Ujian akhir semester telah selesai. Rasanya beban satu semester pun terangkat. Hanya tinggal menunggu hasil, apakah mereka dinyatakan naik kelas atau tidak. Setidaknya mereka merasa lega, meski beberapa diantaranya tidak terlihat demikian mengingat apa saja yang telah terjadi selama seminggu ini. Termasuk kejadian di halaman belakang sekolah minggu lalu yang berimbas sampai saat ini.
Ya, semenjak kejadian itu terlihat ada jarak antara Keita dan Zihao. Keita yang selalu berusaha menghindar, serta Zihao yang mencoba memberi pengertian setelah mengetahui apa yang terjadi melalui pukulan dari sahabatnya. Benar, sahabatnya itu memaki dirinya serta sedikit memberinya pelajaran.
Sedangkan ketiga sahabat Keita, mereka tampak marah sampai keesokan harinya Jeonghyeon sempat membuat kericuhan di pagi hari saat ujian belum berlangsung. Mereka juga terus menghalangi Zihao agar tidak bisa mendekati Keita. Mengingat tidak ada hubungan di antara kedua orang itu, mereka pikir belum terlambat untuk mencegahnya.
"Keita kelihatan marah dan kecewa banget, bahkan sampai ngejauhin," ucap seseorang yang kini sedang duduk di bangku cafe bersama tiga orang lainnya .
"Berarti rencana awal kita berhasil?"
"Tapi Zihao gak diem gitu aja. Dia berusaha deketin terus, gue takutnya dia malah ngejauhin gue."
"Bukannya dia orangnya gak tegaan ya? Kalau lo mohon ke dia juga bakal diiyain. Buktinya dia masih mau belajar bareng lo setelah kejadian itu," balas yang lain.
"Udah lo tenang aja, setelah ini giliran gue yang gerak. Lo tunggu aja gimana selanjutnya," ujar seorang lainnya dengan menyeringai. Pandangannya ke arah jalanan yang kini tengah basah, dirinya seakan mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain, "Kayanya gue harus cek ke rumahnya deh."
Sedangkan di tempat lain gundukan selimut memalang diatas kasur melilit tubuh seseorang. Dia mencoba meredam suara ketukan dari balik pintu kamarnya dengan melakukan itu serta menutup rapat telinganya. Sementara suara ketukan itu berubah menjadi gedoran karena tidak kunjung dibuka.
Si pelaku tampak sangat marah saat ini. Bukan tanpa sebab, pasalnya di depan gerbang rumahnya terdapat seseorang yang tengah berdiri di bawah guyuran air hujan. Dia mencoba bertanya ada perlu apa kepada orang tersebut, namun orang itu hanya bergumam menyebut nama kakaknya dengan wajah pucat. Dia sempat ingin mengajaknya masuk namun tidak berani karena pesan dari kakaknya. Apalagi melihat keadaan orang itu, dia sempat tidak yakin kalau itu benar-benar orang atau bukan.
Orang itu masih berbalut seragam sekolah dengan jaket kulit diluarnya, serta tas yang masih menempel di punggungnya. Dia masih setia menatap rumah di depannya meski tubuhnya sudah basah total. Tidak terlihat ada niatan untuk pergi dari sana ataupun menerobos masuk. Dia hanya berdiri dengan kulit pucatnya mengabaikan hari yang telah beranjak malam.
Jalanan di depan rumah itu tampak sepi. Beberapa hari ini hujan sering turun, entah siang atau malam. Oleh karena itu tidak begitu terlihat aktivitas di luar rumah. Ya, hanya orang bodoh yang keluar malam-malam tanpa payung ataupun jas hujan di situasi semacam ini.
Hawa dingin semakin menyeruap. Jemari orang itu tampak kaku dengan badan yang mulai menggigil. Beberapa orang yang lewat hanya bergidik melihatnya. Saat ini dia hanya berharap si pemilik rumah mau keluar menemuinya. Meski tidak tahu kapan atau maukah menemuinya.
Sayup-sayup terdengar suara motor yang tidak asing di telinganya. Suaranya kian mendekat dengan melaju lebih pelan, hingga berhenti di dekatnya. Satu motor dengan dua orang berboncengan yang mengenakan helm melihat ke arahnya. Si pembonceng mematikan motornya, sedangkan yang satunya sudah turun lebih dulu.
"Pantes aja saling suka, emang sama-sama tolol!" ucap si pemotor berjalan mendekati orang yang masih berdiri di depan pagar hitam itu. "Ayo pulang!" lanjutnya sembari menarik lengan orang itu.
Orang itu tidak bergeming dari posisinya. Meski tubuhnya mulai lemas, tapi masih mampu melawan tarikannya. Kepalanya menggeleng lemah memberi tanda penolakan.
"Gue bilang pulang! Mau sampai kapan lo berdiri di sini?"
"Gue belum ketemu," jawabnya lirih.
"Masih ada hari lain, besok lo bisa nemuin dia lagi."
"Dia gak bakal mau nemuin gue kalau gak begini," elaknya.
"Tapi lo sama aja nyakitin diri lo sendiri, Zihao!" bentak orang itu membuat temannya terperanjat di belakangnya. "Lo tau gak sih Papa lo udah khawatir banget nungguin di rumah? Ini tuh hari spesial Mama lo, gak seharusnya lo kaya gini! Lebih penting mana mama lo sama Keita, hah?"
Zihao, orang yang sedari tadi hanya berdiri diam itu pun menoleh setelah mendengar perkataan sahabatnya. Sejujurnya ada sedikit rasa marah ketika mendengar kalimat terakhirnya. Namun, dia hanya diam tak menjawab ataupun membantah. Ucapannya benar, Zihao merutuki dirinya sendiri yang tidak mengingat hari apa ini. Setelahnya dia hanya mengikuti tarikan dari sahabatnya yang mengantarnya pulang. Untuk naik ke motornya saja rasanya tidak kuat, apalagi kalau harus membawa motornya sendiri.
"Ky, kawal gue dari belakang ya!" ucap orang itu, Jongwoo, setelah memposisikan Zihao di belakangnya.
Sedangkan di rumahnya sang ayah sedang menunggunya cemas. Bukan apa-apa, pasalnya beberapa hari ini dia melihat anaknya yang tampak murung. Dia hanya merasa khawatir, karena memang anak sulungnya itu tak begitu terbuka jika dengan dirinya. Dia tak mau jika anaknya mengalaminya lagi setelah kejadian itu. Kini dia hanya mencoba tampak tenang di depan kedua anaknya yang lain.
Namun, tak lama setelah itu terlihat dua motor memasuki area rumahnya. Wajahnya tampak sedikit lega melihat orang yang duduk di jok belakang motor itu. Kakinya segera berlari ke arah motor itu dan memapah masuk anak sulungnya. Sedikit meremat tangannya ketika merasakan begitu basah tubuh anak itu. Dengan terburu-buru dia membawanya diikuti yang lain.
"Beneran ngelakuin itu, Lev?" gumam seseorang yang tengah mengawasi mereka dari seberang rumah. "Sebegitu berharganya dia dibanding Mama?"
Hai, semua. Makasih buat yang masih sempetin baca cerita yang jarang update ini. Dan makasih buat yang udah vote, i hope you guys enjoy this story.
16 July 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, please!
Teen Fiction"Lo kenapa mau sama gue?" "Karena kita sama" "Maksud lo?" "Sama-sama brengsek." For Zikei