Apa yang kuberikan tak pernah jadi kehidupan
Semua yang kuinginkan menjauh dari kehidupan[Di Balik Awan-Peterpan]
***
“Kalian gak perlu khawatir, sekarang sahabat kalian sudah bersama orang tuanya, percayalah dia akan baik-baik saja,” kata kepala sekolah kepada Jaffan dan Harsa. “Lebih baik sekarang kalian kembali lagi ke kelas, ya!” lanjutnya yang disambut angukkan kepala dari keduanya.
“Iya, Pak. Ayo, Sa!” Jaffan menarik tangan Harsa untuk keluar dari ruangan kepala sekolah.
Mereka berdua jalan begitu lemas, pikiran mereka masih terfokus pada Ardhan, perasaan mereka campur aduk, antara sedih, gelisah dan takut. Mereka benar-benar takut, jika setelah ini orang tua Ardhan melarang mereka untuk bersahabat lagi dengan Ardhan, dan tentu saja itu sangat mengganggu pikiran mereka.
Tiba-tiba saja Harsa menghentikan langkahnya, tatapannya kosong dengan kedua mata sayunya yang sudah berkaca-kaca. Jaffan yang melihat hal ini pun menghentikan langkahnya juga. Dia usap bahu sahabatnya itu dua kali. “Kenapa, Sa? Kepalanya sakit lagi?” tanyanya pelan.
Harsa menggelengkan kepalanya. “Yang paling sakit bukan kepala, Fan. Tapi yang paling sakit tuh di sini,” lagi dan lagi Harsa menepuk dadanya. “Hati gue sakit lihat Ardhan kesakitan kayak tadi. Lagi-lagi kita gagal jagain Ardhan. Om sama Tante pasti kecewa banget sama kita, Fan. Kalo nanti kita gak dibolehin lagi sahabatan sama Ardhan gimana? Gue gak mau dan gak akan sanggup!” lanjutnya dengan suara yang bergetar. Bahkan air matanya sudah menetes.
Sebenarnya Jaffan juga merasakan hal yang sama dengan Harsa, tapi dia harus berusaha tetap tegar, karena mereka tidak boleh lemah dua-duanya, harus ada salah satu di antara mereka yang menguatkan. Dalam hitungan detik, Jaffan sudah membawa Harsa ke dalam pelukannya. “Gak usah mikirin yang macem-macem, Sa. Percaya sama gue kalo semuanya bakalan baik-baik aja,” katanya sambil mengelus punggung Harsa. “Walaupun sebenernya gue sendiri juga ragu,” lanjutnya dalam hati.
Harsa menganggukkan kepalanya sambil melepaskan pelukan Jaffan. Harsa terkekeh sambil menghapus sisa air matanya. “Kalo dipikir-pikir , kok gue akhir-akhir ini cengeng banget ya, Fan. Gampang banget nangis.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
أدب الهواة"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...