37. Unveil (Part 2)

133 12 0
                                    


-Author's POV-

Flashback

Setelah bertemu dengan Jisoo, Minnie langsung pulang. Setibanya di dorm, Minnie duduk di ruang tengah dengan telepon di tangannya. Minnie menekan nomor telepon ibu Lisa dengan hati yang berdebar. Dia menggigit bibirnya saat menunggu telpon itu diangkat. Nada sambung telepon itu terdengar seperti terompet yang meniup keras di telinga Minnie. Setelah beberapa detik yang terasa seperti berabad-abad akhirnya sambungan terhubung, suara panik terdengar dari ujung telepon, "Halo? Minnie? Ada apa?"

Minnie tidak bisa langsung menjawab, ia menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. Ternyata seperti yang dia duga, dirinya merasa tidak punya cukup keberanian sehingga memang tidak mudah untuk memulai pembicaraan ini.

"Minnie menelpon? Ada apa?" terdengar suara ayah Lisa juga yang sepertinya baru bergabung dengan istrinya, dari suaranya ia juga terdengar khawatir.

"Minnie, apa yang terjadi? Apakah semuanya baik-baik saja?" suara cemas ibu Lisa terdengar lagi dari ujung telepon.

"Tidak ada apa-apa, semuanya aman disini..." Jawab Minnie dengan suara gemetar.

Minnie mengatur napasnya sebelum melanjutkan kata-katanya dengan serius, "Hmm, begini, aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian berdua, tentang Lisa."

"Lisa? Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Lisa---" tanya ibu Lisa, mulai terasa kecemasan lagi dari suaranya.

"Aaa... Tidak, ini bukan sesuatu yang buruk" Jawab Minnie buru-buru sebelum ibu Lisa semakin khawatir.

"Syukurlah kalau begitu. Jadi yang ingin kau bicarakan dengan kami, nak?" tanya ibu Lisa, kali ini suaranya tidak lagi khawatir.

Minnie menarik napas dalam-dalam -lagi- sebelum mencoba menjelaskan rencananya, tetapi kata-kata itu seolah menyangkut di tenggorokan, terasa seperti kacang yang nyaris tak bisa ditelan. Semua kalimat yang sudah disiapkannya sejak tadi hilang begitu saja karena gugup.

"Minnie, bicaralah, nak. Kami sedang agak sibuk. Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya ayah Lisa to the point.

Minnie mencoba menjelaskan, "Maaf, tetapi aku rasa aku perlu membicarakan tentang ini dengan kalian..."

Minnie menjelaskan situasi dengan hati-hati, menceritakan sedikit kejadian yang terjadi sejak Lisa tiba di Korea, dan juga tentang pertemuan Lisa dengan Rawoon. Minnie mencoba menguraikan keinginannya untuk membantu Lisa mengingat masa lalunya. Namun, ketika dia menyampaikan rencananya itu suara keras ayah Lisa langsung memotong, "Tidak, Minnie. Kami tidak akan membiarkan Lisa terluka lagi dengan mengembalikan ingatannya. Kami tidak bisa membiarkan Lisa mengalami rasa sakit itu lagi. Itu adalah keputusan yang pasti tidak akan kami setujui," tegas ayah Lisa.

"Nak, kami tidak ingin Lisa terluka lagi. Kau tahu betapa itu akan sulit baginya jika dia sampai mengingat masa lalu yang menyakitkan," tambah ibu Lisa dengan nada khawatir.

Minnie menelan ludah, dia tahu ini akan sulit. Percakapan telepon antara Minnie dan orang tua Lisa menjadi sebuah medan perdebatan yang memanas dan penuh emosi. Minnie terus mencoba menjelaskan dengan hati-hati, tetapi semakin dia bicara, semakin panas pula perdebatan itu.

"Tapi, aku rasa—" Minnie mencoba memotong.

"Anak kami tidak boleh dipaksa untuk mengingat masa lalunya yang menyakitkan. Itu keputusan akhir kami!" Potong ibu Lisa dengan suara yang terdengar agak tajam.

"Dia tidak bisa terus menerus seperti ini—" Minnie mencoba membela.

Ayah Lisa menjawab, "Kami tahu apa yang terbaik untuk anak kami. Dan itu tentu bukan memaksanya untuk menghadapi masa lalunya yang menyakitkan."

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang