Chapter 27 : High Hopes

429 47 49
                                    


“Had to have high, high hopes for a living
Shooting for the stars when I couldn't make a killing
Didn't have a dime but I always had a vision
Always had high, high hopes”

<< High Hopes – Panic At Disco>>

<< High Hopes – Panic At Disco>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Jaffan yang sedang merasa super sedih itu mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. Dengan kedua matanya yang  masih meneteskan air mata, Jaffan mengetikan beberapa bubble chat kepada Ardhan.

 Dengan kedua matanya yang  masih meneteskan air mata, Jaffan mengetikan beberapa bubble chat kepada Ardhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia  menjambak rambutnya frustasi ketika melihat ponsel sahabatnya itu masih belum aktif. “Arghhhh, F**k!” umpat Jaffan yang hampir saja membanting ponselnya ke lantai, tetapi dia mengurungkan niatnya lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku baju seragam.

Dia menghela napas sambil menghapus kasar sisa air mata yang membasahi pipi dan juga matanya. Tak lama setelah itu, diapun berlari keluar dari rumah sakit secepat yang dia bisa. Saat ini yang ada di pikirannya hanya satu: sekolah. Ya, dia akan kembali ke sekolah. Dia terus berlari tanpa rasa lelah, bahkan terkadang dia sampai menabrak beberapa orang yang dia lewati. Dia juga hampir keserempet motor karena tidak melihat kanan-kiri terlebih dahulu sebelum menyebrang.

“Gue gak bisa! Gue gak akan pernah rela kalo harus kehilangan dua orang yang berarti dalam hidup gue sekaligus. Gue gak bisa dan akan pernah sanggup!” gumam Jaffan di tengah-tengah dia berlari. Air matanya terus saja bercucuran, tidak tahu kapan akan berhenti. Matanya pun sudah sangat merah dan sedikit bengkak. Jaffan memang secengeng itu jika ada sesuatu buruk yang menimpa para sahabatnya. Jaffan teramat menyayangi mereka.

Hingga beberapa menit kemudian, Jaffan pun akhirnya sampai di sekolah. Tepat pukul 1 siang, dimana sebentar lagi jam pelajaran terakhir akan segera dimulai. Bukannya berjalan menuju kelasnya, Jaffan dengan terburu-buru berjalan menuju lapangan. Napasnya memburu, kedua tangannya dia kepal kuat-kuat. Sampai di sana, tampak anak anggota tim basket sedang sibuk berlatih, untuk persiapan turnamen basket nasional antar sekolah yang akan diadakan beberapa hari lagi.

ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang