—🐾
Elvano sedang mengajak ketiga sahabatnya untuk menemaninya mengerjakan revisian di sebuah kafe yang baru buka. Letaknya dekat dengan tempat tinggal Inka dan juga menu yang ditawarkan sangat bervariasi, benar-benar minat anak muda. Arsen datang paling terakhir ketika Elvano dan dua perempuan di lingkar pertemanan mereka mulai bercerita tentang beberapa hal.
”Sen, tumbenan telat. Abis darimana dulu lo?” tanya Elvano begitu Arsen duduk di dekatnya. Arsen hanya mengangkat bahunya acuh dan memilih meraih lembaran skripsi milik Elvano yang ada banyak coretan lalu membacanya.
Sudah tak heran lagi dengan sikap Arsen, Elvano langsung menatap dua sahabat perempuannya. “Oh, ya. Lo berdua gimana? Udah ada rencana buat ngajuin judul?” tanya Elvano.
Inka mengangguk, “ada. Gue rencana udah ada beberapa judul yang mau gue ajuin, siapa tau ada yang diterima. Trus gue juga lagi nyoba nyari-nyari inspirasi gitu dari beberapa skripsi kakak tingkat, siapa tau bisa gue modifikasi. Nah, menurut lo gimana? Ada usul?”
Elvano mengangguk paham, “gue rasa lo harus mastiin dulu. Apa yang mau lo teliti nanti. Jangan sampe udah capek-capek seminar, eh malah yang diteliti enggak diadain. Lo jadi enggak bisa neliti apapun. Ntar yang ada malah disuruh seminar ulang dengan judul baru. Kerja dua kali jadinya,” usul Elvano.
Inka mengangguk, “bener juga sih. Eh, lo gimana, El? Ada rencana ngajuin judul?” tanya Inka kepada Elena.
Elena mengangkat bahunya, “enggak tau.”
“Kok enggak tau? Emang lo enggak mau gitu wisuda? Enggak capek gitu tiap hari kuliah mulu? Trus apalagi sekarang tuh semester akhir, mata kuliah yang diajarin juga udah mulai abis. Lo mau ngapain emang terus-terusan ke Kampus? Ngulangin mata kuliah lagi? Nilai mata kuliah lo tuh udah bagus kok, heran deh gue sama lo. Suka banget ngulang mata kuliah padahal lo tuh lulus mata kuliah itu, lo gabut apa gimana?” tanya Elvano heran.
“Bukan gitu, cuma gue ngerasa apa yang gue pelajarin tuh kayak enggak masuk ke otak gue.” Elena menjawab.
“Pelan-pelan aja, El. Siapa tau ntar lo bisa sambil ngerjain skripsi sambil ngebenerin nilai-nilai lo yang lain. Lumayan lho, naikin IPK lo,” ucap Inka menyemangati Elena.
Elena mengangguk dan kemudian menatap Arsen, “lo gimana? Ada niat ngajuin judul?” tanyanya pada pemuda itu.
“Kemarin abis sidang judul,” balas Arsen.
Bukan hanya Elena yang terkejut, tapi Inka dan Elvano pun ikut-ikutan terkejut. “Seriusan aja lo?! Kok enggak ngomong sih?!” seru Elvano.
“Trus? Judul lo gimana? Diterima?” tanya Inka penasaran.
“Diterima,” jawab Arsen.
“Anjir, si Arsen diam-diam lo, ya! Gue jamin sih, lo ntar malah diam-diam duluan wisuda daripada gue,” ucap Elvano.
Arsen mengangkat bahunya acuh. “Berarti belum dapet pembimbing?” tanya Elena. Arsen mengangguk. “Semoga aja lo dapet dosen pembimbing killer, Sen. Biar gue enggak stres sendirian,” ucap Elvano setengah bercanda.
Inka menepuk pelan pundak Elvano, ”jangan gitu ih. Enggak baik ngedoainnya,” ucapnya menegur.
Elvano malah tertawa kecil, “becanda doang, In.”
“Ntar kalo dikabulin gimana?” balas Inka.
“Nah, kalo itu udah terima nasib aja. Hahahaha!”
“Vano!”
—🐾
Elena sedang mencuci tangannya di toilet. Beberapa saat yang lalu, ketika mereka sedang asyik berbincang, ia malah merasa sakit perut jadinya ia pamit ke toilet kepada ketiga sahabatnya. Saat sedang asyik mencuci tangan, ia tak sengaja melihat ada seorang perempuan keluar dari bilik toilet. Perempuan itu terlihat cantik dengan balutan dress sederhana bermotif bunga sakura dan rambutnya yang diurai diberi pita berwarna merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Strike up a Friendship
Ficção Adolescente[ B E L U M R E V I S I ] Kata siapa sahabatan sama lawan jenis tuh sering baper? Jangankan mikirin buat naksir temen sendiri, mikirin masalah mereka aja kadang rasanya pengen lompat dari atas gedung tapi karena takut masuk neraka aja mereka masih e...