-Author's POV-
Tuan Jeon, dengan langkah pelan, mendekati Jungkook yang sedang duduk di sofa. Dia duduk disebelahnya, memperhatikan arah pandang anaknya dengan cermat, menyadari bahwa sejak tadi anak itu sedang menatap layar televisi yang mati.
Jungkook yang entah sejak kapan terjebak dalam pusaran pikirannya yang rumit, tidak menyadari bahwa ada seseorang di sebelahnya. Di sisi lain, ayahnya merasa sedikit cemas melihat Jungkook seperti itu.
Meskipun ingin menanyakan apa yang terjadi, dia juga merasa perlu memberi Jungkook ruang untuk menyelesaikan apa pun yang sedang dipikirkan anaknya. Sehingga, tanpa sepatah kata pun, mereka berdua terus duduk di sofa. Sesekali terdengar hembusan nafas berat dari mulut sang anak.
Selang beberapa waktu, setelah menemani dan memastikan bahwa Rawon tertidur dengan nyenyak, nyonya Jeon turun dari lantai dua rumah besar itu. Dengan langkah ringan, dia menghampiri ayah dan anak yang masih-duduk diam-di tempat mereka masing-masing.
Dengan nada penasaran, ibunya bertanya pada keduanya kenapa mereka hanya saling terdiam. Saat itulah Jungkook baru sadar keberadaan sosok di sebelahnya. "Appa, sejak kapan di sini?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan dari anaknya, ayahnya secara refleks menoleh ke arah ibunya, yang hanya bisa menggelengkan kepala dengan wajah penuh kekhawatiran.
Sang ibu duduk di sebelah Jungkook, menggenggam tangannya dan menumpuknya dengan lembut. Dia melihat wajah anak bungsunya yang tampak kusam; matanya memerah entah karena kurang tidur, baru saja menangis, atau terlalu marah.
"Adeul... semuanya baik-baik saja, Nak?" tanya sang ibu lembut, "Jika kau punya masalah, kau bisa ceritakan pada kami," lanjutnya, meminta Jungkook untuk membagi beban yang dia rasakan.
Kini Jungkook duduk di antara kedua orangtuanya. Ia terdiam, memikirkan apakah jika ia bercerita akan ada jalan keluar untuk masalahnya? Atau justru hanya akan menambah beban pikiran untuk orangtuanya?
Setelah cukup lama berfikir, ia memutuskan untuk menceritakan semuanya. Jungkook mulai berbicara, "Aku merasa kacau. Aku bingung dengan hidupku dan Lisa..."
"Lisa?" tanya nyonya Jeon memastikan apa yang didengarnya. Jungkook mengangguk, sang ibu memberikan senyuman lembut, mengisyaratkan anaknya untuk melanjutkan bercerita.
Jungkook membuka isi hatinya, menceritakan tentang perasaannya yang kacau, kebingungannya mengenai arah hidupnya saat ini, serta kebingungannya tentang orang yang selama ini dia cari, Lisa. Dia bercerita tentang pertemuan dengan Lisa, tentang sikapnya yang tak bisa ia mengerti, keambiguan niat perempuan itu, keraguannya tiap kali melihat Lisa bersama dengan pria lain, dan terakhir tentang kekhawatiran dan tanggung jawabnya terhadap Rawoon.
Setelah Jungkook mengakhiri ceritanya, sang ibu memeluknya erat sambil menangis. Sebagai seorang ibu, hatinya terasa hancur melihat air mata mengalir di pipi putih anak laki-laki tampannya saat menceritakan semua beban yang dirasakan pada dirinya dan suaminya.
Kedua orangtuanya saling memandang, ekspresi wajah mereka mencerminkan kekhawatiran mendalam akan nasib sang anak. Mereka tidak ingin melihat Jungkook hancur lagi seperti ketika dia mengalami putus cinta dengan Lisa dulu. Juga tidak ingin mengulangi masa di mana Jungkook hampir membuat keputusan gegabah dengan menolak Rawoon karena meragukan kebenaran hubungan darah mereka sebelum hasil test DNA keduanya keluar.
Tuan dan nyonya Jeon melontarkan pendapat mereka, keduanya sepakat bahwa Lisa adalah anak yang baik meskipun mereka hanya bertemu sekali, itupun dulu sekali. Ibunya menyatakan bahwa hingga saat ini, baik dirinya maupun suaminya merasa bahwa keputusan Lisa untuk meninggalkan Jungkook yang katanya karena ada orang lain, terdengar sangat aneh dan sangat dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionLisa, lalisa manobal. mantan member grup idol besar Blackpink. Ketiadaannya memberikan penyesalan dan kekosongan. Kehadirannya merupakan kebahagiaan dan pelengkap yang sangat dibutuhkan. Tapi.. . . Halo, ini author tetew~ 🐒 FYI, ini bukan ff one-sh...