Part 34 : Elvano's Reason for Bothering Elena

65 9 0
                                    

—🐾

Seperti pada hari-hari biasanya, keempat sahabat itu berkumpul bersama-sama di sebuah restoran dengan Arsen yang memesan ruangan khusus untuk mereka agar mereka memiliki privasi. Elvano mengajak pacarnya, Naya untuk ikut serta dalam acara kumpul mereka yang memang sudah disetujui oleh yang lain. Inka juga sebenarnya sudah diberi izin untuk mengajak Altair ikut, tapi Altair menolak saat Inka mengajaknya. Elvano mengira alasan Altair menolak adalah karena dirinya, sedangkan Elena mengira mungkin Altair masih belum siap menerima Arsen sebagai saudara, padahal sebenarnya Altair sedang asyik menonton Dora the Explorer. Inka yang tahu alasan Altair hanya memilih diam tak ingin ambil pusing. Kecintaan pacarnya pada kartun menyebalkan itu kadang membuat Inka pusing sendiri.

Elena mendelik kesal saat Elvano mengoceh banyak hal terutama mengomentari kebiasaan Elena yang masih suka memantau akun sosial media Sagara. Gadis itu bahkan sesekali melempari Elvano dengan tisu yang mana dibalas ejekan oleh Elvano. Inka dan Arsen sudah tak peduli lagi, karena memang biasanya Elvano dan Elena sudah akan bertengkar seperti itu kalau bertemu. Naya yang melihat itu malah tersenyum gemas. Kalau tak tahu hubungan mereka, mungkin Naya akan cemburu.

“Ih, Kak Naya! Liat tuh si Vano! Ngeselin banget sih! Pengen gue tempeleng tau!” adu Elena pada Naya.

Elena selalu suka kalau Naya ikut kumpul bersama mereka. Ia seperti memiliki kakak perempuan yang bisa dia tumpahkan semua keluhannya. Inka masih sering jadi tempat curhatannya kalau Elvano mulai mengerjainya, hanya saja ia cukup tahu belakangan hari ini Inka juga punya masalah sendiri yang ia pusingkan, apalagi kalau bukan masalah pacarnya, si Altair itu. Sudah Elena bilang, Inka tuh lebih seperti Ibunya Altair yang akan menangani semua masalah Altair bahkan melebihi orang tua pemuda itu sendiri.

Naya tersenyum dan mencubit gemas pipi Elena, “gemes banget sih lo, dek. Kalo Vano ngerjain lo, tabok aja, gapapa.” Elvano yang mendengar itu mendelik malas, “kok gitu sih? Nih bocah kalo nabok enggak kira-kira. Bisa jebol kepala gue,” ucap Elvano.

Naya menatap pacarnya, “ya lo juga ngeselin sih. Lagian Elena lucu gini kok lo suka banget ngerjain dia. Heran deh gue,” ucap Naya.

Elvano mendesah malas karena sepertinya Naya sudah semakin suka berteman dengan Elena. Kalau kata Elvano sih mending Naya tuh berteman dengan Inka saja, karena menurutnya Inka lebih waras daripada Elena.

“Oh, ya. Inka gimana skripsinya? Udah sampe mana?” tanya Naya kepada Inka yang sejak tadi hanya diam mendengarkan. Inka yang ditanya mengangguk dan menjawab, “udah mau seminar proposal kok, Kak. Doain, ya?”

“Wih, keren. Pasti dong. Kabar-kabaran sama gue, ya? Gue pengen ngeliat,” ucap Naya. Inka mengangguk pasti.

“Inka tuh pasti ngundang. Enggak kayak Arsen yang diem-diem tau-tau udah,” ucap Elvano menyindir Arsen. Ia masih kesal karena Arsen sudah seminar proposal dan tak mengabari mereka sama sekali. Mereka bahkan tau karena Naya yang mengatakan ketika mereka berkumpul beberapa minggu lalu kalau surat selesai revisi milik Arsen tertinggal di kantor staf Rektorat.

Naya mengusap lembut tangan Elvano, “udah ih. Jangan ngambek terus. Malu tau sama muka lo. Udah kerja masa masih ambekan sama sahabat sendiri,” ucapnya mencoba menghibur.

Ya, Elvano setelah wisuda langsung ditarik untuk bekerja di sebuah perusahaan. Katanya mereka terkesan dengan kinerja dan juga pengalaman pekerjaan Elvano selama masih kuliah. Saat masih berkuliah dulu, Elvano sering bekerja sambilan di saat ia senggang dan ia banyak melakukan pekerjaan dengan berbagai bidang. Pihak perusahaan sangat menyukai semangat dan juga ketekunan Elvano, makanya mereka segera merekrut Elvano setelah pemuda itu wisuda.

“Tau ih, padahal setelah Kak Naya ngasih tau waktu itu, kita langsung ngerayain di rumah lo. Arsen aja sampe lo suruh nginep. Gue inget banget lo sampe teler trus melukin kaki Arsen, nangis enggak mau dia tinggal padahal Arsen cuma mau ke toilet.” Elena membalas. Elvano yang mendengar itu langsung memerah malu. Ia jadi ingat kejadian saat mereka merayakan seminar proposalnya Arsen si rumah sewaan Elvano. Saat itu Elvano keukeh ingin meminum bir dan berakhir mabuk. Sialnya, kelakuannya saat mabuk malah membuatnya malu.

“Hihi, udah deh, El. Kesian tuh, dia malu,” ucap Inka kepada Elena. Kedua gadis itu hanya bisa tertawa mengejek. Naya yang mendengar itu juga jadi ingat bagaimana Elvano merengek bahkan mengatakan ingin menjadi anak angkat Ibunya Arsen. Naya masih tak habis pikir, persahabatan seperti keempat orang ini sungguh sering disalahpahami oleh orang-orang.

“Udah deh, El. Mending lo terusin deh tuh stalking sosial medianya Sagara,” ucap Elvano kesal.

“Dih, ngambek!” balas Elena.

Naya menatap Elvano, “gue masih penasaran. Kalian sahabatan berempat, tapi kayaknya Vano cuma paling sering ngerjain Elena.”

Inka dan Elena langsung menatap Naya, “lo cemburu, Kak?” tanya Inka ragu. Naya menggeleng, “enggak sih. Cuma bingung aja. Soalnya keliatannya Vano cuma sering gangguin Elena aja tiap kalian ngumpul gini,” ucap Naya.

Elvano mengangguk paham, “gimana, ya? Mau ngejahilin si Inka, dia tau kalo gue cuma becanda jadi responnya kadang santai aja. Kalo Arsen yang ada dicuekin kalo ngerjain dia, itu pun juga syukur kalo dia nyaut, kalo enggak ya hening gitu aja. Nah, kalo sama Elena tuh dia pasti bakal ngebales dan kalo udah enggak bisa bales dia bakal ngadu ke Inka. Kayak bocah, makanya gue suka gangguin dia.”

Naya mengangguk, “gitu ya? Tapi, Elena kalo kesel mukanya lucu kok. Gemes kayak anak kecil gitu, gue juga kalo ngeliatnya suka. Jadi pengen ikut jailin juga, tapi takut lo nangis aja.”

Elena menatap pasangan itu tak percaya, “gue dijailin Vano aja bisa naik darah, lo jangan ikutan, Kak! Bisa hipertensi beneran gue lama-kelamaan!”

Naya terkekeh kecil, “tapi beneran lucu tau, El. Muka lo yang kesel tuh keliatan kayak bocah imut-imut di mata gue,” ucapnya.

Elena menatap Inka dengan mata memelas, “Inka!” serunya mengadu. Melihat itu, Inka hanya menepuk-nepuk punggung Elena seolah menenangkan gadis itu, sedangkan Naya dan Elvano malah melakukan tos bersama karena sudah berhasil membuat Elena kesal.

“Apa gue bilang? Ngerjain dia tuh seru,” ucap Elvano. Naya mengangguk setuju.

“INKA! TOLONGIN GUE!” seru Elena mengadu dengan rengekan kepada Inka. Inka hanya mengangguk seolah mengiyakan saja. Arsen hanya mendengarkan dan sesekali tersenyum tipis, sangat tipis sampai tak disadari siapapun di ruangan itu.

“In, gosah ditolongin. Ikutan kita aja ngerjain dia,” ucap Elvano.

Elena mendelik marah kepada Elvano, “gue gigit lo, ya!” serunya kepada Elvano yang dibalas juluran lidah mengejek dari Elvano. Melihat itu, Naya langsung tertawa.

“Hahahaha ....”

—🐾

Mini theater 🎭

Penulis  : Tim mendukung ngerjain Elena.
Elena     : INKA! PENULISNYA NGESELIN!
Inka       : [Menghela napas]
Elvano  : Dih, ngaduan kayak bocah!

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang