03

503 58 29
                                    

Ini adalah minggu paling sibuk buat anak ekskul keolahragaan. Karena bakal ada beberapa lomba untuk 2 minggu kedepan, termasuk futsal yang diadain di SMA Putra Bangsa. Lomba ini antarsekolah, jadi mau gak mau anak osis juga ikut andil menyiapkan semuanya.

Persiapannya gak terlalu banyak, jadi sekarang juga udah hampir selesai. Zihao sama Jongwoo kebagian tugas buat pasang baliho di lapangan indoor. Niatnya tadi sekalian mau nonton anak futsal latihan, eh ternyata udah selesai. Padahal mereka berdua mau kabur dari Hanbin.

"Kak, ada yang berantem di belakang sekolah" lapor salah satu siswa tiba-tiba ketika mereka baru keluar dari lapangan.

Mereka yang mendapat laporan tanpa banyak bicara langsung berlari ke tempat kejadian. Anak-anak yang mendengar udah pada heboh mau nonton tapi keburu ditahan sama mereka.

Sedangkan di belakang sekolah salah satu anak jongkok dikelilingi 4 anak lain. Bisa dibilang kondisinya memprihatinkan. Tapi 4 anak lain gak berhenti melayangkan pukulan dan tendangan bergantian.

"Berhenti!"
Teriakan itu akhirnya bisa menghentikan mereka.

"Lo lagi?" tanya Zihao menatap nyalang Keita.

"Zi, mending langsung bawa aja" usul Jongwoo.

"Gak. Lo bawa aja dia ke uks," sambil menunjuk anak yang babak belur. "Sekalian yang lain ke ruang bk."

Jongwoo dalam hati udah ngumpat. Nih anak mau ngapain nahan Keita sendirian, pikirnya. Gak mau nambah masalah akhirnya Jongwoo turutin kata Zihao.

"Lo sehari aja gak bikin masalah penyakitan ya?" tanya Zihao emosi.

"Pagi, siang, sore ada aja ulah lo. Sadar gak sih, lo tuh bukan lagi anak kecil. Ini sekolah bukan tempat main. Apalagi sampai bikin bonyok anak orang."

"Mau lo apa sih? Gue udah peringatin lo berkali-kali juga demi kebaikan lo. Biar apa tiap pagi selalu telat, di sekolah juga masih bikin ulah. Jawab!"

Zihao gak bisa menahan lagi amarahnya. Dia udah cukup capek menghadapi Keita. Bahkan guru bk udah angkat tangan nyerahin semua ke anak osis.

"Bukan urusan lo, gue ada masalah tuh anak. Lo gak tau gak usah ikut campur!" jawab Keita gak kalah sengit.

Jujur aja untuk kali ini dia gak mau beradu argumen sama Zihao.

"Jelas urusan gue. Bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali lo ngelakuin hal bodoh itu Keita!" bentak Zihao.

"Hal bodoh lo bilang? Lo gak sadar ya, gue ngelakuin ini semua karena lo! Biar gue bisa narik perhatian lo" ucap Keita pelan.

"Wang goblok Zihao asal lo tau Terazono Keita itu suka sama lo! Seenggak pekanya orang gak goblok kaya lo, dasar Wang Jamet Zihao" kesal Keita meninggalkan Zihao.

Tapi tangannya keburu ditahan oleh Zihao.

"Gue tau," ucapnya mendekati Keita. "Berhenti bilang gue goblok."

"Lo yang goblok. Lo pikir dengan ngelakuin itu semua bisa bikin gue naruh rasa ke lo? Hmm?" nada bicaranya berubah.

Brengsek..baru kali ini Keita melihat diri Zihao yang seperti ini. Cara Zihao menatap Keita berbeda dari biasanya. Ia merasa terintimidasi sekaligus bingung di situasi ini.

Keita rasanya ingin lari dari sana jika tubuhnya bisa digerakkan. Bahkan untuk sekedar mengumpat saja rasanya gak bisa. Belum lagi tangan Zihao yang menahannya kuat.

Zihao tersenyum miring. Sedikit menunduk menyamakan posisinya dengan keita.

"Kenapa diem aja? Kemana Keita yang biasanya bikin orang lain takut?"

Look at Me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang