Part 27 : Elvano is in Love

63 7 0
                                    

—🐾

Beberapa hari setelah bertukar nomor dengan Naya, Elvano mulai sering berkirim pesan ketika jam-jam senggang. Bahkan terkadang mengirimkan gambar-gambar lucu kepada Naya yang tentunya dibalas dengan respon yang bagus oleh perempuan yang lebih tua dua tahun darinya. Bahkan seperti saat sedang berkumpul dengan ketiga sahabatnya, Elvano yang biasanya lebih suka menjahili Elena juga terlihat sesekali memeriksa ponselnya seperti memeriksa sesuatu.

“Tumben banget sih. Kayak orang sibuk aja. Siapa? Dospem lo?” tanya Elena. Inka hanya menatap Elvano dengan tatapan penasaran sedangkan Arsen lebih memilih memakan kentang goreng di depannya dengan tenang.

Elvano menggeleng dan menyimpan ponselnya di atas meja, “gapapa. Kepo banget sih. Mau dosen kek tukang galon kek, gosah kepo deh,” balasnya.

Elena mendelik dan kemudian mengambil ponsel Elvano tepat ketika benda itu berbunyi. Elvano langsung berdiri hendak mengambil ponselnya tapi kalah cepat oleh Elena yang telah membuka pesan masuk di ponselnya. “Naya?! Siapa nih!” Elena langsung mengejek Elvano ketika pemuda itu sudah mengambil ponselnya dan langsung membalas pesan tersebut.

Melihat pertanyaannya yang tak dijawab oleh Elvano, Elena langsung duduk dan menyenggol pelan lengan Inka sambil melemparkan senyuman mengejek. “Ada yang lagi jatuh cinta nih. Ekhem!” ucap Elena sengaja.

Elvano duduk dan menatap Elena geli, “apaan sih? Gosah kepo deh. Oh, ya. Lo 'kan masih gamon dari si Sagara.” Kini giliran Elvano yang mengejek Elena.

“Ih, setan emang ya! Udah kok. Gue udah bisa lupain tuh orang. Tanya aja si Arsen. Tiap ketemu Sagara gue selalu emosi.” Elena menatap Arsen seolah meminta didukung. Arsen sendiri hanya mengangguk mengiyakan. Sebenarnya tak terlalu peduli dengan pembahasan masalah percintaan.

“Lo tanya si Arsen tentang sapi makan keju juga bakal diiyain sama dia.” Elvano membalas. Elena merengut kesal dan merengek kepada Inka agar dibela. Inka sendiri hanya bisa tertawa kecil lalu menyuruh Elvano untuk berhenti menjahili Elena.

“Dih, ngaduan.” Elvano mencibir. Elena menjulurkan lidahnya tanda mengejek. “Udah ih. Eh, cerita dong. Naya ini siapa?” tanya Inka mencoba mengalihkan pembicaraan.

Elena langsung ikut-ikutan penasaran. “Bener! Cerita dong! Lo mah gitu. Diam-diam sama temen,” ucapnya.

Elvano mendelik kecil, “asdos yang dulu gue ceritain,” jawabnya.

Baik Inka dan Elena langsung memekik kecil, “SERIUSAN?!”

Elvano mengangguk pasrah, “iya.”

“Gila ya, No. Lo akhirnya bisa menyisakan tempat buat cewek selain skripsi gila lo itu! Hebat! Hebat!” ucap Elena sok kagum. Elvano yang melihat itu hanya bisa mendelik malas.

“Udah berapa lama kalian chatting?” tanya Inka. Elvano terlihat berpikir sejenak dan kemudian menjawab, “hampir sepuluh harian kayaknya. Enggak sering sih, soalnya dia sekarang staf di Rektorat. Jadi malem doang bisa kabaran gitu, itu pun cuma cerita-cerita biasa aja. Kayak temen doang, gosah aneh-aneh deh lo pada.”

“Halah, awalnya doang mah temen, ntar lama-lama juga demen,” ucap Elena menggoda.

“El, sumpah ya. Lo lama-lama gue sumpel pake ban motor biar diem,” ucap Elvano. “Kagak muat, gila!” ucap Elena kesal.

“Udah ih, jangan brantem.” Inka melerai lagi.

Elvano langsung menatap Arsen, “proposal lo udah sampe mana?” tanyanya. Arsen menjawab, “udah bab tiga.”

“Anjir! Udah mau seminar aja lo. Gila sih, lo si paling sat-set-sat-set kalo kata gue mah. Udah sat-set-sat-set sidang judul, tiba-tiba udah hampir selesai bimbingan, tiba-tiba udah mau seminar proposal aja. Jangan-jangan ntar malah barengan gue atau ngeduluin gue lo wisudanya,” ucap Elvano kagum.

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang