—🐾
Sejak kejadian di hari ulang tahun Arsen, keempat sahabat itu mulai bersikap seperti biasanya. Seolah-olah kekacauan yang terjadi malam itu tak pernah terjadi. Bahkan Inka pun tak menceritakannya kepada Altair.
Arsen butuh waktu hampir seminggu untuk tenang dengan cara menghilang bahkan ia juga izin seminggu dari perkuliahan yang mana membuat ketiga sahabatnya merasa semakin bersalah. Hari setelah Arsen kembali masuk kuliah, keempatnya berkumpul di tempat karaoke dan memesan ruangan karaoke untuk beberapa privasi. Bahkan mereka tak menyanyi atau apa, di dalam sana mereka hanya duduk diam sambil memakan camilan yang disediakan, mengabaikan televisi yang memutar lagu-lagu sejak awal mereka masuk.
“Orang tua gue bertengkar di hari ulang tahun gue waktu gue SMP, setelah pertengkaran itu mereka resmi bercerai.”
Hanya itu yang dikatakan oleh Arsen saat jam sewa ruangan karaoke mereka hampir habis. Begitu mendengar ucapan Arsen, mereka langsung meminta maaf pada Arsen. Mereka merasa buruk sebagai sahabat, terlebih Elvano. Ia merasa ini semua salahnya. Arsen mengatakan kalau ia tak marah, ia juga meminta maaf atas sikapnya yang tak dewasa tersebut. Sejak hari itu, mereka memilih untuk melupakannya.
Setelah itu, Elvano kembali pusing karena revisian dari dosen pembimbingnya. Bahkan terkadang Arsen atau Inka juga ikut membantu revisinya, kalau Elena hanya bisa membuatnya tambah kesal karena banyak berkomentar.
Seminggu Elvano uring-uringan karena revisian, ia pun jatuh sakit. Hari itu Arsen menginap di rumahnya dan ketika akan berangkat kuliah keesokan harinya, Arsen melihat Elvano yang dengan wajah pucat sedang duduk menyeduh teh hangat di dapur.
“Sakit?” tanya Arsen. Elvano menarik napas panjang, “kepala gue pusing, badan gue juga pegel. Gue udah izin sama dosen yang ngajar hari ini.” Elvano menjawab.
“Rumah Sakit, bareng gue.” Elvano menatap Arsen tak setuju, “lo ada jadwal kuliah. Gue sendiri aja deh ke sananya.”
Arsen menunjukkan layar ponselnya yang kini terpampang grup chat khusus mereka berempat. Elvano menatap isi chat Arsen dan menatapnya malas.
“Vano sakit, tapi nolak diperiksa. Gitu banget ya isi pesen lo?” sindir Elvano.
Arsen mengangkat bahunya acuh dan kemudian balasan dari Inka maupun Elena mulai berdatangan. Inka menyuruh Elvano untuk diperiksa sedangkan Elena membalas katanya akan menyuruh dukun untuk memeriksa apakah Elvano terkena santet atau tidak.
“Ayo.” Elvano menatap Arsen dengan tatapan kesal. “Lo enggak bakal bolos mata kuliah, 'kan? Serius, Sen!” ucapnya.
“Udah izin sama dosennya,” balas Arsen.
Elvano yang mendengar itu hanya bisa menepuk keningnya pusing, “bentar gue ganti baju dulu.”
—🐾
Elvano menatap Arsen yang saat ini sedang duduk di kursi dekat ranjang pesakitan miliknya dengan tatapan malas. Hasil pemeriksaan Elvano tadi hanya mengatakan kalau Elvano demam, tidak tinggi-tinggi banget sih kalau kata Elvano tapi si Arsen keukeh agar Elvano dirawat inap. Bahkan Dokter sendiri juga mengatakan kalau Elvano tidak perlu dirawat inap, cukup minum obat dan banyak istirahat maka akan segera sembuh. Namun, entah bagaimana caranya Arsen bisa membuat Dokter tersebut setuju agar Elvano dirawat inap, walaupun hanya satu malam.
“Lo mending kuliah deh,” ucap Elvano.
Arsen menggeleng dan kembali fokus pada ponselnya. Elvano hanya bisa menarik napas panjang dan kemudian memilih menutup matanya, mencoba untuk tidur.
Beberapa menit kemudian, seorang Dokter masuk sambil membawa bungkus berisi makanan ringan dan minuman dingin. Arsen menoleh dan mendapati Dokter tersebut tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Strike up a Friendship
Ficção Adolescente[ B E L U M R E V I S I ] Kata siapa sahabatan sama lawan jenis tuh sering baper? Jangankan mikirin buat naksir temen sendiri, mikirin masalah mereka aja kadang rasanya pengen lompat dari atas gedung tapi karena takut masuk neraka aja mereka masih e...