10. Loser Lover (Part 2)

506 42 0
                                    

- Author's POV -

Lisa dan Hanbin tiba di apartment Lisa setelah terlebih dulu makan siang di caffee favorite mereka saat trainee.

"Jennie eonnie kemana?" Tanya Lisa pada Rosé yang sedang fokus pada ponselnya.

"Dia pergi setelah makan tadi. Pemotretan untuk iklan baru" Jisoo terlihat terburu-buru, pakaiannya juga sudah rapi.

"Kau sendiri mau kemana eonnie?" Tanya Lisa pada Jisoo yang kini sedang memakai kaus kaki.

"Aku lupa ada janji, sepertinya aku akan pulang malam, kalian makan saja tanpa aku, oke~" Kata Jisoo yang sudah membuka pintu keluar. Seketika punggungnya sudah tak terlihat lagi.

Rosé masih sibuk dengan ponselnya. Lisa mempersilahkan Hanbin duduk di sofa. "Rosie~ kau tidak pergi, kan?" Rosé bergidik mendengar bisikan Lisa di telinganya. Hanbin terkekeh karena reaksi Rosé.

"Aku... Juga sepertinya akan pergi..." Kata Rosé dengan muka tidak enak hati, "Tapi aku tidak akan lama!" Katanya buru-buru sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"What???" Lisa tidak percaya para eonnie nya meninggalkan dia secara bersamaan.

"Aku akan kembali sebelum makan malam, I promise you, Lisa." Rosé membuat gerakan memohon, ia menggosok-gosokkan kedua tangan didepan wajah putihnya sambil memejamkan kedua mata seperti ketakutan. Lagi-lagi membuat Hanbin terkekeh.

"Huft~ lalu aku bagaimana?" Tanya Lisa lagi.

"Kan ada Hanbin oppa~" Jawab Rosé bangkit. Mata Hanbin membulat.

"Omo? Yak.. Chaeng-ah~ Kau kira dia pengangguran?" Lisa memukul pelan bokong Rosé, yang dipukul malah tertawa lari ke kamar.

Hanbin tertawa canggung, dia merasa senang dengan perkataan Lisa yang menganggapnya memiliki kesibukan artinya Lisa tidak memandang remeh dirinya. Namun disisi lain, perkataan itu bisa berarti Lisa tidak mau ditemani dirinya. Entah kenapa dia merasa lebih condong ke kemungkinan kedua.

"Hmm Lisa, aku rasa aku juga harus pergi..." Kata Hanbin akhirnya.

Lisa yang sebelumnya menyenderkan tubuh ke sofa langsung menegakkan tubuh. "Kenapa buru-buru sekali oppa? Istirahatlah saja dulu".

Hanbin menggeleng, "Aku lupa ada janji untuk mengerjakan lagu baru".

"Kau serius oppa? Apa aku ikut saja denganmu ya?" Tanya Lisa lebih ke dirinya sendiri.

Lagi-lagi Hanbin menggeleng, "Mian, bukannya aku tidak mau, tapi.."

"Ahh iya, aku bisa mengganggu kalian ya.." Kata Lisa memotong. Hanbin jadi merasa tidak enak hati padanya.

"Emm, aku pergi sekarang, ya?" Kata Hanbin bangkit dan memakai jaketnya.

"Ne, oppa" Jawab Lisa. Ia mengantarkan Hanbin sampai ke pintu. "Oppa.." Panggil Lisa saat Hanbin sudah melangkah ke luar.

"Ne?" Hanbin kembali menengok ke pintu.

"Thanks for today" Lisa tersenyum manis. Hanbin mendekat ke Lisa, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Lisa, memandanginya. "Waeee?" Tanya Lisa salah tingkah.

Hanbin tersenyum lebar, satu tangannya mengacak-ngacak rambut Lisa. "Aku senang kau kembali" Kata Hanbin menjauhkan wajahnya dan kemudian pergi.

Dasar aneh. Pikir Lisa.

-----

- Lisa's POV -

Chaeng sudah pergi dua jam yang lalu. Apartment ini terasa kosong karena mereka pergi. Ternyata tidak enak ya menganggur.

Bosan menonton drama di TV, tak sadar aku terlelap.

.
.
"No, Chaeng, I can't stay here any longer, it's not good for all of us.. I'm sorry, I'm sorry.." Aku menangis, dada ku sesak. Perutku ku yang buncit dan pinggangku terasa sangat sakit. Rasanya kepalaku bisa meledak kapanpun.
Rosé memelukku, dia juga menangis. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengelus punggungku sesekali.
Kami menangis semalaman, hingga Rosé tertidur. Aku melepaskan pelukannya. Aku harus melakukan ini.
Sedikit lemas untuk bangkit, aku berusaha berjalan menjauh pelan-pelan agar Rosé tidak bangun. Aku menopang diriku yang buncit dengan menaruh tanganku di pinggang.
.
.

Aku terbangun, mata ku terbelalak. Hah? Mimpi apa itu tadi?
Kenapa terasa nyata sekali?

Ugh! Kepalaku pusing.. Aku bangun untuk mengambil air. Untungnya minum berhasil membuatku sedikit lebih tenang. Aku mengambil ponselku di kamar, membungkus tubuhku dengan selimut dan menuju balkon untuk mencari udara segar.

Aku berdiri sejenak dipinggir balkon, angin bertiup membuat poniku beterbangan. Aku jadi ingat anak kecil tadi, "Rawoon" Bisikku.

Aku menatap awan, sepertinya dulu aku juga sering menatap awan, tapi kenapa ya? Seingatku, aku tidak sesuka itu dengan benda-benda langit.

Aku kembali ke dalam karena anginnya semakin kencang. Sepertinya berendam di air panas akan membuatku lebih rileks. 

Baru beberapa langkah menuju kamar...

Ding Dong!

Hmm? Chaeng sudah pulang? Cepat juga. Pikirku dalam hati.
Tanpa melihat intercome aku langsung menuju pintu untuk menyambut Chaeng.

Ding Dong!

"Yaaak~ Manja sekali! Kau kan punya kuncinya" Teriakku dari dalam. Tidak ada jawaban. Apa Chaeng kesulitan menemukan kuncinya? 

Yasudahlah aku bukakan saja pintunya, dia pasti lelah setelah pergi kan. Cklek

"Chaeng kenapa kau tak masuk?" Aku terdiam sesaat.
Saat pintu terbuka sepenuhnya.

"Nugu...seyo?" Tanyaku.

----- TBC-----

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang