sore karena ada kelas tambahan. Tapi semua murid harus mengikuti kelas jika mereka ingin nilainya aman. Bahkan mereka yang sering bolos harus berpikir lagi jika ingin bolos.
Kali ini Zihao pulang sendirian. Kebetulan Keita ada tugas kelompok, jadi mereka tidak bisa pulang bareng. Sedikit sedih karena mereka jarang ketemu di sekolah.
Zihao menghentikan motornya di halaman rumahnya. Sedikit heran ketika mengetahui ada motor lain terparkir di depan rumahnya. Sudah lumayan gelap, dia tidak bisa mengenali dengan jelas motor milik siapa itu.
Tanpa pikir panjang dia melangkah masuk ke rumahnya. Membuka pintu kayu dengan sedikit lesu dan berteriak.
"Zihao pulang!"
Dia menutup kembali pintu itu bersamaan dengan sahutan orang dari dalam. Dia berjalan mendatangi sumber suara tersebut. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang duduk di ruang tamunya.
"Ngapain lo di sini?" tanya Zihao tidak bersahabat.
Orang itu hanya tersenyum miring menatap balik Zihao. Hingga salah seorang lainnya datang bergabung dengan mereka.
"Papa yang nyuruh Krystian kesini," ucap papa Zihao, Yixing.
Zihao menautkan alisnya. Menatap Papanya kesal. Sedangkan Yixing yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menghela napas pelan. Bergerak menarik anaknya untuk duduk di sana.
Dengan rasa terpaksa Zihao mendudukkan dirinya di sebelah sang Papa. Tepat berhadapan dengan Krystian. Hal yang selama ini dia coba untuk hindari.
Hening, tidak ada yang berniat untuk mengangkat suara. Yixing menatap kedua remaja itu bergantian. Menunggu salah satunya memulai berbicara. Namun nihil, keduanya saling membuang muka. Lagi-lagi ia hanya mampu menghela napasnya pasrah.
"Ini gak ada yang mau ngajak papa bicara? Papa baru pulang dari luar kota masa gak ada yang nyambut?" tanya Yixing miris.
Setelah mengatakan itu, dilihatnya kedua remaja itu hanya meliriknya sekilas. Kemudian kembali lagi ke posisi awal. Yixing hanya melongo menyaksikannya.
"Kalian ini kenapa sih, mau sampai kapan diem-dieman kaya gini? Dulu aja kalau udah ketemu susah diajak balik," ujar Yixing.
Keduanya bergidik geli mendengar itu. Sedangkan Yixing sudah tidak habis pikir dengan kelakuan dua remaja itu.
"Suka-suka kalian aja lah, capek Papa. Udah yuk makan dari pada diem aja gini," ajak Yixing yang sudah berdiri.
"Tian mau pulang aja," ucapnya berdiri.
"Eh, makan dulu."
"Enggak Pa," tolak Krystian pelan.
Yixing berjalan menjauh sebentar, lalu kembali dengan sebuah paperbag di tangannya. Kemudian menyerahkannya kepada Krystian.
"Hati-hati ya, jangan ngebut!" tutur Yixing.
Krystian hanya mengangguk pelan, lalu melangkah keluar dari rumah itu. Yixing mengikutinya dari belakang.
Tak lama ia masuk kembali. Melihat putranya yang masih setia di posisinya. Ia hanya tersenyum berjalan mendekatinya.
"Zao," panggilnya.
Zihao mendongak, mengikuti pergerakan papanya. Masih terdapat raut kesal di wajahnya.
"Udah berapa tahun umur kamu?" tanya Yixing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, please!
Teen Fiction"Lo kenapa mau sama gue?" "Karena kita sama" "Maksud lo?" "Sama-sama brengsek." For Zikei