1

1.4K 83 0
                                    

"Yakk Noae!" Suara tinggi milik siswa berambut hitam legam dengan penampilan terkesan berandal menggelegar di koridor sekolah.

"Yakk Panggil namanya yang benar Bora-ya" ucap seseorang yang merasa risih mendengar suara dari gadis yang dipanggil Bora itu.

"Kenapa Banjang? Gue udah biasa manggil dia gitu"

"Ya tap-" Siswa berambut pendek dengan kacamata menghiasi wajahnya itu hendak mengatakan sesuatu sebelum sebuah tangan kecil menahan lengannya.

"Sudah Yoojeong-ah tidak apa-apa, ada apa Bora-ya?"

"Kau akan terus di suruh-suruh oleh nya Aesol-ah" seru Banjang a.k.a Yoojeong tadi, dia adalah ketua kelas di kelas 3-2 itu mengapa teman-temannya lebih sering memanggilnya dengan sebutan Banjang

"Tidak masalah Yoojeong-ah, lagi pula Bora tidak memperlakukan ku buruk" ucap Aesol lagi membuat Banjang menghela nafasnya lelah jika berbicara dengan gadis paling mungil dikelasnya itu.

"Tuh lo dengarkan? Noae aja tidak masalah dengan itu" ucap Bora yang kini sudah berada disebelah Aesol sembari merangkul pundak yang lebih pendek darinya itu

"Ayok Noae kita ke atap, sebantang rokok cukup untuk mengawali pagi yang memuakkan ini" lanjut Bora seraya membawa Aesol pergi bersamanya

"20 menit lagi jam pelajaran pertama, usahakan kalian sudah kembali ke kelas ya" Teriak Yoonjeong pada dua teman kelasnya yang sangat berbeda karakter itu.

Bora hanya melambaikan tangannya sebagai jawaban dari ucapan ketua kelasnya itu.

Jika kalian berpikir kenapa Yoojeong tidak melarang teman sekelasnya merokok? Tidak, itu bukan kendali Yoojeong sebagai Banjang atau ketua kelas, dia tidak bisa melarang sesuatu yang bukan urusan kelas. Itu termasuk urusan pribadi temannya dan selagi tidak ada sangkut pautnya dengan tugas dari sekolah Yoojeong tidak ingin ikut campur dia hanya bisa sebatas mengingatkan tidak lebih.

Disisi lain, seorang pria beralis tebal itu menghela nafas untuk kesekian kalinya melihat kejadian yang sering terulang di setiap paginya

"Bodoh sekali kau Aesol" gumamnya pelan

"No Aesol" panggilnya pelan

Aesol yang semula melamun sembari menatap langit yang tidak terlihat cerah seperti biasanya menengokan kepalanya untuk melihat Bora yang masih mengesap rokok yang selalu ia bawa.

"Kenapa lo masih mau berteman dengan gue?" Pertanyaan yang sering kali Bora tanyakan pada teman masa kecilnya itu

"Lo tau sendiri, gue berandal, nakal, kadang suka memperlakukan Lo seenaknya, dan keluarga gue-- yaa Lo tau sendiri kan" kembali Bora melanjutkan ucapannya dengan diakhiri senyuman miris di bibir tipis nya itu

"Entahlah, memang terkadang ada rasa ingin menjauhi mu, tapi kau terlalu berharga untukku" jawab Aesol kembali menatap langit mendung tapi dengan senyuman dibibir mungilnya

"Hahaha jujur gue geli,tapi sekaligus suka dengan ucapan Lo. Yah setidaknya kata 'berharga' yang Lo ucapkan cukup membuat gue kuat menghadapi hari-hari menjijikan ini"

Aesol kembali menatap Bora yang berada disampingnya. Pertemanan mereka bukan sekedar satu atau dua tahun, tapi sejak mereka berusia 5 tahun. Aesol cukup tau bagaimana kehidupan Bora selama ini, itulah mengapa dia tidak pernah mengatakan 'tidak' dan selalu meng'iya'kan apapun yang Bora katakan. Walau itu dapat merugikannya.

"Malam ini gue nginep ya, gue juga kangen makan masakan nenek. Ayok kembali ke kelas" ucap Bora setelah sebelumnya menginjak sisa batang rokok yang hampir habis.

Secret Love Song - Ilha x Aesol // Duty After School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang