Part 06 : Inka and Her Love for Seblak and Cornetto

80 11 1
                                    

-🐾

Kalau ditanya, apakah Inka suka kesal dengan kelakuan Altair, maka Inka akan menjawab iya dengan keras. Terkadang Inka suka berpikir, kenapa dulu saat semester empat, ia menerima saja Altair sebagai pacarnya. Apakah ia diguna-guna? Apakah ia sejenis bucin akut seperti Elena yang saat itu sangat cinta mati pada Sagara? Kalau dilihat-lihat, gaya pacaran Inka dan Altair juga tidak romantis-romantis banget. Bahkan terkadang keduanya terkesan seperti berteman atau saudara karena terkadang suka bertengkar dan saling pukul bahkan saling cubit. Kalau dibandingkan dengan gaya pacaran Elena yang sering sekali diusap-usap kepalanya oleh Sagara, Altair justru jarang sekali bersikap manis pada Inka. Kecuali ada maunya.

"Abis ngapain?" tanya Altair begitu ia berdiri di samping Inka yang sedang membaca papan pengumuman.

"Kelas, pake ditanya lagi. Ini kenapa nama lo ada di papan pengumuman mahasiswa paling dicari dosen sih?" gerutu Inka begitu mendapati nama pacarnya di daftar nama-nama mahasiswa yang paling dicari dosen-dosen. Daftar itu biasanya diperbarui setiap minggu oleh anak-anak organisasi pers mahasiswa. Katanya sih, hiburan aja biar di papan pengumuman agak cerah gitu keliatannya.

Altair menatap nama yang ditunjuk oleh Inka dan kemudian tersenyum geli, "wih udah kelima kalinya lho, nama gue masuk daftar gituan. Memang paling kesayangan dosen sih kayaknya."

Inka menatapnya kesal hingga kemudian ia injak saja kaki Altair sampai pemuda itu mengaduh kesakitan. Secara berlebihan, Altair langsung duduk di lantai dan meraung-raung kesakitan seperti anak kecil hingga menarik perhatian mahasiswa yang berlalu-lalang.

Inka menarik kerah baju Altair supaya pemuda itu berdiri dan langsung menarik pacarnya ke Kantin.

"Santuy dong, kalo laper mah biasa aja. Kalem dikit jadi cewek." Altair merapikan kerah bajunya setelah Inka melepaskannya.

Inka, lagi-lagi hanya menatapnya kesal. "Pesenin gue bakso gih."

Altair menjawab, "bakso? Padahal hari ini ada menu Seblak ceker lho. Kata Ibu Kantin sih, mau nyoba nambahin meu baru git-"

"Level lima!"

Altair menatap Inka malas, "kagak mules ntar perut lo? Gue ogah ya lo telpon malem-malem cuma buat beliin obat sakit perut!"

Inka mencubit pinggang pacarnya dengan gemas, "kagak bakalan. Udah buruan!"

"Iya, iya." Altair pun berdiri dan pergi untuk memesankan seblak dan nasi goreng untuk mereka.

Sekitar beberapa menit kemudian, Altair kembali dengan nampan berisi semangkuk seblak ceker dan sepiring nasi goreng, tak lupa juga dua gelas teh es manis.

"Wuih, seblak!" seru Inka kesenangan begitu Altair meletakkan mangkuk seblak di depannya.

"Makan tuh sama mangkuknya!" gerutu Altair sambil mulai memakan nasi goreng miliknya.

Inka mendelik sejenak kemudian langsung tersenyum begitu ia menyuap seblak ke mulutnya. "Duh, enak banget! Kudu dibuka menu baru sih ini!"

Altair menatap Inka ngeri. Ia bisa melihat seberapa merah seblak yang sedang dimakan pacarnya itu. Tak bisa dibayangkan seberapa banyak cabai yang dipakai di sana.

"Heran deh gue, kok bisa gitu ada yang suka makanan yang isinya cabe semua gitu?" ucap Altair.

Inka menatap pacarnya dan kemudian berkata, "gue juga heran, kok ada sih yang suka bolos tapi nongkrongnya ke warnet lama banget cuma buat nonton Dora the Explorer. Laki-laki pula."

Altair mendelik malas, "gue dulu belum pernah nonton Dora. Makanya sekarang gue mau nonton. Kapan lagi gitu gue bisa ngeliat tontonan yang katanya bikin emosi, tapi gue lihat-lihat tuh tontonan seru kok. Apalagi si monyet pake sepatu itu."

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang