Banyak hal yang berlalu di setiap waktu. Entah hal baik atau buruk, kecil atau besar, ataupun yang masih harus menunggu waktu untuk menjadi sesuatu yang baik, buruk, maupun besar. Tak akan ada yang tahu apa dampak yang benar-benar akan terjadi selanjutnya. Perkiraan saja tak akan cukup untuk itu. Dan setiap tindakan adalah pilihan.
Hari demi hari berlalu. Tak ada yang spesial bagi seorang Terazono Keita. Rutinitasnya hanya itu-itu saja yang sekiranya bisa dia lakukan seorang diri di rumah. Sungguh liburan kali ini amat terasa sepi. Dia juga jarang keluar hanya untuk bertemu tiga orang sahabatnya. Bersyukur beberapa hari lalu mendengar sang sahabat berkata akan menemaninya untuk beberapa waktu ke depan.
Namun, sebelum itu hal baru datang kepadanya. Nampaknya dia mendapatkan seorang yang dia sendiri tak yakin menganggapnya teman. Orang itu adalah Krystian. Ya, pertemuan-pertemuan yang tak disengaja antara mereka berdua itu tampaknya masih berlanjut hingga membuat keduanya terbiasa. Mereka lebih sering bertemu setelah itu tanpa adanya hawa permusuhan. Tampaknya Keita mulai membuka diri untuk menganggap suatu hal dari sisi positif.
Tetapi di sisi lain, hal itu justru membuat teman-temannya lebih waspada. Seperti Jeonghyeon yang mengetahui beberapa hal seusai menodong adiknya, Ricky. Dia mencoba mengungkap motif dibaliknya, juga beberapa hal lain mengapa adiknya itu mengetahui tentang hal ini. Dia kira ini ada keterkaitannya dengan apa yang dilakukan Ricky akhir-akhir ini. Mengingat adiknya itu menjadi lebih sering keluar rumah dan beraktifitas tak seperti biasanya. Ditambah dia pernah memergokinya ketika sedang mengawasi Keita.
Sedangkan di lain sisi, terdapat Zihao yang tak bisa berbuat banyak di libur semester ini. Dirinya disibukkan oleh pekerjaan yang diberikan oleh ayahnya. Itu juga atas pertimbangan dari ayahnya. Dari pada anaknya itu harus keluyuran tak jelas di hari libur, lebih baik dia bisa belajar mengenal dunia kerja. Mengingat kejadian terakhir kali yang dia alami. Tapi di tengah-tengah itu dia semakin tertekan setelah mendapat berbagai informasi dari sahabatnya, Jongwoo. Apa boleh buat, dirinya hanya bisa mencoba berpikir positif.
Maka dari itu, di situasi ini justru Jongwoo yang terlihat emosi melihat hubungan di antara mereka. Dia tak bisa tinggal diam setelah mendapat beberapa informasi dari Ricky, yang memang dia tugaskan. Dirinya semakin yakin dengan akal busuk Krystian, dan tentunya Hanbin yang ikut serta berperan. Jujur saja dia bingung karena hanya mereka berdua yang mengetahui tentang ini. Dia tak yakin jika harus melibatkan ketiga sahabat Keita.
Namun, tak ada pilihan lain. Dia akhirnya memutuskan untuk memberitahu salah satunya. Dia memintanya untuk mengawasi dan menemani Keita serta waspada kepada Krystian, dan orang itu adalah Junhyeon. Entahlah mengapa dia memilihnya, tapi salah satu alasannya karena di antara ketiga sahabat Keita yang masih mendukung hubungan antara Keita dengan Zihao adalah Junhyeon. Jangan berpikir kalau dia kurang kerjaan atau apa karena sampai turun tangan untuk sahabatnya. Dia hanya muak ketika sahabatnya itu tiba-tiba datang dan mengeluh kepadanya tentang perasaannya.
Semenjak mengetahui hal itu dari Jongwoo, Junhyeon pun selalu berusaha ada di dekat Keita. Seringkali dia ikut pergi menemani Keita ke manapun. Mungkin bisa dikatakan Junhyeon menjadi overprotective saat ini. Hal itu pun justru membuat Keita bingung. Ditambah lagi Junhyeon tak memberi tahu kedua temannya mengenai hal ini.
Seperti saat ini, dia menemani Keita berhubung anak itu sendirian di rumah. Sudah semenjak dua hari yang lalu dia menginap di sana. Keita jelas tak mempermasalahkan hal itu. Dia justru senang karena setidaknya ada orang yang menemaninya di rumah. Karena itu pun, ke manapun mereka pergi akan selalu berdua.
Kini mereka berdua sedang berada di perjalanan pulang dari rumah Junhyeon. Sebelumnya Junhyeon meminta Keita untuk mengantarnya kembali ke rumah guna mengambil barang. Tak berlama-lama mereka di sana, melihat hari yang mulai malam dan gerimis mulai turun sejak sore. Jalanan yang mereka lewati terasa sepi. Junhyeon mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, sudah kebiasaannya jika melewati jalanan yang sepi semacam ini. Tak akan ada yang tahu ada apa di depan sana.
"Jun, santai aja kali bawa motornya. Dingin ini goblok!" Keita mencoba berteriak mengalahkan suara motor.
Junhyeon tak merespon sama sekali. Dirinya hanya fokus untuk segera sampai di rumah Keita, menghindari mobil di belakangnya. Ya, perasaannya sudah tak enak sejak tadi. Tak jauh seusai mereka keluar dari rumah Junhyeon, sebuah mobil hitam terlihat mengikutinya dari arah belakang. Sebelumnya dia tak yakin, sampai dia mencoba memancing dengan melewati jalan lain yang memutar. Dan mobil itu ternyata masih ada di belakangnya hingga kini.
Dia tak tahu harus melakukan apa untuk saat ini. Masih setengah perjalanan untuk menuju ke rumah Keita. Dan sialnya jalanan yang mereka lewati adalah jalan sepi yang jarang dilewati. Dirinya sedikit kecewa memutar jalan dan melewati jalanan ini. Harapan dia setidaknya mereka bisa tetap berada di depan untuk saat ini.
Namun, sayang harapan itu harus terpatahkan seketika. Mobil itu menyalip motor mereka dan memepetnya. Hal itu tentu membuat Junhyeon sedikit kesusahan untuk bisa seimbang. Sampai mobil itu akhirnya berhenti menghalangi jalan mereka.
Junhyeon memukul keras stang motornya ketika salah satu pintu dari mobil itu terbuka. Keita yang berada di belakangnya terlihat bingung dengan situasi saat ini. Jujur saja anak itu tak mengerti alasan Junhyeon mengendarai motornya seperti tadi melewati jalan ini, dan sekarang ada sebuah mobil yang menghentikan perjalanan mereka.
Dua orang turun dari mobil tersebut dengan pakaian serba hitam. Wajahnya tak terlihat terhalang oleh masker dan topi. Di tangan salah satunya terdapat balok kayu yang siap untuk dilayangkan. Tentu saja Junhyeon tak mengenali siapa kedua orang ini. Yang jelas dalam satu pergerakan dia turun dari motornya secara tiba-tiba membuat orang yang ada di belakangnya mengikutinya secara tak langsung.
"Siapa lo berdua?"
Tanpa aba-aba kedua orang itu berlari ke arah mereka. Masing-masing memegang satu orang. Junhyeon berusaha menghindar dari serangan-serangan yang dilancarkan orang itu. Sedangkan Keita menghadapi yang lainnya sama-sama dengan tangan kosong. Terdapat sedikit kesusahan karena serangan mendadak tadi. Junhyeon kini masih berusaha menahan pukulan-pukulan dari balok itu.
Cukup lama mereka bertahan di posisi masing-masing. Berusaha sekuat mungkin untuk menyerang maupun menahannya. Menjadikan celah untuk yang lainnya. Tanpa mereka sadari satu orang lain turun dari mobil berjalan ke arah mereka. Di tangan kirinya tergenggam batu bata yang dia bawa dari dalam mobil. Langkahnya berubah menjadi sedikit berlari ketika semakin dekat dengan mangsanya. Tangannya terangkat bersiap menghantam.
"Ke, awas!"
Di detik itu juga balok kayu menghantam kepala Junhyeon. Rasa sakit di kepala bagian belakangnya muncul seiring dengan darah yang keluar di sela-sela rambutnya. Kakinya tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Rasa sakitnya mengalahkan pandangannya. Di posisinya dia menyaksikan sahabatnya di bawa oleh ketiga orang tersebut.
Tubuhnya terkapar di jalan itu setelah mendengar suara mobil kian menjauh. Kesadarannya masih tersisa meski matanya tak mampu terbuka. Namun, pendengarannya masih baik hanya untuk menangkap deru motor yang mendekat ke arahnya. Sampai tepukan di wajahnya dia rasakan. Dia tak tahu siapa orang itu, tapi lamat-lamat dia mendengar suaranya ketika berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Salah satu kalimat yang mampu dia tangkap ialah orang itu akan mengejar mobil tersebut. Di situlah ada perasaan lega di hatinya.
21 August 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, please!
Fiksi Remaja"Lo kenapa mau sama gue?" "Karena kita sama" "Maksud lo?" "Sama-sama brengsek." For Zikei