40. Unveil (Part 5)

168 19 0
                                    


-Lisa's POV-

Aku merasa seperti terperangkap dalam bayangan samar, atau justru akulah yang merupakan bayangan samar? Entahlah, yang pasti saat ini sepertinya aku berada di antara kesadaran dan ketidaksadaran, ini dunia yang tak bisa kukendalikan.

Aku seperti menonton potongan film yang kusut dan terputus-putus, memaksa diriku mengumpulkan potongan-potongan yang hilang dalam lautan ingatan yang kabur. Semua ini terasa begitu nyata, tapi juga begitu jauh, seperti kenangan yang berada di ujung jari namun tak bisa kugenggam sepenuhnya.

Kenangan pertama yang muncul adalah diriku beberapa tahun yang lalu, saat pertama kali bertemu dengan Jungkook. Aku melihat kali pertama kami bertemu, di tengah keramaian sebuah acara. Dia berdiri di sudut ruangan, tampak canggung namun memesona dan diriku yang diam-diam gugup karena menyadari dirinya beberapa kali melirik kearahku, untungnya semburat dipipiku tidak terlihat karena makeup yang cukup tebal. Jantungku berdegup kencang, merasa ada sesuatu yang istimewa dalam tatapan matanya saat itu.

Dari pertemuan itu, hubungan kami berkembang, dimulai dari pesan singkat hingga percakapan panjang di malam hari. Setiap momen bersamanya terasa manis, seperti gula yang meleleh di lidah. Dari saat dia mengajakku kencan pertama hingga malam ketika dia dengan gugup mengungkapkan perasaannya. Detik-detik saat Jungkook menyatakan cintanya, aku ingat bagaimana senyumannya bisa membuat duniaku terasa lebih cerah, dan bagaimana genggaman tangannya bisa memberiku rasa aman. Hari-hari kami tertawa bersama, menjalani kencan dengan sembunyi-sembunyi, juga saat-saat kami berbagi cerita dan impian. Semuanya momen itu berputar dalam mimpiku seperti film romantis yang diputar ulang di kepalaku tanpa ingin kusudahi.

Kemudian gambaran kejadian itu seketika berubah menjadi potongan kejadian lain. Aku melihat diriku bersama Jisoo, Jennie, dan Rosé. Momen saat pertama kalinya aku bertemu dengan mereka satu per satu. Pertemuan dengan Jennie yang awalnya terkesan dingin namun ternyata dia justru orang pertama yang menyapaku. Kemudian aku yang bertemu Jisoo dan terpukau dengan kecantikan alaminya. Dan pertemuanku dengan Rosé didalam lift yang agak kaku.

Saat pertama kali kami dipertemukan dalam satu ruang latihan yang sama di YG merupakan titik awal dari segala sesuatu. Kami semua masih remaja, penuh dengan impian besar dan semangat membara, saat itu kami penuh dengan antusiasme dan sedikit kecanggungan tentunya.

Kami adalah empat gadis muda dengan impian besar. Bersama, kami melewati suka dan duka sebagai trainee, berlatih hingga larut malam, mendukung satu sama lain saat salah satu dari kami merasa putus asa. Suka duka perjalanan kami sebagai trainee kembali muncul, setiap tetes keringat dan air mata yang kami curahkan, satu per satu evaluasi yang kami lewati, kehilangan teman setiap bulan, semua itu hanya demi meraih impian untuk menjadi idol. Aku ingat bagaimana kami saling mendukung, menjadi pilar satu sama lain saat dunia di luar begitu keras.

Dan akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu, ketika kami diumumkan akan debut sebagai Blackpink. Perasaan bangga dan bahagia yang membuncah tak pernah bisa kulupakan. Kami berjingkrakan bahagia, air mata yang mengalir diwajah sumringah kami yang konyol, hari itu adalah puncak dari segala kerja keras dan dedikasi kami. Saat-saat menjelang debut kami adalah yang paling mendebarkan. Kami sangat menikmati segala prosesnya, dari mulai pemilihan lagu, pendalaman image masing-masing member, fitting pakaian, sampai dengan pemotretan dan syuting yang kami lakukan dari subuh hingga subuh lagi. Dan akhirnya kami berhasil debut sebagai Blackpink. Kami menjadi salah satu girlgrup yang entah kenapa cukup sukses, padahal kamipun tidak menyangka kami akan mendapat perhatian seperti itu, meskipun begitu aku dan ketiga member Blackpink sangat menikmatinya dan sangat berterima kasih pada fans kami yang kami sebut Blink.

Namun, bayangan itu segera berubah menjadi gelap. Aku melihat diriku yang merasakan ketakutan dan kebingungan saat mengetahui diriku hamil. Meskipun disana ada Minnie yang menemaniku, tapi aku merasa semua yang terjadi seperti mimpi. Pikiran tentang Jungkook yang mungkin tidak menginginkan anak ini menghantui pikiranku. Namun, jauh di dalam hatiku, aku tahu dia akan bertanggung jawab. Tapi itulah yang membuatku lebih sedih. Bagaimana jika mimpi kami hancur karena aku mempertahankan kehamilan ini? Bagaimana jika kariernya terpengaruh? Kekhawatiran tentang reaksi sahabat-sahabatku, Jisoo, Jennie, dan Rosé, juga menghantuiku. Aku tahu mereka akan mendukungku, tapi aku takut mereka juga akan menerima hujatan karena keputusanku.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang