22

115 16 1
                                    

Menjelang libur semester genap, tetap diwajibkan untuk para siswa datang ke sekolah seperti biasa, meskipun tidak akan ada kegiatan pembelajaran. Namun, untuk mengisi kekosongan waktu tersebut tampaknya anak-anak osis tidak diam begitu saja. Mereka berinisiatif untuk mengadakan acara seperti classmeeting.

Hal itu tentu saja disambut baik oleh siswa lain. Hitung-hitung mereka tidak sia-sia untuk pergi berangkat menuju ke sekolah. Namun, sepertinya tidak semua merespon demikian. Salah satunya seperti Keita yang tidak tertarik mendengar acara tersebut. Dia memilih berbelok ke tempat lain saja dari pada untuk datang ke sekolah. Toh dia juga tidak tahu akan melakukan apa ketika acara itu berlangsung.

Seperti hari ini, dia sempat datang ke sekolah, itupun karena paksaan teman-temannya. Tetapi merasa tidak menemukan hal seru di hari pertama classmeeting ini, dia memilih untuk melompati pagar belakang sekolah. Dan berakhir duduk di pinggir danau. Ya, untuk kedua kalinya dia datang ke tempat ini, tetapi sayangnya hanya seorang diri.

Entah apa yang membawa dirinya hingga sampai di taman ini. Dia mendudukan dirinya di pinggir danau beralas rumput liar yang tumbuh di sela-sela akar pohon di dekatnya. Hanya berdiam diri memandangi air danau yang tenang. Meski sialnya justru mengingatkannya kepada orang yang membawanya ke sini untuk pertama kali.

Di tengah lamunannya itu, tak sadar bahwa ada orang yang tampak mendekat ke arahnya. Berjalan pelan dari sisi belakang dan berhenti di dekatnya. "Boleh gue duduk di sini?"

Sedikit tersentak mendengar suara itu secara tiba-tiba. "Terserah lo," jawab Keita tanpa melihat ke arah orang itu.

Orang itu kemudian mengambil tempat di samping Keita setelah mendapat jawaban. Hanya duduk diam menatap danau mengikuti Keita yang lebih dulu.

"Ternyata lo suka ke tempat ini juga ya?" tanyanya membuka suara.

Tidak terdapat balasan. Justru Keita sedikit heran mendengar pertanyaan serta suaranya yang tidak asing. Seketika dia menolehkan kepalanya untuk melihat orang di sampingnya.

"Lo, ngapain di sini?"

"Duduk. Lo sendiri tadi yang mempersilahkan," jawab orang itu dengan tenang. "Santai, gue gak mau gangguin lo kok, Keita?" lanjutnya dengan sedikit ragu memanggil nama itu.

"Gak usah sok kenal!" ucap Keita dengan ketus dan kembali mengalihkan pandangannya ke semula.

"Ya kan gue emang kenal lo, pacarnya Levi." balas orang itu sedikit tidak terima.

"Gue bukan pacarnya!" balas Keita tidak kalah tidak terimanya dengan orang di sebelahnya. Wajahnya langsung berubah tidak bersahabat mendengar nama yang disebut orang itu. Yah, meskipun dia memang tidak pernah bersahabat dengan orang tersebut.

"Hah? Gue gak salah denger nih?" tanya orang itu yang entah mengapa di telinga Keita seperti kalimat ejekan. Melihat ekspresinya orang itu pun menyadari. Tangannya dengan cepat terulur ke arah Keita dengan sebatang coklat di genggamannya. "Biasanya orang yang moodnya jelek bakal lebih baik kalau makan coklat."

Bukannya merespon atau apa, Keita justru menatap orang itu dengan horor. Apa-apaan ini, orang yang biasanya memancing dirinya sampai ingin mengahajarnya tiba-tiba menawarkan coklat kepadanya. Namun, tak berselang lama Keita menerimanya setelah memastikan jika benar-benar tidak terdapat racun pada coklat tersebut. Terlihat aman, coklat itu masih tersegel rapat seperti biasanya yang Keita beli.

Dia memakan coklat tersebut dengan terus memandang ke arah danau. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Hanya ada suara dari hembusan angin yang sesekali menerpa wajah. Suasana taman yang juga tampak masih sepi dari biasanya, mampu membuat larut siapapun.

Orang itu terkekeh melihat Keita yang mengunyah coklat dengan terburu-buru dan terlihat sedikit emosi, "Lo emang suka coklat apa emang lagi kelaperan? Mau lagi?"

Keita menoleh menatapnya seolah bertanya apakah masih ada lagi. Tak lama dia mengeluarkan sebatang coklat yang sama dari saku jaketnya. Lalu menyerahkan coklat itu dengan mengatakan bahwa itu merupakan coklat terakhirnya. Jadi dia harap Keita tidak memintanya lagi.

Sedangkan Keita tidak peduli dengan itu, yang penting sekarang dia bisa memakan coklat kesukaannya. Untuk saat ini dia juga berusaha tidak peduli dengan siapa orang yang memberinya coklat ini. Persetan dengan matanya yang kini tengah menatapnya seperti itu.

"Jangan ngeledek gue ya, gue lagi males. Jadi berhenti liatin gue," tegurnya lirih dengan mulut penuh coklat.

Bukannya menurut justru kikikan yang Keita dapat. "Gue kira lo brandal, ngelihat dari penampilan lo yang rebel dan selalu galak kalau ketemu gue. Ya meskipun tetep kelihatan kecil lucu sih," ucapnya pelan sembari merebahkan tubuhnya.

Lirikan sinis Keita berikan setelah mendengar kalimatnya. Apa-apaan orang ini? Dia hanya mendengus dan lanjut menghabiskan coklatnya. Berusaha menikmati suasana saat ini meski sedikit ada gangguan tak terduga.

Selanjutnya hanya hening di antara mereka, hingga dering ponsel Keita memecah kesunyian. Dia mengangkatnya dan dilanjutkan dengan percakapan singkat dengan seseorang dari seberang telepon. Tak berselang lama dia berdiri, membuat orang di sebelahnya ikut bangkit dari posisi tidurnya.

"Mau kemana lo?" tanya orang itu heran dan hanya dibalas singkat. "Pulang."

Dia langsung berjalan menjauh tanpa menoleh ke arah orang itu. Namun, dia berhenti tak terlalu jauh dari posisi semula dan berbalik memandang orang itu. "Krystian, makasih coklatnya," ucapnya lirih lalu melanjutkan langkahnya.

Krystian, orang sedari tadi bersama Keita itu hanya melempar senyum untuk menanggapinya. Menatap Keita yang semakin menjauh dari posisinya. "Sama-sama, selamat datang di permainan gue."




















Halo semua, apa kabar? Aku kira baik ya, setelah mendapat beberapa kabar dari Zihao, Keita, dan teman-temannya. So, I hope you guys enjoy this story. Makasih semua!


28 July 2023

Look at Me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang