—🐾
Altair mengembuskan napas panjang. Beberapa menit yang lalu ia disuruh keluar selagi para dosen mendiskusikan nilai skripsi miliknya. Di sampingnya sudah ada Inka yang menggenggam erat tangan Altair seolah memberikan dukungan. Ada Elena yang menggenggam tote bag. Ada Elvano dan Naya yang juga membawa hadiah mereka untuk Altair. Ya, hari ini adalah sidang skripsi Altair setelah menyelesaikan semua mata kuliahnya yang harus ia ulang. Inka selaku pacarnya mendukung dan juga membantu Altair dalam memperbaiki nilainya.
Setahun yang lalu, Inka dan Elena sudah wisuda menyusul Arsen yang lulus lebih dulu. Setelah lulus, Inka mencari pekerjaan dan diterima di sebuah perusahaan swasta. Elena sendiri setelah lulus langsung mengambil kursus menjahit dan juga desain. Beberapa bulan setelahnya ia membuka toko baju miliknya sendiri dan sekarang sudah mulai besar dan terkenal di internet. Ia bahkan sudah punya brand sendiri dengan logo sendiri. Benar-benar mimpi yang diidamkan oleh Elena. Elvano juga beberapa bulan yang lalu telah menikahi Naya dan mereka juga membeli rumah dekat Kampus. Katanya agar Naya lebih dekat dengan tempat kerjanya. Elvano juga sudah mampu membeli mobil sendiri sehingga mudah untuk menjemput istrinya pulang kerja.
“Tenang, lo pasti lulus kok,” ucap Inka. Altair menatap Inka sejenak dan kemudian memeluk gadis itu. Elena yang melihat itu langsung mengejeknya yang tentu saja ditegur oleh Elvano.
“Kalo gue enggak lulus gimana? Lo pasti kecewa,” bisik Altair. Inka tersenyum dan mengusap punggung Altair. “Apapun hasilnya, lo udah berusaha keras. Hasil enggak bakal mengkhianati usaha,” ucap Inka.
Altair melepaskan pelukannya ketika namanya dipanggil untuk masuk. Inka dan yang lain menunggu dengan cemas di luar. Begitu Altair keluar, Inka menahan napasnya. Altair langsung memeluk Inka dan menangis.
“GUE LULUS, IN! GUE LULUS!”
Inka tersenyum haru dan langsung memeluk Altair, ikut menangis. Elena tersenyum dan berseru mengucapkan selamat. Elvano sendiri menepuk-nepuk pundak Altair sedangkan Naya hanya tersenyum melihatnya. Naya merasa menyesal dulu tak menunggu hasil sidang skripsi Elvano hanya karena kesalahpahaman waktu itu.
“Selamat, Ta. Lo berhasil,” ucap Elvano.
Altair melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Naya menyerahkan hadiah mereka kepada Altair. “Makasih,” ucap Altair. “Sama-sama. Selamat revisi dan daftar wisuda, ya?” ucap Naya. Altair mengangguk.
Elena menyodorkan tote bag yang tadi ia pegang. Altair menerimanya dan mengintip isinya. “Setelan jas hasil desain gue sendiri. Abis lulus lo harus nyari kerjaan. Gue enggak mau sahabat gue ntar yang nafkahin lo. Sebagai cowok, lo kudu tau tanggungjawab menafkahi apalagi kalo lo serius sama Inka. Pokoknya awas aja kalo gue denger lo nganggur sementara Inka kerja capek-capek!” ucap Elena.
Altair mendelik, “gue juga punya harga diri, njir!”
“Gue kira enggak!” ucap Elena.
Suara langkah kaki mengalihkan perhatian mereka. Ketika mereka menoleh, mereka melihat Arsen datang dengan membawa tote bag. Elvano dan Naya sudah tahu kalau Arsen dan Altair adalah saudara tiri satu Ayah. Hanya saja mereka tahu kalau hubungan kedua pemuda ini tidak cukup baik walau tidak juga buruk.
“Arsen? Enggak kerja?” tanya Elena. Ya, setelah lulus Arsen mengembangkan usaha restoran dengan mengusung nuansa vintage. Banyak anak muda yang tertarik bahkan restoran Arsen sering viral di internet karena sering didatangi artis.
Arsen tak menjawab dan menyodorkan tote bag tersebut kepada Altair. Ia pikir walaupun hubungan mereka buruk di awal, tapi tetap saja Altair adalah adik tirinya. Mereka masih satu Ayah. Saat masih kecil Arsen pernah meminta adik kepada Ibunya, tapi Ayahnya selalu menolak dengan mengatakan kalau mereka cukup memiliki Arsen saja. Padahal ternyata di belakang Aletta, Seno malah memiliki Altair. Bahkan kini mereka memiliki adik perempuan yang masih kecil. Ingat Mila yang hamil waktu itu? Ya, anak yang dikandung Mila adalah seorang perempuan yang diberi nama Alea. Bayi perempuan itu sangat suka dengan Ibunya Arsen dan Aletta sendiri juga sangat menyayangi Alea. Mila juga mulai menerima kehadiran Aletta dan Arsen dalam keluarga mereka. Ia juga meminta maaf kepada Arsen dan Aletta atas sikap buruknya dulu.
“Buat gue?” tanya Altair. Arsen mengangguk. Altair mengambil hadiah dari Arsen dan kemudian mengintip isinya. Seperti biasa, Arsen selalu membelikan hadiah mahal. Altair menyodorkan kembali benda itu.
“Ambil balik,” ucap Altair. Arsen menautkan alisnya. “Tch, ambil lagi. Gue enggak mau hadiah mahal-mahal. Buang-buang duit. Mending duitnya dipake buat keperluan lain. Lagian lo hobi banget sih buang-buang duit. Gue inget, ya. Liburan bulan lalu yang hadiah buat Inka itu semuanya lo yang bayarin. Gue enggak masalah kalo itu buat sahabat lo, toh mereka juga pasti udah terbiasa. Pokoknya awas aja lo ngasihin hadiah mahal buat gue apalagi buat Alea. Jangan dibiasain. Nyokap lo juga jangan keseringan beliin Alea hadiah. Nanti gedenya dia manja. Enggak boleh pokoknya. Nyokap gue juga udah gue kasih tau. Pokoknya enggak ada ya buang-buang duit gitu. Boros!” ucap Altair.
“Ribet amat, Ta. Terima aja sih. Toh, Arsen juga ngasih. Enggak dipaksa,” ucap Elena yang paham maksud Arsen. Altair menggeleng, “pokoknya enggak. Kalian juga kalo ngasih hadiah enggak usah mahal-mahal. Beliin gue motor kek gitu,” ucap Altair setengah bercanda.
“Heh, itu mah ngelunjak, setan!” ucap Elena. Elvano mengangguk setuju. Altair mendelik dan menjulurkan lidahnya.
“Motor apa?” tanya Arsen tiba-tiba. Mereka terdiam begitu mendengar Arsen bertanya. Altair langsung menatap saudara tirinya tajam, “enggak ada! Pokoknya enggak ada! Awas aja lo buang-buang duit lagi, gue aduin ke Tante Aletta.”
Arsen mengangguk dan kemudian Inka mengambil hadiah Arsen dari tangan Altair. Ia tahu kalau Arsen takkan mengambil kembali hadiahnya bahkan kalau Altair memaksa. “Makasih, Sen. Kalian semua juga makasih hadiah dan dukungan kalian. Pokoknya hari ini makasih banget udah dukung Alta,” ucap Inka.
“Sama-sama, In. Lagian kalian ’kan temennya Vano. Temennya Vano, temen gue juga,” ucap Naya. Elena mengangguk setuju. “Bener! Kita semua temenan!” ucap Elena.
Inka tertawa kecil dan menggandeng tangan Altair, “kalau gitu gimana kita makan-makan buat ngerayain?” tawar Inka. Altair mengangguk setuju, “gue yang bayar,” ucap Altair.
“Katanya jangan buang-buang duit,” ejek Elena. Altair mendelik, “ini Bentu apresiasi gue buat kalian. Lagian kalian tuh 'kan temennya Inka, gue kudu bales budi kalian udah baik sama Inka.”
“Apa sih? Ngomong aja kalo kita semua temenan sekarang. Enggak usah gengsi gitu, Ta.” Elvano menyahut. Altair menatapnya tajam, “mulut lo!”
Inka mengangguk, “ayok! Kita makan dimana? Seblak gimana?” ucapnya. Elvano menggeleng, “enggak ada. Jangan makan seblak. Lo tau enggak semua dari kita suka,” ucap Elvano. “Bener, gue juga besok ada banyak pesanan. Kalo sampe mules, bakal keteteran gue,” ucap Elena setuju.
Inka menatap mereka sedih. Altair mengusap punggung Inka lembut, “steak gimana? Kita makan steak sama mereka dulu, malemnya kita makan seblak berdua,” ucap Altair menghibur Inka.
Inka mengangguk senang, “AYOK!”
Mereka pun pergi meninggalkan Kampus untuk makan di restoran. Merayakan hasil sidang skripsi Altair.
—🐾
Mini theater 🎭
Penulis : Akhirnya tamat! Huhu, selesai juga!
Elvano : Akhirnya! Selamat tinggal!
Elena : Gue kira gue bakal dikasih pacar!
Elvano : Halah, gayaan. Move on aja enggak!
Inka : Jangan mulai deh. Udah tamat juga.
Elena : Vano duluan yang mulai! Arsen juga liat!
Arsen : [Mengangguk]
Elvano : Arsen lo tanya juga iya-iya aja katanya.
Altair : Agak kurang sebenarnya, tapi gapapa.
Penulis : Gue mau penelitian skripsi, setan!
Elvano : Selamat gila!
Penulis : Anj—
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Strike up a Friendship
Novela Juvenil[ B E L U M R E V I S I ] Kata siapa sahabatan sama lawan jenis tuh sering baper? Jangankan mikirin buat naksir temen sendiri, mikirin masalah mereka aja kadang rasanya pengen lompat dari atas gedung tapi karena takut masuk neraka aja mereka masih e...