"You keep saying that you're alright
But I can see it through your fake smile, you're not"[Fire Away-Niall Horan]
***
Di dalam ruangan bercat putih itu, Jaffan duduk di sebuah kursi dengan nyaman. Sambil menunggu seseorang datang, matanya menyapu sekeliling ruangan itu. Rak buku, tanaman dalam pot, karpet bulu, kursi dan meja tertata rapi pada tempatnya. Belum lagi wangi lavender membuat siapapun yang berada di ruangan itu merasa rileks.
Pintu di belakang kursinya terbuka, Jaffan menolehkan kepala dan mendapati seorang wanita dewasa berkaca mata yang tersenyum ramah seperti biasanya baru saja masuk dengan tas tangan dan jaket yang tersampir di lengannya.
"Hai, Jaffan," sapanya seraya melangkah menuju kursi kekuasaannya.
"Halo, Dok," Jaffan balas menyapa.
"Maaf, ya, saya terlambat. Tadi anak bungsu saya rewel di TK, jadi terpaksa harus nemenin dia dulu sampai anteng," katanya yang lalu pergi duduk di hadapan Jaffan.
Jaffan tersenyum maklum. "Iya, Dok. Gak apa-apa. Saya juga belum lama, kok, di sini."
Wanita yang disebut Dokter Kiran itu tersenyum. "Gimana keadaan kamu, Jaffan?"
Jaffan mengendihkan bahunya sekali. "Saya baik-baik aja. Merasa lebih baik, mungkin?"
"Kenapa? Sesuatu terjadi?"
"Mungkin Dokter menyadari perbedaan saya selama beberapa pertemuan terakhir kita. Saya lebih rileks dari sebelumnya, kan?"
Dokter hanya tersenyum.
"Meski sindrom saya mendadak kambuh, tapi gak terjadi sesering dulu. Terutama ketika saya sedang bersama sahabat-sahabat saya. Entah sugesti saya atau memang aturannya seperti itu, tapi berada di dekat mereka saya merasa nyaman dan aman. Suara berisik yang saya dengar bukan berasal dari kepala saya, tapi berasal dari canda tawa mereka. Saya bahagia, Dok."
Dokter Kiran semakin tersenyum lebar mendengar cerita Jaffan. Dia ikut bahagia mendengar penuturan pasiennya yang satu ini.
"Itu bagus," ungkap Dokter Kiran. "Dulu saya pernah bilang, kan, kalo kamu butuh teman? Punya teman bisa jadi bagus untukmu supaya gak kesepian dan kamu tidak merasa tertekan. Dan syukurlah sekarang kamu punya teman, saya senang dengernya."
Jaffan tersenyum kecil. Tatapannya jatuh menatap jari-jari tangannya yang tergerak-gerak karenanya.
Dokter yang melihat gestur itu mengerti bahwa ada sesuatu yang Jaffan pikirkan. Lantas wanita itu bertanya, "Sesuatu menganggu pikiran kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
Fanfiction"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...