20

138 27 1
                                    

Hari ketiga ujian akhir semester, rupanya sudah mulai membuat para siswa merasa tertekan. Dari hari kedua mata pelajaran yang diujikan cukup susah. Padahal ini masih awal, tapi rasa-rasanya kepala mereka sudah ingin meledak.

Lima menit berlalu sejak pengawas menyuruh mereka agar segera meninggalkan ruangan. Dengan wajah kusut mereka mulai berhamburan di halaman sekolah. Sesekali saling berdiskusi tentang jawaban apa yang tepat di soal-soal tadi. Ada pula yang terlihat bodo amat dan memilih untuk pasrah apapun hasilnya.

"Mau langsung balik?" tanya Jongwoo pada Zihao. Mereka saat ini sedang berjalan menuju lantai dasar, yang sayangnya cukup lama untuk sampai sana. Bagaimana tidak, ruang ujian mereka saja berada di lantai empat, dan mereka harus menuruni tangga satu persatu. Mereka pikir ini tidak wajar, tiga lantai saja sudah tinggi, kecuali jika disediakan lift.

"Enggak, ada janji mau belajar bareng sama Hanbin," jawab Zihao.

"Gue lihat lo akhir-akhir ini deket banget sama Hanbin, maksudnya sering bareng."

"Ya  gimana gue udah bilang mau bantuin dia gara-gara nilainya banyak yang turun."

Sesampainya di lantai satu, mereka berdua berpisah. Jongwoo langsung menuju ke parkiran untuk pulang, dan Zihao menuju tempat yang sudah dia sepakati bersama Hanbin untuk belajar kali ini.

Dia berjalan menjauh dari keramaian sekolah. Langkahnya semakin cepat setelah mengetahui jika orang yang membuat janji dengannya telah menunggunya. Kakinya dia tapakkan diatas rumput hijau yang terhampar. Dia sudah sampai, lebih tepatnya di halaman belakang sekolah. Segera mendekat ke arah orang yang mendudukkan dirinya di bawah pohon beringin kembar.

"Hai, nunggu lama?" sapanya sembari mengambil tempat disamping orang itu.

"Enggak kok, orang baru keluar juga," jawabnya. Dia membolak-balik buku yang sudah dia keluarkan dari dalam tasnya. Hingga mengalihkan pandangannya pada Zihao yang masih mengatur napas. Kekehan keluar dari mulutnya.

"Napas dulu, Zao. Lo buru-buru ya kesini tadi?"

"Ya habisnya ruangan gue jauh bener, lo mah enak gak perlu naik turun tangga," jawabnya sedikit kesal masih dengan terengah. "Lagian tumben lo Han ngajak di sini?"

Tidak menjawab pertanyaan dari Zihao, Hanbin justru sibuk membuka tutup botol yang sialnya susah. Zihao yang melihatnya ikut gemas sendiri kepada botol itu. Tutup botol itu akhirnya terbuka sebelum Zihao bergerak ingin membantunya. Setelahnya Hanbin segera menyodorkan botol minuman tersebut ke arah Zihao.

"Bosen gue di perpus mulu, sekali-kali di outdoor. Enak kan suasananya, sejuk," ujarnya dengan masih memaksa Zihao untuk menerima minuman darinya. "Udah cepetan diminum, biar cepet mulai!"

Akhirnya Zihao menerima minuman itu dan segera meminumnya. Tak mau berlama-lama, dia segera mengeluarkan buku-buku yang akan dia pelajari dan segera memulai kegiatan belajar bersama ini.

Di sini Zihao menjelaskan beberapa materi yang belum Hanbin pahami dan belum sempat dia jelaskan sebelumnya. Iya, sebenarnya sudah sebulan terakhir ini Hanbin sering meminta bantuan Zihao untuk menjelaskan materi yang dia ketinggalan karena sibuknya kegiatan osis sekaligus dia harus mengikuti olimpiade. Dan itu mau tidak mau mengharuskan dia untuk lebih fokus ke satu mata pelajaran saja, sehingga pelajaran lainnya tertinggal.

Biasanya Hanbin akan memintanya untuk mengajari jika ada waktu luang di kelas atau ketika jam istirahat di perpustakaan. Hanya saja beberapa hari ini Hanbin tiba-tiba menawarinya untuk belajar bersama dalam masa-masa ujian kali ini.

Zihao tidak masalah untuk itu, dia bisa sambil mengulangi dan mengingat materi ketika membantu Hanbin. Dia juga cukup senang karena Hanbin bisa dengan cepat memahami materi-materi yang dia jelaskan. Begitu pula dengan Hanbin yang akhirnya bisa paham sekaligus bisa dekat dengan Zihao.

Mereka berdua sama-sama fokus. Tempat pilihan Hanbin ternyata tepat, terasa nyaman untuk belajar. Namun, kegiatan keduanya rupanya tertangkap oleh sepasang mata yang sedari tadi melihat mereka dari balik tembok. Tatapannya hanya datar menyaksikan dua orang yang tengah tertawa dengan beberapa buku di depannya.

Dia memutuskan untuk berbalik badan dan pergi dari sana, hingga bertabrakan dengan tiga orang lain. Namun, dia lanjut berlari dan tidak menghiraukan panggilan ketiganya. Dadanya terasa sesak kian jauh dia berlari. Bahkan air matanya tak lagi dapat terbendung, pipinya mulai basah seiring tetesan air yang perlahan turun membasahi tubuhnya. Ah, hujan! Sungguh, betapa mendukungnya suasana ini.

Dia hanya berlari untuk menjauhi gedung sekolah, entah akan kemana nantinya. Hujan semakin deras, bahkan kulitnya terlihat dari balik baju seragamnya. Sampai tiba-tiba dia merasa seseorang menarik lengannya. Kini badannya tidak lagi merasakan setiap tetes air hujan, yang sialnya terasa sakit jika langsung mengenai kulit.

"Gue tau kalau lo emang agak bego, tapi lihat-lihat lah anjir ini hujannya deres banget mana berangin lagi. Badan lo kecil gini gak mikir apa bakal kebawa angin? Udah diem di sini lo!" ucap seseorang yang menariknya tadi. Belum sadar jika orang yang dia tarik sedang menangis karena bercampur basahnya air hujan.

Saat ini mereka berdua berada di area parkiran. Si pelaku penarikan terlihat sedikit emosi pada wajahnya, sedangkan yang ditarik hanya diam mencoba menahan rasa dingin.

"Lo tadi mau nungguin Zihao apa gimana?" tanyanya yang dibalas gelengan. "Terus dari mana tadi sampai lari-larian nekat nerjang hujan gitu?"

"Belakang sekolah," jawabnya lirih.

Yang bertanya hanya membulatkan bibirnya sembari menganggukkan kepala. Namun, tak lama matanya membulat setelah mencerna kalimat singkat tadi. Dia teringat, dan mulai menerka apa yang baru saja terjadi di belakang sekolah.

"Kei, lo gak papa?" tanyanya tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar cemas. Dan dia baru sadar jika orang yang tengah berdiri di sampingnya dengan kepala tertunduk ini tengah terisak.

"Gak papa Jong," balasnya sambil tersenyum tipis.

Jongwoo, si pelaku penarikan tadi hanya mengangguk dan balas tersenyum. Namun, di dalam hatinya sedang menyumpah serapahi temannya yang otaknya hanya pintar soal pelajaran, tetapi dangkal dalam hal asmara. Setelah ini dia berjanji akan memakinya jika bertemu.























Hai, maaf updatenya lama. But i hope you guys enjoy this story and thanks for the time!


12 July 2023

Look at Me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang