30. Joker (Part 2)

319 17 3
                                    

-Lisa's POV-

-----

"Lisa, ini tiket dan passport mu. Kau yakin tidak apa-apa pergi sendirian?" tanya managerku, wajahnya tampak khawatir. Aku mengangguk. Sambil memaksakan diri, aku menarik sudut-sudut bibirku membentuk senyuman untuk meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa.

"Baiklah, kau hati-hati, kalau butuh sesuatu segera hubungi aku" dia menghembuskan nafasnya berat dan menunduk sesaat sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku sudah menyiapkan jemputan untukmu dibandara, dia akan langsung menghampirimu di pintu keluar, jadi kau tidak perlu mencari-carinya" lanjutnya sambil membenarkan topi yang ia kenakan.

"arraseo" kataku mengangguk.

"Lisa.. Aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri, jika ada apa-apa jangan sungkan untuk bilang padaku, oke?"

"Ndeee oppa"

"Yah.. kita memang tidak pernah tau hidup akan jadi seperti apa kedepannya" kata manager oppa, lagi-lagi menghembuskan nafas berat.

"Mianhae, oppa" kataku memegangi perut yang tertutup jaket super tebal, sedikit menunduk menyembunyikan kedua bola mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Sudahlah.. Yang penting kau sehat dan aman" katanya tepat sebelum pengumuman keberangkatan pesawat yang akan ku tumpangi terdengar.

"Oppa, aku pergi dulu ya.." pamitku dengan sedikit membungkukan badan.

"Pergilah.. Jangan pikirkan apapun, semua yang disini biar aku yang mengurusnya, fokus saja pada kesehatanmu dan dia" manajer oppa berkata sambil menatapi ku dan menunjuk perutku. Aku tersenyum dan mulai menggeret koper ku menjauh.

Saat aku sudah berjalan cukup jauh dengan suara yang cukup kencang dia melajutkan omongannya, "Semuanya akan baik-baik saja, Lisa-ya, aku akan sering berkunjung, oke?"

Aku berbalik dan membalasnya, "Yak, walaupun aku ini mudah dirindukan tapi jangan terlalu sering mengunjungiku, oppa" sambil sedikit cekikikan aku membalikan badanku dan berjalan maju.

-----

"sa... Lisa... Lisa... kau baik-baik saja?" Seseorang menggoyang-goyangkan tanganku.

Hosh Hosh Hosh, dengan terkejut aku terbangun, nafasku tersengal-sengal.

Hah, apa itu? Aku yakin tadi memimpikan manajer lamaku, kenapa tiba-tiba dia muncul dimimpiku? Dan omong-omong, kejadian dalam mimpi itu rasanya seperti benar-benar pernah terjadi. Tapi... Perutku saat itu terlihat.. Apa mungkin?...

"You oke, Lis?"

Aku yang masih berkutat dengan pikiran dan sibuk mengatur nafas, reflek menengok kearah pemilik suara yang bertanya kepadaku dengan nada khawatir.

Setelah diam tidak merespon selama sepersekian detik akhirnya kesadaranku mulai kembali. "Ya.. hanya.. mimpi" jawabku ragu namun tetap memberikan anggukan pelan.

Chaeng yang duduk dikursi dikursi pengemudi melirikku sekilas, "Kau yakin? Kau tidak menjawabku tadi, kau pasti kenapa-kenapa. Lebih baik kita ke rumah sakit dulu" katanya.

Sambil menggeleng aku buru-buru menjawabnya, "Anni, seriously i'm oke, Chaeng, tenang saja"

Chaeng menepikan mobil yang kami kendarai dan menatapku lekat "But you look so pale, Lis.." 

"I'm 100% oke, chaeng-ah~" Kataku meyakinkannya.

Dia terdiam masih menatapku, mengecek keadaanku dari atas sampai bawah "Oke, but promise me you'll tell us if you feel unwell, oke?" tegas Chaeng, aku mengangkat kedua ibu jari tanganku tinggi-tinggi.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang