Part 07 : Arsen who Likes to Hide Himself

74 10 4
                                    

-🐾

Hari itu, Arsen baru saja selesai dengan tugasnya, dimana ia baru saja mempresentasikan makalah mereka. Sebenarnya biasanya Arsen lebih suka duduk diam daripada yang mempresentasikan, ia lebih senang kalau disuruh mencari jawaban dari pertanyaan teman-teman di kelas daripada disuruh menjelaskan isi makalah mereka. Namun, entah bagaimana ceritanya hari ini dua teman sekelompoknya izin tidak bisa masuk kuliah, yang satu izin karena harus menemani Ibunya yang baru saja masuk Rumah Sakit, sedangkan yang satunya lagi izin harus mengurus surat tilang. Katanya sih, tadi saat dalam perjalanan menuju Kampus, kena tilang dan disuruh mengurus surat-suratnya segera, bisa ditempeleng Bapaknya katanya kalau sampai enggak diurus segera surat-suratnya. Jadilah, Arsen harus presentasi sendirian, menjawab sendirian.

"Baiklah, Nak Arsen boleh kembali ke tempat duduknya. Penjelasan dan jawabannya sudah cukup jelas. Bapak akan jelaskan sedikit lagi biar teman-teman yang lain semakin paham." Arsen hanya mengangguk mengiyakan ucapan dosennya dan langsung duduk di bangku paling belakang.

Beberapa mahasiswi di kelas sesekali melirik Arsen sambil terkikik pelan. Bukan sebuah rahasia, Arsen adalah satu dari sekian laki-laki yang paling banyak dikagumi di Kampus. Ia terbiasa sendiri, cukup pendiam dan cukup misterius kalau kata mahasiswi yang lain. Benar-benar seperti tokoh dalam novel. Bahkan kata mahasiswa yang lain, berteman dengan Arsen juga sangat susah. Jangankan berteman, ditanyai ada tugas saja Arsen hanya diam acuh seolah tak mendengar. Kalau kata mahasiswi si Arsen tuh cowok cool, maka kata mahasiswa si Arsen tuh cowok yang enggak asik diajak berteman.

"-nah, Bapak harap kalian semua paham. Kalau begitu, berhubung jam perkuliahan sudah selesai, Bapak akhiri perkuliahan kita hari ini. Silakan kalau mau ke kelas selanjutnya bagi yang masih punya jam kuliah, terimakasih." Dosen tersebut pun berlalu sambil membawa barang-barangnya.

Beberapa mahasiswi yang yang sambil mengemas barang-barang mereka pun mulai heboh berdiskusi masalah yang Arsen yakin itu tak berguna. Tanpa mempedulikan apapun, Arsen langsung menyimpan makalah serta bukunya ke dalam tas dan langsung keluar dari ruang kelas. Seperginya Arsen, banyak mahasiswi yang memandangnya dengan tatapan kagum.

-🐾

Arsen yang sedang duduk sendirian di Kantin sambil memainkan ponselnya langsung menoleh saat seseorang menempelkan sebotol air mineral dingin ke pipinya. Inka, si pelaku hanya bisa tersenyum tipis dan kemudian duduk di kursi kosong di sebelah Arsen.

"Abis kelas, ya?" tanya Inka. Arsen hanya mengangguk mengiyakan.

Hening. Seperti yang Inka duga, berdua dengan Arsen takkan disambut dengan segudang ocehan atau keluhan seperti dengan Elena atau Elvano. Biasanya kalau dengan Elena, Inka akan mendengarkan bagaimana gadis itu menceritakan banyak hal, mulai dari perkuliahannya, kekesalannya pada dosen, kelakuan Elvano yang suka membuatnya kesal atau bahkan apapun tentang mantannya si Sagara yang saat ini sudah menjadi seorang Pengacara. Lain lagi kalau dengan Elvano, Inka bisa menjamin kalau berdua dengan pemuda itu, Inka akan mendengarkan sejuta keluhannya terkait dosen pembimbing pemuda itu yang katanya banyak maunya.

"Inka!"

Inka menoleh dan mendapati teman sekelas pacarnya datang menghampirinya. "Kenapa?" tanya Inka.

Mahasiswa tersebut pun menyerahkan lembar tugas milik Altair kepadanya, "cowok lo bolos lagi, jadi dosen ngasihin lembar tugas dia yang minggu lalu ke gue."

Inka meraih lembar tugas milik pacarnya dan mengangguk paham, "oke. Makasih, ya?"

Mahasiswa itu mengangguk dan kemudian melirik Arsen yang hanya diam sambil menatap botol air mineral miliknya. Mahasiswa tersebut langsung menggeleng pelan dan segera pamit pergi.

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang