Part 31 : Is It Worth Apologizing?

59 8 0
                                    

—🐾

Arsen baru saja pulang melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Elvano yang sudah lebih dulu wisuda di antara mereka juga sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan. Katanya sih ingin mengumpulkan uang dulu setidaknya sampai ia memiliki tabungan dan keuangan yang stabil maka ia akan melamar pacarnya, Naya. Inka sendiri juga sudah mulai bimbingan terkadang Arsen akan berpapasan dengan Inka yang bimbingan selalu ditemani oleh Altair, bahkan sebaliknya kadang Inka akan memastikan kalau Altair akan masuk kuliah. Elena sendiri baru selesai sidang judul dan akan bersiap mulai bimbingan dalam waktu dekat.

Ngomong-ngomong soal Altair, setelah pertemuan mereka waktu itu, Arsen tak banyak memikirkan soal hubungan mereka yang merupakan saudara tiri. Arsen memang dulu ingat kalau Ibunya pernah mengaitkan masalah perselingkuhan Ayahnya sampai punya anak ketika mereka bertengkar waktu itu. Hanya saja baru ia ketahui kalau anak itu adalah Altair. Setelah kejadian itu, Arsen pernah melihat Inka yang menatapnya dengan tatapan iba serta kebingungan. Arsen berpikir mungkin Inka sudah diberitahu oleh Altair dan gadis itu kebingungan untuk bersikap. Satu sisi adalah sahabatnya sedangkan di sisi lainnya ada pacarnya.

Arsen tak mengatakan hal ini pada Ibunya. Biarlah Ibunya tak mengetahui hal ini. Hubungan Arsen dan Aletta sudah mulai membaik dan ia tak ingin hanya karena hal ini, hubungan mereka kembali renggang seperti dulu. Biarlah Ayahnya bahagia dengan istri dan anaknya yang lain. Aletta sendiri juga mampu membiayai Arsen dengan sangat cukup dan bahkan lebih dari cukup. Aletta adalah wanita yang kuat dan demi anaknya, bila harus melawan satu dunia pun ia akan sanggup.

Arsen turun dari taksi yang membawanya pulang. Usai membayar, ia segera turun dan menatap heran dengan sebuah mobil asing yang terparkir di halaman rumah mereka.

Apa itu mobil baru Ibu? Batin Arsen. Ia menggeleng. Ia rasa tak mungkin Ibunya membeli mobil baru, walau memiliki banyak uang, Aletta tak suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak benar-benar penting, kecuali Arsen yang meminta.

Berkat didikan Aletta, Arsen juga bukan orang yang hobi menghamburkan uang untuk hal yang tak penting. Ia hanya akan mengeluarkan uang banyak untuk sahabat-sahabatnya. Menurutnya para sahabatnya layak diperlakukan sebaik mungkin, karena mereka mau berteman dengan orang pendiam dan sangat tertutup sepertinya.

Sejak dulu, banyak orang-orang yang menyerah untuk menerobos dinding tebal yang Arsen ciptakan makanya Arsen terbiasa sendirian saat orang-orang meninggalkannya karena merasa bahwa memang Arsen sendiri yang menolak keberadaan mereka. Namun, hal itu telah berakhir sampai ia bertemu dengan ketiga sahabatnya itu. Sahabat dengan berbagai sikap dan kelakuan yang membuat Arsen mereka menerimanya.

Arsen melangkah masuk dan langsung terdiam begitu mendapati seorang pria yang sangat ia kenali sedang duduk bersama seorang wanita dengan perut sedikit berisi. Keduanya sedang menatap Aletta yang saat ini tengah menatap mereka dengan tatapan terluka. Merasa kehadirannya belum diketahui, Arsen pun mendekat dan duduk di samping Ibunya sampai ketiga orang dewasa itu menatapnya.

“Arsen!” Aletta dan pria itu menyebut namanya dengan nada yang berbeda. Aletta yang menggunakan nada kaget dan pria itu menggunakan nada senang. Wanita di samping pria itu hanya diam dan sesekali menatap lantai sambil bergumam kecil yang tak bisa didengar siapapun.

“Kamu sudah pulang, Nak? Bagaimana kuliahmu?” tanya pria itu. Arsen tak menjawab, ia malah melihat ke arah Ibunya dan Aletta hanya bisa tersenyum.

“Arsen?” panggil pria itu lagi. Arsen lagi-lagi mengacuhkannya. Aletta mengusap lembut tangan Arsen dan kemudian menepuk pundak anaknya, “mandilah. Arsennya Ibu pasti capek. Nanti Ibu panggil kalau sudah saatnya makan siang. Bagaimana?” ucap Aletta.

Arsen mengangguk dan kemudian berjalan menuju kamarnya. Lagi-lagi, ia mengabaikan panggilan pria yang adalah Ayahnya itu. Seperginya Arsen, pria itu menatap Aletta. “Kamu mencegahku buat ketemu anakku.”

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang