Part 10 : Curious Elena

68 9 0
                                    

—🐾

Beberapa hari setelah insiden Elvano yang dirawat di Rumah Sakit karena demam, hari ini keempat sahabat itu sudah berkumpul seperti biasa di Kantin Kampus. Kok cuma berempat? Ya, 'kan mereka berteman berempat, kalo si Altair tuh bonus karena pacarnya si Inka aja. Ngomong-ngomong si Altair, hari ini dia bolos lagi. Inka tadi diberitahu oleh salah satu teman satu kelasnya Altair. Memang, ya. Kayaknya si Inka lebih cocok jadi Ibunya si Altair aja daripada pacar, tiap kelakuannya pasti aja dilaporin ke Inka.

“Bosen nih, ngapain dong?” tanya Elena.

Elvano yang asyik memakan keripik kentang yang di pesannya hanya bisa melirik Elena sekilas sebelum akhirnya memilih kembali fokus pada makanannya. Elena tuh kalau bosan, jangan diladenin kalau kata Elvano sih. Pasti nanti jadinya aneh.

“Trus mau apa?” tanya Inka. Memang cuma Inka yang kayak Ibu dalam pertemanan mereka. Dia mendengarkan dengan sabar kelakuan si Elena yang saat ini malah menusuk-nusuk ayam kentucky miliknya.

“Apaan gitu kek, bosen gue.” Elena membalas.

“Makan aja, gosah sok bosen segala. Ngerepotin aja jadi orang,” ucap Elvano.

Elena menatap pemuda itu sinis dan kemudian tersenyum seolah baru saja mendapatkan undian. “TOD yuk? Jangan ada dare tapi, truth semua aja.”

Elvano menatapnya sanksi, “mana bisa gitu? Namanya aja truth or dare, ya ada kejujuran sama tantangan, ceunah!”

Elena menginjak kakinya Elvano sampai pemuda itu mengaduh kesakitan, “tapi gue males kalo tantangan. Lo pernah ngasih gue tantangan buat nyanyi balonku pake speaker di Kantin,” ucapnya kesal.

“Ya bukan tantangan namanya kalo enggak menantang,” ucap Elvano membela diri.

Elena langsung menatap ketiga temannya, “gimana?” Inka dan Arsen hanya mengangguk setuju sedangkan Elvano menatap mereka dengan tatapan malas tapi mengangguk juga pada akhirnya.

Elena memekik senang dan langsung mengambil botol minum Elvano yang sudah tersisa sedikit. Mengabaikan tatapan protes dari Elvano, Elena langsung memutar botol tersebut di atas meja. Butuh beberapa saat sampai botol itu berhenti dan mengarah kepada Elvano.

“Gosah nanya yang aneh,” ucap Elvano malas.

Elena menyeringai dan menatap kedua temannya, “kalian ada pertanyaan?” tanya gadis itu. Inka menggeleng dan kemudian diikuti oleh Arsen. Melihat itu, Elvano langsung menarik napas lelah karena sudah pasti si Elena yang akan bertanya.

“Yaudah, apa?” tanya pemuda itu.

“Kenapa lo sempet naksir sama asisten Bu Mila?”

Elvano menutup matanya sambil mengumpat tertahan. Mengabaikan Inka yang sedang menahan tawa dan Elena yang kini menatapnya penasaran. Arsen sih cuma diam aja mendengarkan.

“Cepetan jawab, asisten Bu Mila tuh fresh graduate tau. Masih muda, trus pinter juga. Dia lulus dengan gelar cumlaude, wajar sih kalo lo naksir, ya tapi kenapa?” tanya Elena lagi.

Elvano menatapnya malas, “soalnya waktu gue ngajuin judul, dia bantuin benerin judul gue. Katanya judul gue tuh waktu itu salah sama metodologi penelitiannya. Kalo gue tetep keukeh pake judul itu, ya metodologi penelitian gue kudu diganti jadi kuantitatif sedangkan gue mau kualitatif. Jadinya dia bantu perbaiki judul gue sebelum gue ngajuin tuh judul.”

Elena tersenyum mengejek, “oh gitu toh. Terpana karena kebaikan hatinya. Haha. Bisa gitu ya,”

“Sekarang gue yang muter,” ucap Elvano. Langsung ia putar botol tersebut dan berhenti ke arah Inka. Elvano mengumpat pelan, padahal niatnya ingin mengenai si Elena.

[END] Strike up a Friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang