Di hari kedua berlangsungnya acara classmeet di sekolah, lebih tepatnya di hari sabtu. Lagi-lagi seorang Terazono Keita harus mendapat paksaan dari teman-temannya untuk ikut datang ke acara tersebut. Hal itu tentu saja menggagalkan rencananya untuk bergelung di kasur hingga siang hari. Oh, ayolah siapa orang yang merelakan waktu akhir pekannya untuk melakukan kegiatan lain disamping yang dia suka.
Sayangnya entah angin apa yang membawa ketiga orang sepergumulannya itu mendatangi rumahnya hingga menggedor pintunya di pagi hari. Bahkan tidak segan mereka mengacau di kamarnya agar Keita bisa bangun secepatnya. Dan jangan lupakan kegiatan wajib mereka jika sudah di rumah Keita, ya mencari sarapan gratis.
Melihat kelakuan ketiga temannya hanya membuatnya geleng-geleng kepala. Rumahnya serasa menjadi posko makanan untuk mereka. Namun, tidak dipungkiri jika sang bunda justru merasa senang ketika kedatangan mereka bertiga yang terlihat menikmati masakannya.
Saat ini mereka sudah berada di sekolah. Area depan tampak sangat ramai oleh para siswa dengan busana yang beragam. Hal ini dikarenakan akan ada pentas yang nantinya dipertunjukan oleh masing-masing kelas. Bisa dibilang hari ini adalah puncak acara.
Hanya akan ada kegiatan itu, setelah beberapa lomba seperti keolahragaan telah selesai kemarin. Sayangnya tidak ada lomba futsal, yang mungkin masih menarik bagi Keita. Namun, dikarenakan hampir keseluruhan pemain tim futsal sekolah adalah dari kelas yang sama yakni kelas Keita, maka lomba itu lebih baik ditiadakan. Percuma saja karena pemenangnya juga sudah pasti ketahuan.
Mereka berempat berjalan ke arah dalam memasuki aula sekolah, tempat dimana kegiatan ini akan berlangsung. Cukup baik anak osis menyelenggarakan kegiatan ini dengan tidak membiarkan mereka terbakar sinar matahari di tengah lapangan.
Di dalam aula juga sudah sangat padat. Para anggota osis yang menjadi panitia penyelenggara tampak sibuk kesana kemari mengurusi berbagai hal. Mereka berempat terus berjalan mencari posisi yang cukup strategis, dengan sesekali melontarkan komentar ke siswa-siswa lain yang mereka lewati. "Kei lo tau gak sih?"
"Gak."
"Bentar gue belum selesai ngomong!" gertak Junhyeon yang tampak kesal karena kalimatnya dipotong. "Gue baru tahu kemarin dari Jongwoo, kalau Zizi habis sakit bahkan sampai dilariin ke rumah sakit. Katanya sempet syok, gak tau sih sakit apa. Cuma kasihan ngelihat mukanya pucet kaya mayat hidup gitu dari kemarin."
Pandangan mereka beralih mengikuti Junhyeon ke arah orang yang saat ini sedang berbicara dengan anak panitia lain. Rasanya ngilu melihat kulit pucatnya yang tidak seperti biasa. Ditambah pakaiannya yang berbeda dari anak lain. Alih-alih memakai kaos, dia justru mengenakan jaket tebal di hari yang cerah ini. Untuk apa dia mengikuti acara seperti ini jika kondisinya memang belum membaik, pikir Keita.
Mereka melanjutkan langkah mereka hingga berhenti di sisi kanan aula. Mereka mengambil tempat yang sekiranya strategis di sana. Pergerakan mereka tak lepas dari pengamatan seseorang yang sebelumnya mereka bicarakan. Dia diam-diam mengetahui jika dirinya sempat diperhatikan oleh keempat orang itu.
Tak berselang lama acara pun dimulai. Para siswa juga sudah memenuhi aula dan terlihat tertib. Satu persatu perwakilan dari setiap kelas maju ke depan. Mereka tampil di atas panggung dengan berbagai macam penampilan. Mulai dari band, dance, hingga drama. Riuh penonton mengiringi pertunjukan mereka dari awal sampai akhir. Pun dengan keempat orang sahabat itu, mereka bagian dari orang-orang yang cukup heboh.
Mereka akan selalu meneriakkan kata apapun yang terlintas di kepala mereka. Bersiul ketika ada yang akan naik ke atas panggung, ataupun bersorak tak jelas ketika mereka selesai tampil. Hal itu tentu tak luput dari netra seseorang yang samar-samar tengah mengulas senyum di balik bibir pucatnya. Melihat bagaimana anak laki-laki yang tubuhnya lebih pendek dari lainnya melompat kegirangan.
Apapun itu, yang jelas acara berlangsung dengan lancar. Hingga di penghujung acara dimana pengumuman dan penyerahan hadiah kepada para pemenang. Tepat dimana hari mulai berganti dengan petang acara pun selesai, setelah penampilan terakhir dari pengisi acara yang membawakan beberapa lagu penutup untuk mereka.
Suasana semakin riuh ketika pembawa acara menutup serangkaian acara dan mempersilahkan mereka untuk meninggalkan tempat ini. Perlahan mereka keluar berdesakan dengan arahan dari panitia. Keita merasakan sikutan di lengannya berkali-kali. Baru saja dia melangkah tapi orang-orang sudah tidak sabar saja. Namun, ketika dia menoleh ke arah pelaku ternyata itu sahabatnya sendiri.
Baru saja ingin membalas perbuatan sahabatnya itu ketika melihatnya seolah memberi kode kepadanya. Dia mengikuti arah mata itu yang menunjuk ke orang yang kini tengah menatapnya dari jauh. Seketika orang tersebut tersenyum kikuk karena tertangkap basah.
Keita segera mengalihkan pandangan ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Zihao. Dia melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari bangunan ini. Sedangkan Zihao hanya memandang Keita yang perlahan menjauh dengan tersenyum tipis, sayangnya itu justru terlihat miris di mata orang lain.
"Bro, lo gak usaha buat deketin lagi?" sebuah suara menginterupsi Zihao. Dia menggeleng pelan dan bergumam, "biarin dulu, kasih dia waktu."
Mungkin saja dia berpikir jika terlalu memaksakan kehendak justru berakibat buruk. Alangkah lebih baik jika dia bersabar menunggu sedikit lama. Meski apapun yang dia putuskan sudah jelas membuat satu hati lain harus menahan sakit.
Hai, maaf kalau ada salah penulisan. Selamat membaca dan sampai jumpa.
Terima kasih30 July 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, please!
Ficção Adolescente"Lo kenapa mau sama gue?" "Karena kita sama" "Maksud lo?" "Sama-sama brengsek." For Zikei